LUKA LIKU AYLA

43

Happy reading

.

.

.

.

.

_________

Pukul 20:00.

Ayla tidak bisa berhenti memikirkan ucapan Risa yang tak sengaja ia kuping saat di toilet tadi.

Ia ingin menolong Cherly, tapi rasanya dirinya malas untuk itu. Tapi dia takut jika bener Risajalang itu akan melenyapkan Cherly, bisa-bisa dirinya akan di hantui dengan arwah Cherly.

"Arghh, bantuin gak ya! Mager banget lagi" gerutunya.

Ayla menimang-nimang untuk sesaat, entah kenapa dirinya sangat malas untuk membantu Cherly tapi hatinya berkata ia.

"Arghh nanya ke ayam bebek dulu ah" ujarnya lagi, lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja di sebelah ranjangnya.

Ayla memencet nomor seseorang, tak sampai satu menit orang itu sudah menjawab telponnya.

"Halo ay"

"Halo rel, gua lagi bingung nih"

"Bingung kenapa ay? Sini cerita ke aku, siapa tau aku bisa bantuin kamu"

Ayla mendengus sesaat, bisa-bisanya darel tak lupa memakai kosakata aku-kamu.

"Ay"

"Iya, aku cuman mau minta pendapat"

"Pendapat apa?"

"Menurut kamu, kalo musuh kita lagi dalam bahaya, dan kita tau itu, bagusnya di bantuin apa kagak?"

"Musuh? Kok kamu tiba-tiba nanya gitu ay? Emangnya kamu punya musuh? Siapa?"

Ayla mendengus, di lubuk hatinya ia mengumpat serapah darel yang sudah seperti reporter.

"Banyak, gua cuman minta pendapat Lo rel, bukan buat di tanya-tanya gini"

"Hehe, aku gak bisa ngasih saran apa-apa, takutnya salah ngomong. Tapi coba deh kamu tanyain sama hati kamu, aku yakin pasti kamu bakal ketemu jawabannya"

"Percuma ngomong sama Lo, gak nyambung bangsat!!"

Tut

Ayla memutus sambungan telpon sepihak, percuma ternyata dia bertanya pada darel, cowok itu tidak akan memberikan saran yang tepat.

Ayla berpikir sesaat, tiba-tiba sebuah lampu menyala di otaknya.

"AHA, gua tanya Bik Atin aja deh" ucapnya antusias.

Ayla langsung turun menghampiri bik Atin yang sedang duduk di meja dapur, pasti bik Atin selesai memasak pikir Ayla.

"Bik Atin" sapa Ayla, ia duduk di sebelah bik Atin yang tengah fokus membaca majalah.