23

61.9K 4K 179
                                    

"Makasih ya Mas untuk hari ini." Selain karena keinginannya untuk makan seafood terpenuhi dengan sempurna, Sarah juga merasa senang sebab dengan ini, mereka bisa lebih lama menghabiskan waktu bersama di luar.

Mereka tidak hanya pergi ke restoran seafood. Sehabis pulang dari sana, mereka melewati pasar malam yang tentunya menarik perhatian Sarah. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, Sarah mengajak Arka untuk berhenti barang sejenak. Akhirnya mereka jalan-jalan dan mencoba berbagai jajanan yang aromanya tidak bisa di abaikan begitu saja.

Mereka bahkan melewatkan makan malamnya karena sudah terlalu banyak memakan jajanan yang tadi sudah dia beli. Mereka baru pulang ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam. Mesti sedikit lelah, tapi bagi Sarah semuanya terasa menyenangkan.

Arka mengangguk samar, "Saya akan berikan yang terbaik untuk kalian."

"Jangan sungkan katakan apa yang kamu inginkan." Ini adalah kali pertama Arka memenuhi Sarah menginginkan sesuatu yang biasa di sebut dengan istilah mengidam. Entah bagaimana biasanya Sarah mengatasi keinginannya karena bawaan dari sang bayi, Arka tidak mengetahuinya sebab Sarah memang tidak pernah meminta apapun padanya.

Sarah menganggukkan kepalanya, "Iya, Mas."

Masih butuh waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai ke rumah. Sarah yang sudah terlanjur kelelahan tak kuasa menahan kantuk, hingga tak sadar dia jatuh tertidur.

Tak mendapatkan pergerakan dari Sarah, mata Arka lekas menoleh dan menemukan sang istri yang sudah tertidur nyenyak. Tanpa sadar, bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis. Baru kali ini dia merasa hidupnya seperti kembali mempunyai tujuan. Tentunya Sarah dan anak mereka yang menjadi tujuannya untuk kedepannya memberikan yang terbaik untuk mereka.

Sesampainya di pekarangan rumah, Arka kembali melirik Sarah. Sepertinya istrinya itu kelelahan sampai tidur begitu nyenyak. Dia tidak tega untuk membangunkannya. Satu-satunya cara adalah menggendongnya sampai ke dalam kamar.

Tidak perlu berpikir panjang, Arka menggendong Sarah yang terasa cukup ringan untuk ukuran perempuan yang tengah hamil. Padahal tubuh Sarah tidak terlihat begitu kecil, namun entah kenapa ketika dia menggendongnya tidak terasa berat sedikit pun.

Entah sadar atau tidak, Arka hanya melewati kamar Sarah, justru dia membawa Sarah ke dalam kamarnya.

Dengan perlahan Arka meletakkan tubuh Sarah ke ranjang. Dia sempat heran, bahkan sudah di gendong dan di letakkan Sarah tak terbangun barang sedetik pun. Apakah memang sangat melelahkan?

Suara ponsel berdenting yang berasal dari dalam tas selempang Sarah membuat Arka lekas mengambilnya. Entah dorongan dari mana sampai dia berani membuka handphone Sarah, yang seharusnya ini adalah hal privasi. Tapi bukankah dia suaminya? Seharusnya tidak ada privasi lagi di antara mereka bedua, apalagi hanya masalah handphone.

Arka memukul pelan kepalanya, "Apa yang aku pikirkan?"

Meski otaknya menetang, namun tangan Arka tetap membuka handphone Sarah yang beruntungnya tidak di kunci.

Matanya menyipit ketika ada salah satu notifikasi chat dari nomor yang tidak di kenal di bagian paling atas, artinya dentingan tadi yang dia dengar berasal dari nomor ini.

Arka melirik Sarah guna memastikan istrinya itu masih tertidur, setelah itu barulah dia tanpa ragu membuka chat dari nomor yang tidak di kenal itu. Baru dia membuka, status online langsung berubah menjadi 'mengetik', hingga akhirnya menimbulkan dentingan baru lagi.

+62 81×××××××××

Halo, Mbak Sarah.

Simpan nomorku ya.

Wedding Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang