Setiap hembusan nafas yang keluar dari indra penciuman Arka agaknya semakin memberat dari detik demi detik berjalan.
Semilir dinginnya angin malam tak membuat Arka beranjak dari balkon kamarnya, tempat dia menikmati setiap sesapan rokok dengan pikiran yang berkecamuk.
Sungguh, Arka tak bisa mengabaikan Regio yang terang-terangan tertarik dengan istrinya. Meski dia sendiri bisa menjamin kalau Regio tidak akan berhasil menjalankan niatnya itu, namun siapa yang tau kalau Regio bisa melakukan hal berbahaya jika niatnya tidak terlaksana dengan baik.
Satu hal yang Arka takutkan selain kehilangan Sarah adalah, Regio menyakiti Sarah. Dia jelas tidak akan membiarkan Regio menyentuh Sarah barang setitik pun. Namun, bukan hal tidak mungkin jika Regio hanya diam saja disaat dia belum berhasil melakukan apapun.
Arka berdecak, tangannya menekan kuat putung rokok yang telah habis ke dalam asbak. "Sialan!"
"Aku bahkan tidak akan membiarkanmu berpikir untuk merebut Sarah dariku, brengsek!"
Sejujurnya Arka adalah tipe orang yang cukup tenang. Ketika emosi, dia lebih sering mengekspresikannya dengan diam, mencari ketenangan, lalu setelah lebih tenang barulah dia bisa berpikir bagaimana cara untuk mengatasinya. Namun kali ini tidak lagi, dia tidak akan bisa mengontrol emosinya di saat ada hama yang sedang mengintai istrinya.
Apapun itu, jika menyangkut keluarganya, dia tidak akan bisa diam.
Sesuai arahan dari Saka-sang kakak, Arka sudah mengutus beberapa orang untuk menjaga Sarah dari kejauhan, tentunya agar Sarah tetap merasa nyaman melakukan aktivitas tanpa mengetahui kalau dia sedang di jaga.
Selain itu, asisten dari Saka pun sudah mulai mengawasi Regio. Apapun yang di lakukan Regio harus berada dalam pengawasannya.
Seperti dugaan sebelumnya, semua itu tidak akan berjalan dengan mudah. Jika dia cerdas, Regio pun tak kalah. Regio seolah mengetahui bahwa ada seseorang yang tengah memata-matainya. Terbukti dengan dia yang tidak, ah lebih tepatnya belum melakukan apapun yang sekiranya mencurigakan.
Dalam tiga hari pengawasan, Regio benar-benar tidak melakukan apapun sejauh yang asisten Saka laporkan. Tapi Arka tau, bahwa ini semua adalah sebuah kepura-puraan Regio agar dia terkecoh lalu melupakan semuanya. Dan tentunya Arka tidak akan terkecoh dengan permainan bodoh Regio.
Sudah tiga hari berlalu sejak perbincangan panas di ruangan Saka itu, namun tak sedetik pun ucapan Regio pergi dari pikirannya. Seolah kepala Arka dipenuhi dengan ketakutan-ketakutan akan kehilangan Sarah.
Kepala Arka spontan menggeleng, "Tidak, Sarah tidak akan kemana-mana." Pandangannya menoleh ke arah ranjang yang terhalang oleh pintu kaca balkon, tepat dimana Sarah tengah tertidur miring membelakanginya. "Dia sedang tidur."
••••••••
Rutinitas pagi hari, sebelum suami dan anaknya bangun, Sarah selalu menyempatkan diri memasak untuk sarapan.
Kali ini Sarah memasak ayam goreng mentega, dan oseng sayur kangkung. Simpel dan enak tentunya. Beruntungnya Arka tidak pernah protes dan selalu memakan apapun menu makanan yang dia masak. Karena sejujurnya Sarah sedikit tidak percaya diri lantaran makanan yang dia masak terlalu simpel bagi orang seperti Arka, yang mungkin biasanya selalu memakan makanan seperti eropa food atau sejenisnya.
Hampir saja Sarah tersedak ayam goreng mentega yang tengah dia cicipi, ketika merasakan ada seseorang yang memeluknya.
"Mas Arka?" Sarah menetralkan raut terkejutnya ketika menyadari bahwa Arka yang kini memeluknya. "Ngagetin aja, ih."
"Kenapa?" Tanyanya ketika menyadari bahwa Arka tak biasanya bertindak seperti ini.
"Happy birthday." Arka mengeluarkan bunga mawar merah yang telah dia siapkan sebelumnya, lantas dia berikan pada Sarah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Accident
Fiksyen UmumSarah Arabella Risty adalah gadis rantau dari desa. Selama bertahun-tahun dia hanya hidup berdua dengan sang Ibu. Sedangkan Ayahnya telah tiada sejak dia duduk di sekolah dasar. Hidup di kota besar dengan bermodalkan ijazah SMA bukanlah hal yang mud...