Karena kejadian memalukan semalam, Arka sudah bisa menebak kalau esok harinya mereka pasti akan dilanda kecanggungan. Ya, dugaannya sama sekali tidak meleset. Mereka berdua seperti kembali pada awal pernikahan yang menjunjung tinggi kecanggungan, seolah kedekatan mereka akhir-akhir ini tidak berarti lagi akibat kejadian memalukan yang sialnya masih melekat di otak mereka masing-masing.
Apalagi ketidakhadiran Sarah ke kamarnya lagi setelah insiden itu semakin membuat Arka merasa gelisah. Bahkan Sarah tak mengambil handphone dan juga tasnya yang masih tertinggal di kamarnya. Bukan apa-apa, hanya saja semakin di pikir, Arka merasa malu sebab semalam dialah yang menjadi korban dari kejadian memalukan itu.
"Saya berangkat." Arka terlebih dahulu menyelesaikan sarapannya. Laki-laki itu lantas berdiri diikuti Sarah yang membawakan tas kerja suaminya sampai luar.
"Eh," Begitu sampai teras, Sarah yang sedikit tidak fokus terkejut kala Arka yang berhenti tiba-tiba dan berbalik menghadapnya, "K-kenapa Mas? Ada yang ketinggalan?"
Arka menangkup kedua sisi wajah Sarah, wajahnya menunduk mendekati wajah Sarah yang mendongak. "Apa kamu merasa terganggu dengan tingkah Jevan yang mendekati kamu secara terang-terangan?"
Sarah mengerjabkan matanya bingung, kepalanya spontan mengangguk meski dalam dirinya belum bisa mencerna maksud dari suaminya atas pertanyaan tiba-tiba mengenai Jevan. "I-iya, t-tapi kenapa Mas Arka tiba-tiba bahas Jevan?"
Arka mengangguk-anggukkan kepalanya, merasa puas dengan jawaban Sarah. Lantas matanya memberi kode ke arah Sarah sembari berbisik lirih, "Lihat siapa yang datang di luar gerbang?"
Kepala Sarah hendak menoleh, namun tiba-tiba di tahan oleh tangan Arka yang masih setia memegangi kedua sisi wajahnya. "Jangan menoleh."
Akhirnya Sarah hanya melirik melalui ekor matanya. Begitu menemukan apa yang di maksud oleh Arka, matanya sontak melebar. Di sana, ada seseorang yang tengah menatap ke arahnya dengan posisi duduk di atas motornya. Mesti dia menggunakan helm, Sarah sudah bisa menebak wajah di balik helm itu. "J-jevan?"
"D-dari mana dia tau rumah kita?" Bisik Sarah lirih.
Arka tak menggubris pertanyaan Sarah. Dia pun tidak tau darimana bocah itu menemukan rumahnya. Padahal baru saja kemarin bocah itu mengatakan kalau dia tidak menemukan Sarah di manapun, tapi kenapa baru sehari dia langsung menemukan kediamannya? Sial! baru bertemu kurang lebih satu hari sudah bisa membuatnya di landa rasa kesal. Tau begitu, lebih baik kemarin dia tidak datang ke rumah sakit untuk menjenguk kakak iparnya.
"Dia sama sekali tidak menggubris peringatanku." Desis Arka geram.
Sarah mengernyitkan keningnya, tak paham dengan desisan dari Arka sekaligus tidak terlalu mendengar. "Mas Arka bilang apa?"
Arka kembali mengalihkan pandangannya ke arah Sarah, tiba-tiba sebuah ide terlintas dalam otaknya. Bibirnya spontan menyunggingkan senyum menyeringai. "Kamu mau buat dia berhenti mengganggu kamu?"
Lagi-lagi Sarah menganggukkan kepalanya.
Jawaban Sarah semakin membuat Arka tersenyum penuh kemenangan. "Kalau begitu, diam, dan ikuti saya."
"Akan ku buka matamu lebar-lebar tentang status Sarah, bocah sialan!"
Arka memajukan wajahnya, bibirnya dengan lembut mendarat pada kedua pipi Sarah, lalu pada keningnya, dan terakhir mengecup bibir Sarah yang seketika membuat istrinya itu melebarkan kedua matanya.
"M-mas,"
"Ssttt," Arka mengisyaratkan Sarah agar tetap diam, "Supaya bocah itu sadar akan status kamu yang sudah bersuami."
![](https://img.wattpad.com/cover/360964202-288-k873341.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Accident
Ficção GeralSarah Arabella Risty adalah gadis rantau dari desa. Selama bertahun-tahun dia hanya hidup berdua dengan sang Ibu. Sedangkan Ayahnya telah tiada sejak dia duduk di sekolah dasar. Hidup di kota besar dengan bermodalkan ijazah SMA bukanlah hal yang mud...