Setelah tiga hari penuh Sarah tidak bekerja dan hanya berdiam diri di kamar kosnya, hari ini dia memutuskan memberanikan diri untuk pulang ke kota halamannya.
Awalnya keluarga Erlangga akan turut ikut Sarah pulang sembari membicarakan masalah ini pada ibunya. Namun, Sarah melarangnya sebab dia tidak ingin membuat Ibunya terkejut dihadapan banyak orang. Sarah ingin membicarakan ini hanya berdua dulu berharap ibunya mau memaafkannya. Meskipun akan terasa sangat sulit, tapi Sarah tetap akan memberitahukan pada ibunya dengan pelan-pelan. Setelah nanti situasinya memungkinkan, barulah dia akan mengabari keluarga Erlangga dan mengijinkan mereka untuk datang.
Berbeda dengan biasanya, pulang kali ini Sarah di antar oleh supir dari kediaman Erlangga. Tante Sania bilang, ini sebagai jaminan kalau Sarah akan sampai tujuan dengan selamat. Setidaknya jika mereka belum bisa datang sekarang, mereka bisa bertanggungjawab atas keselamatan Sarah.
Kurang lebih membutuhkan waktu sekitar lima jam untuk sampai dari ibu kota ke kediaman Sarah. Sebelumnya Sarah sudah memberitahukan ibunya kalau dia pulang hari ini hingga saat dia sampai ibunya tidak terkejut. Terbukti dengan beliau yang saat ini tengah duduk di teras rumah seakan menunggu kedatangan sang putri satu-satunya.
"Ibu." Begitu keluar dari mobil, Sarah langsung berhambur ke dalam pelukan sang ibu, menumpahkan segala kerinduan dan juga rasa bersalahnya.
Tak terasa Sarah meneteskan air matanya. Melihat ibunya yang menatapnya dengan tatapan teduhnya membuat Sarah merasakan perasaan bersalah yang teramat dalam.
"Kok nangis?" Tanya Farah saat menyadari kalau kini anaknya tengah menangis.
Sarah melepaskan pelukannya, lalu menggelengkan kepalanya pelan. Tangannya bergerak menghapus sisa-sisa air mata yang sempat mengalir. "Sarah kangen Ibu."
Farah menatap Sarah dengan bingung. Tak biasanya Sarah menangis hanya karena merindukannya. Biasanya hanya sedikit merengek manja. Lagipula hampir setiap hari mereka saling berbincang lewat telepon. "Yaudah jangan nangis, sekarang kan sudah ketemu Ibu."
"Ayo masuk dulu. Sekalian itu Pak sopirnya di suruh makan. Ibu tadi sudah masak banyak." Seperti biasa, saat Sarah pulang, Farah selalu masak berlebih untuk sang anak dan sopir-sopir yang selalu mengantar anaknya pulang dengan keadaan selamat. Apalagi saat ini, Sarah sampai saat sudah pukul dua belas siang, tepat saat jam makan siang.
"Mari Pak makan dulu." Ujar Sarah mempersilahkan sopir dari kediaman Erlangga itu. Beruntungnya setiap pulang Sarah selalu memesan jasa transportasi online. Jadi dia tidak perlu menjelaskan kepada ibunya siapa yang mengantarnya saat ini. Pasti ibunya itu berpikir ini hanyalah mobil online yang biasa dia pesan.
••••••••
Sepanjang sore setelah sopir kediaman Erlangga pulang, Sarah mengikuti kemanapun ibunya berjalan. Dia tengah mencari situasi yang tepat untuk berbicara dengan sang ibu. Namun sepertinya hari ini bukan waktu yang tepat sebab dia baru saja sampai, takut kalau justru ibunya terkejut.
"Kamu kenapa sih ngikutin Ibu terus dari tadi?" Tanya Farah menatap anaknya heran. Sedari dia berbelanja tukang sayur di depan, hingga ke kebun belakang rumah Sarah tak pernah lepas darinya.
"Kalau capek mbok ya istirahat. Kamar kamu sudah Ibu bersihkan. Ngapain malah capek-capek ngintilin Ibu kesana-kemari?"
Sarah mendudukkan tubuhnya di kursi panjang yang berada di halaman belakang rumah sembari menatap ibunya yang tengah memetik cabai. "Ya nggak papa, Bu. Ngapain Sarah pulang kalau cuma mau tidur."
"Ya nggak gitu maksudnya. Kamu kan baru sampai setelah di perjalanan yang cukup lama, pasti capek perlu istirahat."
Sarah hanya mengangguk. "Iya Bu, sebentar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Accident
Fiksi UmumSarah Arabella Risty adalah gadis rantau dari desa. Selama bertahun-tahun dia hanya hidup berdua dengan sang Ibu. Sedangkan Ayahnya telah tiada sejak dia duduk di sekolah dasar. Hidup di kota besar dengan bermodalkan ijazah SMA bukanlah hal yang mud...