16

79.4K 4.4K 130
                                    

Di dalam kamarnya, Sarah berjalan kesana-kemari dengan gelisah. Ini sudah pukul sepuluh malam, dan sejak dia mengantarkan bubur dan obat ke kamar suaminya, dia belum lagi ke sana untuk memastikan keadaan laki-laki itu.

Ingin sekali sejenak Sarah mengecek keadaan Arka untuk memastikan kalau laki-laki itu baik-baik saja. Jika dia tidak memastikan, dia takut kalau Arka semakin parah. Dia pun tidak tau apakah obat yang dia siapkan tadi diminum atau tidak.

"Atau aku suruh Bibi aja ya?" Sarah bergumam dengan kepala dipenuhi rasa khawatirnya.

"Tapi pasti Bibi sedang istirahat sekarang."

Sarah berdecak. Tidak ada pilihan lain. Dia harus memastikannya sendiri.

Dengan ragu Sarah keluar dari kamarnya menuju kamar Arka yang tepat berada di sebelah kamarnya. Tangannya terulur mengetuk pintu dengan pelan, "Mas Arka."

Karena tau tidak akan mendapatkan jawaban, Sarah membukanya dengan pelan. Begitu pintunya sudah terbuka, kegelapan langsung menyapanya. Hanya ada cahaya remang-remang yang berasal dari lampu tidur. Sarah lantas berjalan mendekat, tangannya terulur untuk mengecek kening Arka.

Akhirnya Sarah bisa bernafas lega begitu merasakan suhu tubuh Arka sudah tidak panas lagi. "Syukurlah, panasnya sudah turun."

Di rasa sudah cukup, Sarah kembali keluar. Dia menutup pintu dengan pelan agar Arka tidak terganggu.

Begitu pintu sudah tertutup sempurna, Arka membuka matanya. Tatapannya menatap pintu dengan tatapan yang sulit di artikan. Dia memang sudah tertidur. Namun karena tidurnya tidak nyenyak, dia terbangun saat mendengar suara pintu kamarnya yang di ketuk.

Meski mendengar, namun Arka tidak membuka matanya. Dia membiarkan seseorang memasuki kamarnya. Hingga tak lama dia merasa tangan hangat itu mendarat ke keningnya.

Arka menghela nafasnya, lantas membenarkan posisi tidurnya yang semula tengkurap menjadi terlentang. Matanya menatap langit-langit kamar yang remang.

Arka tidak mengira kalau Sarah akan kembali ke sini hanya untuk memastikan kondisinya.

••••••••

Seperti pagi-pagi sebelumnya, pagi ini Sarah sudah berkutat di dapur untuk menyiapkan sarapan. Soal urusan memasak, dia sudah mengambil alih menjadi urusannya. Sarah ingin setidaknya dia ada kegiatan yang bisa dia lakukan.

Dulu, saat belum menikah, dia biasa melakukan apa-apa sendiri. Jadi saat di sini semuanya serba di layani, dia merasa tidak terbiasa. Tangannya terasa gatal jika tidak melakukan apapun. Hingga akhirnya dia memilih mengambil alih pekerjaan pelayan yang memasak.

Sarah belum mengecek lagi keadaan Arka pagi ini. Rencananya dia akan mengecek sekalian nanti membawakan Arka sarapan. Dia merasa lancang jika harus bolak-balik ke kamar Arka. Selain itu, dia juga takut seandainya Arka tidak nyaman.

Sepertinya niat Sarah yang akan membawakan sarapan ke kamar Arka harus dia urungkan. Sebab Arka lebih dulu memasuki meja makan ketika Sarah hendak memindahkan makanannya ke nampan.

Arka tampak lebih segar dari tadi malam. Sepertinya laki-laki itu sudah mandi. Terbukti dengan rambutnya yang masih basah.

"Mas Arka sudah baik-baik saja?" Tanya Sarah sembari kembali memindahkan makananya ke meja.

Arka menganggukkan kepalanya. Tangannya terulur berniat meraih nasi yang berada di hadapan Sarah.

Karena terlalu jauh, tangan Arka tak sampai untuk mengambil nasinya. Sarah yang sadar, dia lantas membantu Arka dengan mengambilkan nasinya ke dalam piring laki-laki itu.

"Segini cukup?" Tanya Sarah lagi, dia tidak terlalu mengetahui porsi makan Arka seberapa banyak.

Sekali lagi, Arka menganggukkan kepalanya. "Terima kasih."

Wedding Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang