30

84K 5K 266
                                    

Areksa Biantara Erlangga, adalah nama yang Arka berikan untuk putra pertamanya. Dia sudah menyiapkan beberapa pilihan nama untuk anaknya dari dua bulan terakhir. Dua untuk nama laki-laki dan dua untuk nama perempuan. Dari pilihan dua nama anak laki-laki, dia memilih 'Areksa' sebagai nama anak pertamanya.

"Bagus Mas, saya suka." Respon Sarah ketika dia mendengar nama anak mereka dari Arka.

Arka mengangguk, dia rasa nama itu cocok untuk putranya yang tampan.

"Lucu, ya?" Gumam Arka menatap anaknya yang berada dalam gendongan Sarah. Meski mata bayi itu tertidur, namun kata lucu tidak lepas darinya.

"Iya, gemas sekali." Sarah melabuhkan kecupan pelan pada pipi anaknya. Dia masih belum berani banyak bergerak karena takut akan menyakiti tubuh anaknya yang masih kecil.

"Kalau tidur mirip kamu."

"Hah?"

"Iya, dari mata dan bibirnya mirip kamu."

Sarah membenarkan ucapan Arka itu, bagian mata memang mirip dengannya, bulu mata lentiknya pun ikut menurun darinya. Sedangkan pada ayahnya, Areksa mewarisi hidung mancung dan juga alis tebal. Anaknya pintar sekali mengambil bagian terpenting dari ayah dan ibunya. Benar-benar perpaduan yang sempurna.

"Untungnya Areksa mewarisi hidung Mas Arka yang mancung, kalau ikut saya pasti nggak mancung-mancung banget." Sebenarnya hidung Sarah pun bisa dibilang mancung, hanya saja jika dibandingkan dengan hidung Arka jelas miliknya belum ada apa-apanya.

Arka terkekeh, dia lantas menundukkan kepalanya guna mencium anaknya untuk yang kesekian kalinya. "Rasanya saya ingin terus menciumnya."

Sarah tak kuasa menahan senyum yang mengembang di bibirnya. Sungguh, dia tak mengira kalau Arka akan sesayang ini pada anaknya, mengingat dinginnya sikapnya pada awal pernikahan. Namun, di luar dugaan, Arka bahkan tak melepas tatapannya dari Areksa sejak tadi. Dia bahkan menggendongnya sepanjang hari.

Hingga kini waktu sudah menginjak malam pun, Arka belum berhenti mengagumi sosok anaknya. Seolah Arka benar-benar sangat mensyukuri kehadiran anaknya.

Saat ini, hanya ada Arka di dalam ruang inap Sarah. Keluarganya baru saja pulang setelah seharian di sini. Arka juga menyuruh ibu mertuanya untuk beristirahat terlebih dahulu di rumah lantaran beliau baru saja sampai pagi tadi dan belum beristirahat sama sekali.

"Nanti saya akan belanjakan lagi pakaian dan barang-barang Areksa. Yang kemarin bisa di simpan dulu." Mengingat banyaknya pakaian dan barang-barang bayi perempuan yang Arka beli membuat dia meringis. Bahkan untuk bayi laki-laki hanya sedikit, mungkin tidak ada separuhnya. Karena sekarang sudah mengetahui pasti jenis kelamin anaknya, dia pikir dia harus membelikan lagi yang baru. Untuk yang sudah terlanjur beli, biarlah semuanya di simpan. Siapa yang tau kalau keinginannya mempunyai anak perempuan bisa terwujud nantinya kan?

Sarah terkekeh, "Mas Arka terlalu antusias belanja sampai lupa kalau kita belum tau jenis kelaminnya."

Arka mengedikkan bahunya, "Kamu belum makan kan? Sini biar saya yang gendong, kamu makan dulu."

Sarah mengangguk, dia lantas memberikan putranya pada Arka dengan pelan. "Makasih, Mas."

••••••••

"Untuk apa kamu ke sini?"

"Yaelah Om, sensi banget, santai dong."

Arka mendengus, hari bahagianya harus rusak karena kehadiran bocah ingusan yang mengganggunya.

Hari kedua berada di rumah sakit, Mama Sania datang kembali bersama Ibu Sarah. Kali ini, ada Kania dan juga Gistara. Sedangkan Rania dan Selina, mereka sudah datang kemarin. Minusnya kali ini ada makhluk lain yang menyempil diantara mereka. Entah bagaimana caranya, namun Jevan ikut datang bersama dengan Mama Sania dan yang lainnya.

Wedding Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang