45

37.4K 3.2K 288
                                    

"Sekarang, apa kamu menyadari kalau dirimu begitu bodoh karena sudah tertipu oleh mereka?" Saka tersenyum sinis dengan tatapan remeh ke arah Regio.

Jika beberapa hari yang lalu, Arka dan Saka yang datang ke kantor Regio, maka hari ini kebalikannya, kini Regio dan asistennya yang datang ke kantor Erlangga Group.

Tangan Regio terkepal, namun dia tetap berusaha mengendalikan emosinya. Meski dia salah dalam menduga, namun niatnya datang ke sini bukan untuk meminta maaf. Ada tujuan 'lain' yang membawanya datang kemari.

"Mereka yang bodoh karena berani menipuku."

Tawa Saka semakin keras memenuhi ruangan kedap suara itu. "Jika kamu tidak bodoh, maka tidak akan sampai tertipu hingga beberapa tahun lamanya."

"Hal kecil seperti itu harusnya bisa kamu selesaikan dalam kedipan mata. Tapi, kenyataan?" Saka menjatuhkan punggungnya pada kursi kebesarannya. "Kamu tidak bisa mengelak bahwa kamu bodoh, Regio."

"Tutup mulutmu sialan!"

"Jaga sikapmu! Jangan berteriak di sini!"

Tatapan Regio jatuh pada Arka yang baru saja bersuara. Laki-laki itu duduk tak jauh dari tempatnya. Tatapan Regio menyiratkan ketidaksukaan yang dibalut oleh kebencian.

"Ada apa?" Arka membalas tatapan Regio tak kalah tajam, "Tidak terima kalau dirimu memang bodoh?"

Regio mendengus sinis, niatnya merebut Sarah dari tangan Arka semakin menggebu-gebu. "Lihat saja, apa yang akan kamu lakukan jika status sebagai suami Sarah akan berpindah kepadaku?"

"Tidak perlu berbasa-basi, katakan tujuanmu datang ke sini. Aku tau niatmu tidak sesimple hanya untuk meluruskan kesalahpahaman bodohmu itu."

"Benar," Regio tersenyum dengan kepala mengangguk beberapa kali, "Ternyata kamu cukup pintar, Arka."

"Aku tidak sebodoh dirimu."

"Sial!" Umpat Regio. Jika bukan demi Sarah, dia tidak akan sudi harga dirinya direndahkan di sini.

"Aku ingin kita bekerjasama-"

"Tidak." Singkat dan cepat Arka merespon ucapan Regio sebelum laki-laki itu berhasil menyelesaikan kalimatnya.

Saka sendiri menaikkan sebelah alisnya. "Setelah tuduhan bodohmu itu, kamu masih berani mengajukan kerjasama? Apa menurutmu Erlangga Group akan menerima kerjasama dari perusahaan yang dipimpin oleh orang bodoh sepertimu?"

Regio menyunggingkan senyum sinis, "Apa kalian yakin akan menolak?"

"Berpikir menggunakan tempurung kaki pun tanpa ragu kami akan menolak." Arka menjawab dengan santai, tanpa menyadari bahwa Regio semakin tersulut emosi yang tengah berusaha laki-laki itu kendalikan. "Aku tau ada niat lain yang membawamu datang dan mengajukan kerjasama pada Erlangga Group."

"Katakan apa yang membuatmu merendahkan diri dihadapan kami saat ini."

"Istrimu."

••••••••

"Sialan! Rasanya aku ingin memotong lidah Regio! Berani-beraninya dia secara terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada istriku!" Setelah kepergian Regio beberapa menit yang lalu setelah sebelumnya sempat melayangkan beberapa pukulan, Arka kembali emosi yang disaksikan oleh Saka dalam ruangan laki-laki itu.

"Tenanglah."

"Tenang?!" Arka langsung menyorot tajam kakaknya dengan nada ucapan tidak santai. "Apa yang akan Mas Saka lakukan jika ada orang yang berniat merebut Mbak Selina?!"

"Tentu saja membunuhnya." Balas Saka santai.

"Lantas, masih bisa kamu menyuruhku tenang?!"

Saka menghela nafasnya, dia tak menyalahkan Arka yang emosi. Jika berada di posisi Arka, dia pun akan melakukan hal yang sama, bahkan mungkin lebih. Hanya saja ini masih di kantor dan berada dalam ruangannya, bisa-bisa seisi ruangannya akan hancur oleh kemurkaan Arka.

Wedding Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang