43

51.6K 4K 102
                                    

Di perjalanan pulang, Sarah terdiam dengan degup jantung yang masih memburu. Sebisa mungkin dia memenangkan dirinya sendiri. Mencoba menghirup oksigen yang entah sejak kapan membuatnya terasa sesak.

Membayangkan kejadian singkat beberapa menit yang lalu membuat Sarah bergidik. Astaga, tatapan itu, entah kenapa dia merasa takut. Seperti ada sesuatu pada tatapan mata Regio ketika melihatnya.

"Ya ampun Mas, kita buru-buru pulang sampai nggak ijin sama Mas Genta dan Mbak Devia, ya." Ucap Sarah tiba-tiba ketika baru mengingat mereka pulang dalam keadaan terburu-buru.

"Nggak papa, nanti aku bilang lewat chat."

Sarah menghela nafas beratnya, kepalanya dia sandarkan pada sandaran mobil. "Semua gara-gara Regio."

Arka meliriknya sekilas, lalu kembal fokus mengemudi. "Secepatnya aku dan Mas Saka akan menyelesaikan masalah diantara kami, agar kedepannya tidak ada lagi alasan dendam palsu itu lagi."

"Dengan harapan, dia juga nggak akan ganggu kamu."

Sarah mengangguk lemas, entahlah dia menjadi terus kepikiran, semuanya seolah memenuhi kepalanya. Rasanya dia tidak bisa bergerak bebas lantaran takut akan bertemu Regio dimana pun dia menginjakkan kakinya.

"Jangan terlalu terbebani, kamu akan baik-baik saja selama aku berada di samping kamu."

Arka tau masalah ini tidak akan selesai semudah itu. Dendam Regio bisa saja teredam jika kebenaran segera terbuka. Namun, untuk perhatiannya pada Sarah, dia yakin Regio tidak akan mudah melupakannya.

Sarah berusaha tersenyum, meski dalam hatinya masih ada sedikit kekhawatiran. "Makasih, Mas."

"Mau jalan-jalan dulu nggak?" Tanya Arka mengalihkan pembicaraan, berharap dengan itu Sarah kembali melupakan sejenak apa yang membuatnya merasa khawatir. "Selagi masih belum malam-malam sekali."

"Apa nggak papa?"

"Ya nggak papa, memangnya kenapa?"

"Nggak enak sama Mama kalau terlalu lama."

"Nggak papa, Mama nggak akan keberatan sama sekali menjaga cucunya." Jelas Arka, "Lagipula kita keluar belum lama."

"Boleh," Sarah mengangguk-anggukkan kepalanya, "Memangnya mau kemana?"

"Kamu maunya kemana?" Arka bertanya balik.

Sarah berpikir sejenak, sejujurnya dia pun tidak begitu tau tempat jalan-jalan seperti apa yang Arka maksud. Apakah di taman atau lainnya.

"Kamu masih lapar?" Tanya Arka memastikan. Tadi, sebelum berangkat, mereka belum sempat makan malam lantaran takut terlambat. Ketika di acara pun mereka hanya memakan makanan ringan dengan porsi tidak banyak. Bagi Arka, itu tidak membuat kenyang sama sekali.

"Lumayan."

Arka menghentikan mobilnya di salah satu taman pusat kota, tepat di sebelah warung sate. "Makan sate mau?"

Sarah mengangguk antusias, "Mau banget."

Arka lekas turun dari mobilnya dengan disusul Sarah di sebalahnya.

Mata Arka melirik Sarah, "Nggak mau nunggu di mobil aja?"

Kepala Sarah menggeleng, "Makan di sini aja, lebih enak."

Arka mengangguk menyetujui, lantas dia segera memesan dua porsi yang masing-masing berisi 10 tusuk sate dan lontong. Setelah selesai memesan, mereka berdua mencari tempat duduk sembari menunggu pesanan mereka yang masih berada di atas pembakaran.

"Kayaknya kita salah kostum ya." Ujar Sarah ketika menyadari tak sedikit orang-orang yang terang-terangan memperhatikannya dan Arka. Mungkin banyak yang bingung lantaran pakaiannya dan Arka terbilang cukup rapi hanya untuk makan di warung sate. Beruntungnya Arka telah menanggalkan jasnya di mobil sebelum turun tadi, hingga hanya menyisakan kemeja putihnya saja. Mungkin akan lebih ditatap aneh lagi ketika suaminya itu masih mengenakan jasnya.

Wedding Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang