46

0 0 0
                                    

Happy reading

.

.

.

.

_________

Darel dkk, viola dkk sedang menunggu kabar terbaru tentang kondisi Ayla. Mereka gelisah, mereka kalut, dan sangat takut. Ayla tengah di tangani oleh seorang dokter di IGD.

Setelah kejadian tadi mereka langsung melarikan Ayla ke rumah sakit, razel membawa Cherly ke psikologi, sedangkan Clarisa sudah dikabarkan meninggal dunia, dan pemakamannya akan di urus oleh orang suruhan Alex, karena Alex tadi bisa turun tangan untuk memakamkan cucunya.

Sebab Alex sudah menjadi borunan polisi sekarang, Jesika dan Andreas sudah melaporkan dan memberikan bukti-bukti tentang kejahatan Alex kepada polisi.

"Ayla.. hiks...." Viola meraung memikirkan nasib sahabatnya yang sudah tak sadarkan diri di dalam sana.

"Stt... Ayla gadis yang kuat, dia pasti bisa lewatinnya" Haris mencoba menenangkan gadis kesayangannya yang sudah meraung-raung seperti orang kesetanan, ia mengelus pelan pundak viola agar gadis itu tenang.

"Ayla..."lirih sefika pelan, sefika tak bisa mengekspresikan perasaan sakitnya saat melihat sahabatnya sedang bertarung antara hidup dan mati. Juna tak bisa melihat gadisnya bersedih membawa sefika kedalam dekapannya, biarkan saja gadisnya itu melepaskan semua sesak didadanya.

Virlin? Gadis itu hanya diam sambil melihat ke arah pintu IGD. Berharap dokter segera keluar dan memberi kabar bahwa sahabatnya tidak apa-apa.

Farhan melirik sesaat kepada virlin yang terdiam dengan tatapan kosong, ia ingin mengelus rambut gadis itu untuk menenangkannya. Namun egonya tak bisa ia hilangkan, berakhir ia kembali mengurungkan niatnya.

'bertahan... Aku mohon zela', batin darel, dia duduk dengan tatapan kosong namun fikiran yang bergejolak. Ia tak ingin kehilangan Zela untuk yang kedua kali, kemarin sudah cukup membuatnya gila.

Ceklek.

Pintu terbuka dan seorang dengan setelan jas putih keluar dari ruang IGD dengan wajah sedikit khawatir.

Darel langsung saja menghampiri dokter itu, dan siap menghujani beberapa pertanyaan.

"Dengan keluarga pasien?" Tanya dokter sembari memandangi satu persatu anak remaja yang masih memakai seragam yang sama dengan pasiennya.

"Saya tunangannya!" Jawab darel singkat, dia tak ingin bertele-tele.

Dokter itu menarik nafas pelan lalu membuangnya.

"Tunangannya? Kalau begitu baiklah. Pasien harus segera mendapatkan donor darah, akibat luka tusukan itu pasien kehilangan banyak darah. Tapi kami tidak memiliki stok darah yang cocok dengan pasien, darah pasien sangat langkah" jelas dokter itu.

Mereka dibuat shock? Tentu! Kemana mereka harus mencari pendonor itu sekarang.

"Golongan darah Ayla apa dok?" Tanya sefika.

"AB positif, saya harap kalian segera mendapatkan pendonor. Jika tidak sesuatu bisa saja terjadi pada pasien" ucap dokter itu.

"Bang Rey! Pasti golongan darah bang Rey sama dengan Ayla" usul viola, yang lain ikut mengangguk menyetujui ucapan viola.

LUKA LIKU AYLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang