Entah sudah berapa kali Sarah menguap malam ini. Rasanya dia baru saja memejamkan matanya sebentar, namun sudah harus kembali mendengar suara tangisan Areksa. Saat sudah diberi ASI atau susu formula, Areksa kembali tertidur nyenyak, namun tak jarang juga dia sering terbangun. Areksa itu mudah tertidur, mudah pula terbangun.
"Areksa kenapa kebangun sayang? Udah malam loh, anak kecil harus tidur ya." Sarah bergumam sembari menjawil hidung mancung anaknya. Kini, agar Areksa cepat tertidur, dia menggendongnya sembari memberinya susu formula.
"Jangan nangis ya, nanti Papa bangun. Kasihan Papa kan kecapekan kerja." Sarah tersenyum ketika mata bulat Areksa seperti tengah menatapnya. Padahal setahunya, penglihatan pada bayi belum jelas.
Beberapa hari menjadi seorang Ibu, Sarah mengetahui kalau semua itu tidaklah mudah. Dari yang sebelumnya dia bisa tidur nyenyak, menjadi lebih sering begadang karena anaknya sering terbangun tengah malam. Meski begitu, semua terasa menyenangkan. Melihat wajah damai anaknya membuat rasa lelahnya hilang begitu saja.
"Areksa kebangun?"
Mendengar suara parau yang tak asing, Sarah lekas menoleh, dia sempat terkejut lantaran Arka yang tadinya tidur kini sudah terduduk dengan mata yang terlihat memerah.
"Iya, Mas, mungkin Areksa lapar lagi."
Merasa nyawanya sudah kembali berkumpul, Arka lekas bangkit menuju Sarah, "Saya ke kamar mandi dulu, nanti gantian saya aja yang gendong Areksa." Sebelum berlalu ke kamar mandi, Arka terlebih dahulu mencium pipi Areksa.
Tak butuh waktu lama, Arka keluar dari kamar mandi dengan wajah yang sedikit lebih segar. Dia sudah membasuh wajahnya guna menghilangkan kantuk yang menderanya.
"Ayo Areksa gendong sama Papa, biar Mama tidur dulu."
"Mas Arka tidur aja nggak papa, biar saya yang jaga Areksa." Ujar Sarah tak enak hati. Dia memang lelah, namun dia juga paham kalau Arka juga lelah karena bekerja seharian. Tidak mungkin dia mengganggu Arka di saat laki-laki itu istirahat. "Mas Arka pasti lelah kan?"
"Nggak papa, saya tau kamu juga lelah. Nggak mungkin saya tidur di saat kamu kurang tidur." Arka mengambil alih Areksa dari gendongan Sarah, "Kita jaga Areksa sama-sama. Sekarang, biar saya yang jaga, kamu bisa istirahat dulu."
"Beneran nggak papa, Mas?" Tanya Sarah ragu.
"Iya." Jawab Arka yakin.
Dengan ragu Sarah berjalan menuju ranjang, lantas merebahkan tubuhnya di sana. Sejenak tubuhnya terasa lebih ringan dari sebelumnya.
"Mas, beneran nggak papa?" Tanya Sarah sekali lagi guna memastikan.
Arka hanya bergumam sebagai tanggapan, dia terkekeh kecil kala hidung mancungnya bergesekan dengan hidung mancung Areksa.
"Ya sudah saya tidur sebentar ya," Ujar Sarah lagi, "Kalau Areksa nangis, Mas Arka bisa bangunkan saya."
Di tempatnya, Arka berdecak kecil. Dia hanya menyuruhnya tidur, kenapa Sarah cerewet sekali? "Iya. Kamu terlalu banyak bicara, Sarah. Apa kamu juga mau saya tidurkan?"
Kedua bola mata Sarah sontak melebar, "Enggak, terima kasih."
Arka menggeleng pelan, sekarang dia tau apa yang bisa membuat Sarah tak berkutik.
"Mama udah tidur, Areksa mau tidur kapan sayang? Masih malam loh ini, masih jam satu, masih lama paginya." Arka mengelus-elus pelan kening Areksa berharap agar anaknya itu memejamkan matanya. Dan ya, berhasil, karena elusan itu, secara perlahan Areksa memejamkan matanya.
Cukup lama Arka menggendong Areksa sampai anaknya itu benar-benar nyenyak, barulah dia memindahkan Areksa ke dalam baby box yang sengaja dia letakkan di sebelah ranjang. Ketika dia dan Sarah tidur, dia tidak menidurkan Areksa di antaranya dan Sarah, takut jika secara tidak sadar menindihnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Accident
General FictionSarah Arabella Risty adalah gadis rantau dari desa. Selama bertahun-tahun dia hanya hidup berdua dengan sang Ibu. Sedangkan Ayahnya telah tiada sejak dia duduk di sekolah dasar. Hidup di kota besar dengan bermodalkan ijazah SMA bukanlah hal yang mud...