Berharap tertidur dengan nyenyak setelah kepergian Arka nyatanya Sarah tidak bisa. Semakin di pikir semakin membuat dirinya cemas.
Akhirnya Sarah memutuskan keluar dari kamarnya menuju dapur. Barangkali dengan meminum air putih bisa meredakan sedikit rasa khawatir dan cemasnya.
Mata Sarah memicing ketika telinganya mendengar suara bising dari arah luar. Dengan rasa penasaran, dia berjalan mendekat dengan waspada. Apakah ada maling? Tapi rasanya tidak mungkin ada maling di jam yang masih belum terlalu larut, jam sepuluh malam. Lagipula, mana ada maling yang menimbulkan suara berisik. Lantas siapa kira-kira yang berada di luar?
Tak ingin menerka-nerka, Sarah segera berjalan keluar. Ternyata kehadirannya di sana menghentikan tawa beberapa orang di sana.
"Kalian ... siapa?" Sarah bertanya heran ketika mendapati ada sekitar lima orang yang duduk-duduk di depan teras rumahnya.
Mereka yang ada di sana mendadak berdiri lantas membungkuk hormat.
"Eh,"
"Kami orang-orang kepercayaan Pak Arka yang hari ini di tugaskan untuk menjaga Bu Sarah di rumah." Perwakilan salah satu dari lima orang itu angkat suara.
Mata Sarah lekas mengedar, bukan hanya lima orang saja, di depan sana juga masih ada beberapa orang yang tengah saling berbincang.
Seakan mengerti tatapan kebingungan dari istri atasannya, orang yang tadi angkat suara kembali menjelaskan, "Mereka juga termasuk bagian dari kami. Selain itu, sekeliling rumah ini juga di jaga oleh mereka."
Sarah tak bisa menutupi rasa terkejutnya. Apakah harus seketat itu di jaga sampai harus mengelilingi rumah? Bahkan Sarah sebelumnya tidak pernah berpikir kalau Arka menyiapkan beberapa orang kepercayaannya untuk menjaganya.
Sarah hanya bisa mengangguk, "Em, apa tidak berlebihan?"
"Tidak sama sekali, Bu. Keselamatan Ibu dan anak ibu adalah nomor satu untuk Pak Arka."
Sarah hanya tersenyum dan mengangguk, "Em, kalian mau minum? Biar saya buatkan." Mata Sarah kembali mengedar, berusaha menghitung jumlah orang-orang di sana, "Ada berapa orang?"
"Terimakasih, tapi tidak perlu repot-repot, Bu." Tolak mereka halus. Meski haus, mana mungkin mereka berani meminta istri dari bosnya membuatkan minum, apalagi dengan jumlah yang cukup banyak. Bisa-bisa telinga mereka akan memerah karena mendengar omelan dari bosnya yang tiada henti nantinya.
"Jangan sungkan, saya tau kalian butuh kopi agar matanya tetap segar." Tebak Sarah yang disetujui dalam hati oleh mereka berlima. "Nanti saya suruh pelayan yang buat agar kalian tidak sungkan."
"Terimakasih, Bu Sarah."
Sarah mengangguk setelah itu berlalu dari sana untuk membangunkan beberapa pelayan agar menyiapkan kopi dan beberapa cemilan untuk menemani mereka.
"Istri Pak bos yang sekarang lebih cantik ya, mana kalem banget lagi, jauh banget dibanding yang iblis itu." Gumam salah satu dari mereka dengan tatapan takjub memandang istri dari bosnya yang sudah berlalu.
Orang yang sedari tadi menjadi perwakilan mereka berdecak kecil, "Diamlah, jangan sampai Pak Arka tau kalau kamu memuji istrinya."
"Tapi memang benar, Bu Sarah juga baik dan ramah sampai mau buatin kita minum. Nggak salah Pak Arka membuang kerikil dekil. Karena dengan itu, Pak Arka bisa mendapatkan berlian seperti Bu Sarah."
Tak bisa dipungkiri, mendapatkan perlakuan baik dari bosnya adalah kesenangan tersendiri bagi mereka. Pengalaman yang lalu, mana pernah mereka diperlakukan seperti ini.
Ucapan salah satu dari mereka mendapatkan anggukkan setuju dari keempatnya.
"Kelihatan masih muda sekali ya."
![](https://img.wattpad.com/cover/360964202-288-k873341.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding Accident
Ficción GeneralSarah Arabella Risty adalah gadis rantau dari desa. Selama bertahun-tahun dia hanya hidup berdua dengan sang Ibu. Sedangkan Ayahnya telah tiada sejak dia duduk di sekolah dasar. Hidup di kota besar dengan bermodalkan ijazah SMA bukanlah hal yang mud...