27

80.5K 5K 315
                                    

"Kaki kamu bengkak, ya?"

Sarah mengalihkan pandangannya pada kakinya yang sedikit lebih bengkak dari biasanya. Kepalanya mengangguk pelan, "Mungkin karena sudah mendekati persalinan kali ya?"

"Sakit?"

"Enggak, tapi kalau buat jalan rasanya sedikit kurang nyaman."

Sejak beberapa hari lalu, perubahan yang Sarah dapati dikehamilan besar adalah kakinya yang membengkak. Tentu saja dia panik pada awalnya, mengingat ini kehamilan pertamanya, dia belum mengetahui banyak tentang kehamilan. Detik itu juga dia searching dan akhirnya bisa bernafas lega karena ternyata kaki bengkak saat kehamilan itu sudah biasa, bukan hal yang perlu ditakutkan lagi.

"Setahu saya, kaki bengkak itu biasa terjadi saat kehamilan. Memang tidak nyaman, tapi memang kebanyakan mengalami seperti itu."

Sarah mengangguk setuju. Dari artikel yang dia baca memang mengatakan hal yang sama. "Iya, kemarin awal-awal sempat panik karena saya nggak tau. Tapi setelah searching, saya jadi tau kalau ini hal biasa."

Banyaknya hal yang belum diketahui, mungkin kedepannya Sarah akan lebih banyak lagi belajar mengenai hal-hal baru yang belum dia ketahui sebagai seorang ibu.

"Mendekati hari persalinan kamu, nanti saya akan cuti satu minggu sebelum HPL-nya." Ujar Arka memberitahu. Meski di rumah ini banyak pelayan yang bisa membantu Sarah seandainya akan melahirkan, namun Arka tetap tidak bisa tenang. Takut-takut seandainya tidak ada orang yang mengetahui jika Sarah kesakitan akan melahirkan, mengingat rumahnya yang cukup besar.

"Iya, Mas. Saya juga takut, karena ini pengalaman pertama saya." Ujar Sarah jujur. Ada kesenangan saat akan menyambut kehadiran anak mereka, tapi di sisi lain, dia juga merasa takut lantaran dia akan bertaruh nyawanya dalam melahirkan anaknya. Apalagi mengingat usianya yang masih muda, dia takut hal-hal yang nantinya tidak dia inginkan terjadi.

Arka melirik tangan Sarah yang bertaut di pangkuannya, tangannya spontan menggenggam tangan Sarah, membiarkan tangan hangatnya menyelimuti dinginnya tangan Sarah. "Jangan khawatir, saya akan mendampingi kamu selalu."

Ucapan Arka sedikit menghangatkan hati Sarah yang resah. Kurang lebih tiga minggu lagi dia akan melahirkan. Sebenarnya dia tidak ingin berlalu berpikir negatif, tapi seolah kepalanya ini secara alami membuat berbagai bentuk pemikiran yang akhirnya membuat dia dilanda kecemasan.

"Tidak akan terjadi apapun pada kalian, percaya sama saya," Arka masih berusaha membuat Sarah tenang. "Buat diri kamu bahagia, agar anak kita lahir tanpa membuat ibunya sakit."

"Kalau kamu cemas, anak kita ikut cemas. Dia tidak tenang di dalam sana, dan akhirnya membuat kamu sakit. Jadi, jangan buat diri kamu cemas ya? Lakukan hal-hal yang membuat kamu bahagia."

Bibir Sarah membentuk senyum tipis, "Makasih, Mas. Saya akan ingat kata-kata Mas Arka."

Arka mengangguk puas melihat Sarah yang kembali tersenyum. Satu hal yang dia suka dari Sarah adalah sifat penurutnya. Bukan maksud Arka ingin terlihat lebih dominan dari Sarah, hanya saja, dia sebagai suami pasti menginginkan istri yang penurut dan menghormatinya sebagai suami, bukan yang suka membantah atau menentang.

Tangan Arka tanpa sadar mengelus pelan pucuk kepala Sarah. "Saya suka istri penurut."

Kening Sarah mengernyit samar, merasa tidak paham dengan pernyataan Arka yang terdengar ambigu di telinganya. Entah bagaimana, tiba-tiba dia berpikir, apakah istri Arka sebelumnya tidak penurut?

Buru-buru Sarah menggelengkan kepalanya pelan, berusaha menepis pemikiran anehnya. Itu sama sekali bukan urusannya. Tidak seharusnya dia berpikiran hal semacam itu.

Wedding Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang