11

56.9K 3.3K 62
                                    

Sudah bukan hal baru lagi kalau setiap weekend setidaknya dua minggu sekali, Arka mengajak Arga-anak yang pernah dia rawat dari bayi sampai usia enam bulan jalan-jalan keluar. Pertemuannya dengan Arga setidaknya bisa mewarnai hari-hari Arka yang terasa suram sejak beberapa tahun yang lalu. Meski begitu, setiap melihat Arga, kejadian beberapa tahun yang lalu berhasil kembali berputar-putar dalam ingatannya. Tentang fakta menyakitkan yang berhasil memisahkan mereka berdua. Tentang kejadian dia yang harus merelakan Arga lepas dari pelukannya. Sungguh, membayangkan saja membuat Arka merasakan perasaan marah, benci semua bercampur menjadi satu.

Terlepas dari Arga yang bukan anak kandungnya, namun kasih sayang Arka pada Arga tidak pernah berubah. Bagaimanapun juga, kehadiran Arga dulu pernah menjadi hari yang paling bahagia yang pernah dia rasakan. Tapi sayang, kebahagiaan itu di hancurkan saat dia mengetahui kalau ternyata Arga bukanlah anak kandungnya di usia Arga yang sudah enam bulan.

Dari situ, Arka berusaha merelakan Arga untuk di rawat oleh Kakek dan Neneknya, karena hanya mereka berdua yang masih bisa di percaya untuk merawat Arga dengan baik. Terbukti hingga kini usia Arga menginjak tiga tahun, Arka bisa melihat Arga tumbuh menjadi anak yang sehat dan ceria.

Terlepas dari Arka yang membenci mantan istrinya, namun dia dan keluarganya masih berhubungan baik dengan keluarga dari mantan istrinya, demi Arga. Membiarkan Arga tumbuh tanpa di dampingi kedua orang tuanya membuat Arka tidak tega. Dulu, peran Ayah tersemat pada dirinya untuk Arga, namun kini tidak lagi. Dengan itu, setidaknya dia ingin memastikan Arga tumbuh dengan baik di tangan Kakeh-Neneknya.

Meski begitu, Arka masih tau batasan. Dia hanya mengajak Arga keluar setiap dua minggu sekali. Terkadang kalau dia tidak sibuk, dia menemui Arga sebelum dua minggu tiba. Hanya sekedar jalan-jalan biasa untuk mengisi hari-harinya yang sepi, tidak lebih dari itu.

Agenda kali ini, Arka mengajak Arga ke mall untuk bermain ke playground, sekalian nanti mereka akan mencari kado untuk keponakannya yang berulang tahun besok.

Berbeda dari biasanya, jalan-jalan kali ini tidak hanya berdua, melainkan bertiga.

Sedari tadi, mata Arga tak pernah lepas memandang perempuan cantik yang baru pertama kali dia lihat bersama Om-nya.

Sarah yang di tatap seperti itu hanya mampu tersenyum. Arga pasti bingung melihatnya ikut sebab biasanya hanya berdua dengan Arka.

"Kalau begitu, kami permisi Ma, Pa." Pamit Arka pada kedua paruh baya yang pernah menjadi ayah dan ibu mertuanya.

"Kami permisi dulu, Tante." Sarah menyalami keduanya mengikuti Arka.

Citra-Nenek Arga menganggukkan kepalanya dengan tersenyum tipis. "Hati-hati ya."

"Arga jangan rewel ya sama Om dan Tante." Citra beralih mengelus kepala cucunya yang sudah berada dalam gendongan Arka.

Arga menganggukkan kepalanya antusias. "Iya, Nenek."

••••••••

"Arga nggak mau kenalan dulu sama Tante?" Tanya Arka kala menyadari Arga hanya diam saja sejak mereka masuk ke dalam mobil. Biasanya saat mereka berdua, mulut Arga tak berhenti bicara. Balita itu banyak menceritakan kegiatannya sehari-hari dengan suara yang belum terlalu jelas.

Arga menggeleng pelan. Sejujurnya dia malu karena tidak biasa ada Tante cantik saat bersama dengan Om-nya.

"Kenapa nggak mau?" Arka menoleh ke belakang sebentar kemudian kembali fokus mengemudi. "Coba di tanya, Tante namanya siapa."

Sarah yang berada di sebelah kemudi menoleh ke belakang. Bibirnya menyunggingkan senyum, "Sini, Arga duduk sama Tante."

"Jangan," Secepat kilat Arka menyambar, "Arga sudah besar, nanti perut kamu keteken kalau pangku Arga."

Wedding Accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang