20

84.8K 4.4K 77
                                    

"Mau kemana?"

Kepala Sarah sontak menoleh ketika telinganya menangkap suara Arka ketika dia baru keluar dari kamar.

"Mau keluar sebentar ketemu Viona." Mereka berjalan beriringan menuju lift hendak turun ke lantai bawah.

Kerutan tampak jelas menghiasi kening Arka, "Viona?"

"Sahabat saya." Jelas Sarah, "Em ... boleh?"

"Mama mau ke sini." Arka memberi tahu alasan mengapa dia bertanya.

"Hari ini?" Ekspresi terkejut tak luput dari wajah cantik Sarah. Anggukkan kepala dia dapatkan dari sang suami. "Kenapa nggak bilang?"

"Lupa."

Singkat dan padat, namun mampu membuat Sarah sedikit merasa kesal. Hanya sedikit, mana mungkin dia berani kesal pada Arka?

"Tapi saya ada janji mau keluar."

"Saya nggak melarang kamu pergi. Saya hanya memberi tau kalau Mama mau ke sini." Dengan santai Arka keluar dari lift meninggalkan Sarah yang berdiri tercengang.

Meskipun hanya berniat memberitahu, tapi tidak mungkin bagi Sarah pergi ketika ibu mertuanya akan datang. Apa yang beliau pikirkan seandainya tau menantunya pergi ketika kedatangannya. Sarah tidak ingin ibu mertuanya berpikir kalau dia tidak menghargainya.

Mendengus kesal, Sarah lantas mengambil handphone-nya dari tas, kemudian menghubungi Viona untuk menunda pertemuan mereka.

Kaki Sarah melangkah menuju ruang keluarga di mana Arka tengah duduk di sana. Dia meletakkan tasnya di sofa, lalu duduk di sana, dia terlalu malas kembali ke atas hanya untuk mengembalikan tas.

Arka menaikkan sebelah alisnya, "Nggak jadi?"

"Mana mungkin saya pergi saat Mama mau ke sini."

"Nggak papa, nanti saya bilang kalau kamu ada urusan di luar."

"Bukan saya berniat mencegah kamu pergi, tadi pagi Mama memang telepon katanya mau main ke sini." Tadi pagi sang ibu memang menghubunginya guna menanyakan keberadaannya hari ini akan pergi atau tidak. Karena Arka tak tau kalau Sarah akan pergi, dia hanya mengatakan kalau hari ini mereka berdua berada di rumah. Dia lupa akan memberitahukan pada Sarah.

"Saya tau." Selama ini Arka tidak pernah melarangnya pergi keluar, tanpa di beritahu pun Sarah tau kalau Arka tak bohong kalau mengatakan tentang kedatangan ibu mertuanya yang mendadak.

Suara seseorang yang seperti tengah berbincang membuat keduanya menghentikan pembicaraan mereka. Tak lama kemudian suara yang tak asing memenuhi ruangan luas ini, yang mampu membuat keduanya segera menoleh.

Sarah tersenyum, lalu berdiri untuk menyalami sang ibu mertuanya yang telah tiba. "Mama sendiri?"

"Iya, di antar sopir." Tangan Sania terulur mengelus perut menantunya, "Cucu Oma apa kabar?"

Sarah tersenyum, "Baik, Oma."

Sania menggandeng Sarah menuju sofa di ruang keluarga, di sana Arka duduk tidak beranjak sedikit pun. "Kemarin di rumah ada arisan."

Tangan Sania bergerak mengeluarkan beberapa toples dari paper bag untuk dia letakkan di meja. "Terus Mama buat kue banyak banget, jadinya Mama bawakan sekalian buat anak-anak Mama."

Sarah tercengang melihat ada sekitar enam toples yang berisi kue kering. "Banyak ya, Ma."

Sania mengangguk-angguk, "Mama suka bikin kue."

"Kemarin Mama udah anterin buat Rania dan Selina. Terus tadi Mama habis dari apartement Gistara, dan terakhir mampir ke sini deh." Jelas Sania antusias.

Wedding Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang