Tidak ada kebahagiaan lain bagi Sarah selain mengetahui anaknya tumbuh sehat dalam kandungannya. Keputusannya untuk cuti sementara tak membuatnya menyesal, sebab karena itu dia menjadi lebih fokus dua puluh empat jam kepada calon anaknya.
Kini, usia kandungan Sarah sudah menginjak lima bulan. Selama itu pula hubungannya dengan Arka sedikit mengalami kemajuan. Ya, hanya sedikit.
Sarah tidak mempermasalahkan itu. Dia bersyukur, karena meskipun hanya sedikit, tetapi interaksi mereka tidak sejarang dulu. Terkadang, Arka juga sering mengelus perutnya. Hal yang dulu terasa mendebarkan bagi mereka berdua, kini sudah sampai di titik 'biasa saja' karena mengelus perutnya sudah menjadi kegiatan rutin dari kandungannya memasuki usia empat bulan.
Meski awalnya Sarah sulit membiasakan, namun dia juga tidak bisa melarang Arka, sebab bagaimanapun juga suaminya itu ingin selalu dekat dengan anak mereka. Dan salah satu caranya dengan mengelus perutnya yang dilakukan hampir setiap hari.
Kebiasaan lain selama kandungannya kian membesar adalah jalan-jalan pagi hari. Seperti saat ini, dari pagi-pagi sekali, Sarah sudah berjalan-jalan seorang diri di sekitar komplek. Udara pagi hari benar-benar terasa sejuk sebelum matahari terbit dan menggantinya menjadi panas.
Entah kenapa, rasanya Sarah suka sekali melakukan aktivitas-aktivitas ringan selama dia menikmati kehamilannya. Sekadar jalan-jalan, atau terkadang dia belajar memasak untuk mengisi waktu senggangnya. Dia tidak suka hanya berdiam diri tiduran atau hanya duduk-duduk manis, yang menurutnya justru membuat badannya lemas.
Mata Sarah berbinar ketika dia melihat tukang bubur ayam di taman komplek. Rencananya, dia juga ingin membeli bubur ayam yang biasanya memang mangkal di taman komplek. Membayangkan makan bubur hangat pagi-pagi membuat perutnya seketika keroncongan.
Dengan sedikit tergesa, Sarah melangkahkan kaki telanjangnya menuju taman. Dia tidak sabar ingin makan bubur ayam tanpa di aduk.
"Pak, buburnya satu ya."
"Siap, Neng."
Mata Sarah mengedar mengelilingi taman, hari ini taman tampak ramai dari biasanya. Ada ibu-ibu yang mendorong anaknya di stroller, ada juga ibu hamil sepertinya dan masih banyak orang lagi dari anak-anak hingga paruh baya. Sepertinya hari libur membuat taman lebih ramai dari biasanya.
"Usia kandungannya berapa bulan, Mbak?"
Sarah menolehkan kepalanya kepada ibu-ibu yang bertanya padanya. Ibu-ibu itu juga tengah membeli bubur sembari mendorong seorang batita dalam stroller-nya.
"Jalan lima bulan, Bu." Balas Sarah tersenyum tipis.
"Mbak-nya kelihatan masih muda sekali, ya."
Senyum Sarah luntur, tergantikan dengan senyum paksanya, "Iya, kebetulan saya menikah muda."
Sarah tidak masalah jika dia mendapatkan pertanyaan semacam itu. Hanya saja, ekspresi ibu itu seolah-olah menuduhnya sesuatu. Ya, meskipun benar kalau dia hamil di luar nikah, tapi dia tidak suka saat orang-orang memandanginya seperti perempuan yang tidak benar.
Mendapatkan jawaban dari Sarah, ibu itu langsung terdiam. Dia segera pergi dari sana setelah buburnya selesai di buat.
Setelah membayar buburnya, Sarah memutuskan untuk duduk di kursi taman yang kosong. Dia akan mengistirahatkan tubuhnya dengan menikmati buburnya di sana.
"Tadi nggak kerasa capek, kenapa pas duduk jadi kerasa banget ya." Keluh Sarah saat sudah mendudukkan tubuhnya di kursi. Sandal yang dia jinjing sedari tadi dia jatuhkan begitu saja. Dompet beserta handphone yang dia bawa pun dia letakkan di kursi. Fokusnya saat ini hanya pada bubur ayam ini, tidak ada yang bisa menganggu sekalipun handphone-nya berbunyi menandakan ada notifikasi masuk.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Accident
Ficción GeneralSarah Arabella Risty adalah gadis rantau dari desa. Selama bertahun-tahun dia hanya hidup berdua dengan sang Ibu. Sedangkan Ayahnya telah tiada sejak dia duduk di sekolah dasar. Hidup di kota besar dengan bermodalkan ijazah SMA bukanlah hal yang mud...