"Siapa?"
Begitu Arka kembali setelah mengangkat panggilan dari kakaknya, dia melihat Sarah seperti tengah berbincang dengan laki-laki yang dia tidak tau siapa lantaran posisi laki-laki itu membelakanginya.
"Erga sama Papa-nya."
Kerutan samar tampak menghiasi kening Arka, "Erga?"
"Yang waktu itu kita pernah ketemu di taman." Jelas Sarah.
"Oh," Arka tampak tak peduli, "Ngomongin apa?"
"Bukan apa-apa kok, cuma bahas Erga yang lagi marah karena nggak dibolehin beli mainan."
Kening Arka tampak mengernyit tak senang, "Baru ketemu tapi membahas masalah yang tidak penting?"
Sarah terdiam sejenak, kemudian berujar, "Ya karena kita bertemu di saat Erga lagi marah sama Papa-nya, jadi ya ... begitulah."
Arka merangkul pundak Sarah, membawanya pergi dari sana untuk kembali ke tempat pakaian bayi. "Jangan mudah akrab dengan orang baru."
Sarah terkekeh, tangannya memegang tangan Arka yang merangkul pundaknya. "Nggak akrab kok, cuma bicara sekilas aja. Palingan juga nggak akan ketemu lagi."
Arka hanya bergumam, "Oh iya, besok malam temani saya datang ke acara pernikahan teman saya ya."
"Besok malam?"
"Iya."
"Kok mendadak?"
"Nggak mendadak, saya lupa kasih tau kamu."
Sarah mencibir pelan, "Saya belum mempersiapkan apapun."
"Memangnya apa yang perlu disiapkan?" Arka mengernyitkan keningnya, "Yang menikah teman saya, bukan kamu."
"Memangnya Mas Arka mau saya tampil dengan penampilan yang memalukan?" Meskipun menghadiri pernikahan orang lain, namun wajib bagi Sarah memperhatikan penampilan agar dia tidak terlihat memalukan, apalagi sekarang posisinya sebagai istri Arka, dia tidak ingin orang lain beranggapan bahwa dia tidaklah pantas untuk Arka.
"Apanya yang memalukan?" Arka melepas rangkulan tangannya. Matanya melihat sesuatu yang menarik untuk Areksa, "Jangan menjadi orang lain agar terlihat cantik. Kamu sudah cantik apa adanya."
Entah sadar atau tidak ucapan yang keluar dari mulut Arka, namun itu cukup membuat Sarah terkejut. Perempuan itu, sampai membulatkan kedua matanya lantaran tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
"M-mas Arka bicara apa?"
Sejenak Arka menghentikan aktivitasnya, "Apa?"
Sarah menggeleng pelan, "Em, nggak papa." Lantas dia kembali melanjutkan memilih-milih pakaian bayi.
Tanpa disadari Sarah, dibelakangnya, Arka tersenyum tipis. Tidak bisa dipungkiri, sejauh menjalani pernikahan bersama Sarah, Arka kembali merasakan perasaan membuncah. Sarah berhasil menumbuhkan perasaan yang dulu padam. Meski belum pada tahap mencintai, namun Arka menyayangi Sarah. Dia yakin perasaan cinta itu akan tumbuh seiring waktu berlalu, seperti perasaannya dulu yang belum tumbuh, kini sudah benar-benar menyayangi Sarah. Dia ingin menjalani kehidupan bahagia bersama keluarga kecilnya, Sarah dan Areksa.
••••••••
"Eh, ketemu jodoh."
Lagi-lagi situasi yang Arka tak suka terjadi, pertemuannya dengan bocah ingusan, Jevan. Entah harus berapa kali lagi dia harus menyimpan kekesalannya. Kehadirannya benar-benar tidak bisa di tebak, seperti jelangkung.
Sarah meringis, dia tak tau lagi harus bagaimana menghadapi kerusuhan Jevan dengan ucapan nyelenehnya itu.
"Bahkan semesta pun ikut mempertemukan kita. Mungkin kita memang ditakdirkan untuk berjodoh, Mbak." Jevan menggeleng-gelengkan kepalanya seolah tak menyangka akan pertemuannya dengan sang pujaan hati. Dari besarnya mall, dia masih dipertemukan dengan Sarah, bukankah itu memang jodoh?
![](https://img.wattpad.com/cover/360964202-288-k873341.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Accident
Ficção GeralSarah Arabella Risty adalah gadis rantau dari desa. Selama bertahun-tahun dia hanya hidup berdua dengan sang Ibu. Sedangkan Ayahnya telah tiada sejak dia duduk di sekolah dasar. Hidup di kota besar dengan bermodalkan ijazah SMA bukanlah hal yang mud...