26

58.9K 4.3K 197
                                    

Menginjak usia kehamilan delapan bulan, Sarah sudah mulai disibukkan dengan segala persiapan untuk menyambut kelahiran sang buah hati. Mulai dari pakaian, popok, stroller, kasur, tempat tidur dan lain sebagainya.

Hal itu tentu saja semakin meningkatkan keantusiasan Sarah menyambut kelahiran anaknya yang kurang dari satu bulan lagi. Hari-harinya semakin berwarna sebab dia selalu menghabiskan waktu untuk mempersiapkan segalanya.

Seperti hari ini, Sarah dan Arka tengah berbelanja baju-baju bayi lagi. Bukan hanya Sarah yang antusias, Arka pun merasakan hal yang sama. Bahkan Sarah rasa, Arka lebih banyak memilih perlengkapan baju bayi mereka. Baju bayi dan topi bayi yang menurut Arka lucu, dia tak ragu untuk mengambilnya. Arka bahkan seolah melupakan kalau mereka belum mengetahui jenis kelamin bayinya. Warna dan motif yang dia pilih pun secara acak tak mempedulikan nantinya akan laki-laki atau perempuan.

"Mas Arka ambil ini?" Sarah bertanya heran ketika dia menemukan topi bayi berwarna cream yang dihiasi rambut keriting pada kedua sisinya di keranjang yang Arka bawa.

Arka yang tengah melihat-lihat sepatu bayi sejenak menolehkan kepalanya, lantas anggukkan dia berikan atas pertanyaan dari sang istri. "Iya, lucu."

"Kita bahkan belum tau jenis kelamin bayi kita, Mas." Sarah menggelengkan kepalanya, dia kembali memasukkan topi tadi ke keranjang yang Arka bawa. "Kalau anak kita laki-laki, bagaimana?"

"Tidak masalah, nanti bisa di simpan."

Sarah kembali memperhatikan Arka yang tengah memilih-milih kaos kaki dan sepatu bayi. Suaminya itu tanpa ragu memasukkannya tak mempedulikan keranjangnya yang hampir penuh.

"Sepertinya kita banyak mengambil perlengkapan untuk bayi perempuan ya, Mas." Sarah menggaruk pelipisnya pelan. Dia sedikit meringis melihat pilihan Arka yang berada di keranjang nyaris tujuh puluh persen berwarna pink dan sangat cocok di gunakan pada bayi perempuan. "Sayang kalau nggak kepakai nantinya."

"Feeling saya anak kita perempuan."

"Kenapa gitu?"

"Buktinya kita tanpa sengaja membeli banyak barang perempuan." Balas Arka yang terdengar tak masuk akal di telinga Sarah. "Lagipula, barang-barang bayi perempuan memang lebih lucu. Lebih menarik di mata saya."

"Tapi kalau anak kita laki-laki, nggak mungkin memakai sepatu ungu model mayoret seperti itu, Mas." Sarah melirik keranjang Arka yang terdapat sepatu ungu dengan model seperti mayoret, terdapat bulu-bulu melingkari bagian atasnya. "Ini juga terlalu besar kalau di pakai bayi yang belum bisa jalan."

"Tapi lucu, sayang kalau nggak di ambil." Arka melirik mengikuti Sarah memandang, spontan dia meringis menatap keranjang belanjaannya sendiri. Dia tidak sadar telah kalap karena sangat antusias mempersiapkan perlengkapan bayinya. "Nggak papa, nanti yang nggak kepakai bisa di simpan."

Perlengkapan yang Arka pilih bukan hanya untuk bayi baru lahir, namun juga ada beberapa pakaian serta sepatu dengan ukuran yang lumayan besar. Sepertinya itu akan cocok di gunakan kalau anak mereka sudah bisa berjalan. Mungkin Sarah tidak perlu lagi berbelanja kedepannya lantaran persiapannya sudah lebih dari seratus persen. Perlengkapan kali ini bisa digunakan sampai usia anaknya satu atau dua tahun ke depan.

"Iya, terserah Mas Arka saja."

Arka menganggukkan kepalanya, matanya lekas mengedar, mencari sesuatu yang sekiranya belum mereka beli, "Kemarin apa saja yang belum kita beli?"

"Em, sepertinya sudah semua."

"Tempat makan bayi?"

"Itu bisa di beli waktu anak kita sudah mulai makan, Mas."

Wedding Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang