chapter 40

329 41 2
                                    

Luxi POV

Esther mengibaskan pedang nya ke arah leher Giselle, seketika tembok-tembok ini penuh dengan percikan bewarna merah. Sebuah kepala terlepas hingga menggelinding tepat di depan ku. aku memberanikan diri untuk melihatnya, aku terkejut ternyata kepala itu bukan milik Giselle melainkan milik Esther.

Giselle memiliki kemampuan Existance change kekuatan yang dapat mengubah prinsip sebab akibat. Tubuh target akan diubah menjadi tubuh pengguna, ibarat sebuah cermin. Saat Esther memenggal kepala Giselle justru kepala nya sendiri yang akan terpenggal. Lebih singkatnya setiap ia melukai Giselle justru akan berbalik kepadanya dan Giselle tak akan merasakan kesakitan itu sedikitpun.

"G-giselle..." ucap ku Giselle berjalan ke arah ku lalu menancapkan pedangnya ke arah ku dan lagi-lagi darah segar keluar dari mulutku.

Aku tak percaya dengan apa yang ia lakukan padaku, kenapa? Apa karena dia malaikat dan aku adalah reinkarnasi Lucifer?

"jangan bergerak!" ucap Giselle memegang kedua pipiku.

Satu persatu pedang terlepas dari tubuh ku dan perlahan luka-luka itu tertutup kembali hingga menyisahkan bekas luka. Apa yang terjadi?

"kau tak apa Luxi? tenang saja pedang ku tak akan menyakitimu, tapi justru menyembuhkan semua luka mu! kau akan segera membaik.." ucap Giselle tersenyum kearah ku.

"maafkan aku Giselle, I can't protect her!! i break my promised!!" ucap ku mengeluarkan air mata.

"kau sudah melakukannya semampu mu, mulai sekarang aku akan membantu mu setelah ini, aku akan menceritakan semuanya. Aku juga akan mengobati yang lain!" ucap Giselle.

"mavis baby come here..." ucap Giselle mengambil Mavis dari Lascrea

"Giselle kau tak apa? kau baru saja melahirkan?" ucap Lascrea.

"aku sudah menyembuhkan diri ku sendiri setelah mendapatkan ingatan ku, jadi aku baik-baik saja!" ucap nya.

Jujur saja aku benar-benar tak menyangka bahwa Giselle dulunya malaikat, I guess no one expect it. semuanya juga terkejut saat mengetahuinya dan awalnya mereka tak menyetujui keberadaan Giselle disini terutama Jeanne. karena mereka berpikir kalau itu adalah tipu daya nya untuk membantai secara perlahan. tapi, untungnya aku berhasil meyakinkan mereka, walaupun mereka masih memiliki trust issue dengan Giselle yang tak lain adalah nemesis bagi iblis.

Nemesis : musuh bebuyutan.

"kau tak apa Haley?" ucap ku memegang tangannya.

"aku tak apa kau tak perlu khawatir!!" ucap Haley terlihat sangat pucat.

"ini makan dulu habis itu istirahat jangan terlalu banyak berpikir... aku tak ingin kau dan anak kita kenapa-napa!" ucap ku mengelus perutnya.

"kalau ada yang sakit bilang! Aku akan mengobati mu.." ucap Giselle yang sedang menggendong Mavis.

"duh kalian ini!! aku beneran gak apa.. aku Cuma sedikit shock itu aja kok! Gimana keadaan Mavis?" ucap Haley.

"dia baik-baik saja hanya sedikit tergores tapi aku juga sudah menyembuhkannya. Arghhh... beraninya cewe sialan itu menyakiti anak ku!! im never forgive her kalau aku bisa membangkitkannya aku akan membunuhnya berkali-kali." Ucap Giselle dengan wajah kesal kemudian ia mencium kening Mavis.

"tapi syukurlah ia baik-baik saja... how cute is she!!" ucap Haley mengelus pipi Mavis.

"Haley sebaiknya kau istirahat!! Tubuh mu kecapean!!" ucap Giselle.

"baiklah, aku tidur dulu..." ucap Haley kemudian ia memejamkan matanya dan aku mencium keningnya.

Aku benar-benar ga berguna anak-anak ku dan Haley sedang terancam, tapi dengan mudahnya ia membuatku tak bergerak. Hal ini membuatku tak yakin kalau aku bisa melindungi mereka semua kedepannya. Apa perkataan-perkataan ku hanya lah sekedar omongan? Im such a jerk!! Mereka memerlukan seseorang untuk mejaga mereka, im not the right person!!

"that's not true Luxi... aku tak butuh orang lain sebagai pengganti mu! aku hanya butuh kau!!" ucap Giselle.

"tunggu bagaimana kau tahu aku..." ucap ku terkejut.

"I can read your mind..." ucap Giselle.

Giselle sudah menceritakan semuanya padaku tentang ingatannya sebagai malaikat. dulu ia adalah malaikat yang paling dihormati dan diagung-agungkan sampai ketika ia lebih memilih menjalin hubungan terlarang dengan iblis. Bagi malaikat hal itu dianggap sebagai penghianatan dan mereka semua mengeksekusi dirinya dengan cara kedua sayapnya di potong dan kepalanya dipenggal.

Giselle memilih untuk membiarkan dirinya dieksekusi bukan karena ketidakberdayaan atau penyesalan, tetapi karena sebuah rencana yang lebih besar yang hanya diketahui oleh dirinya dan sang iblis yang dicintainya.

Di saat-saat terakhir sebelum eksekusi, ketika sayapnya dipotong satu per satu, Giselle tetap diam, tatapannya tenang namun penuh arti. Di tengah rasa sakit yang mendera, ia memancarkan cahaya yang begitu terang, membutakan semua malaikat yang hadir. Cahaya itu bukan sekadar cahaya kematian, tetapi adalah bagian dari esensinya sebagai malaikat agung.

Ketika pedang malaikat tertinggi terayun untuk memenggal kepalanya, Giselle hanya menutup matanya, menerima takdirnya dengan senyuman kecil yang tak terlukiskan. Dalam detik-detik terakhir hidupnya, pikirannya melayang pada janji yang telah dibuatnya dengan sang iblis. Mereka telah merencanakan untuk bertemu kembali di suatu tempat di antara dimensi, di mana esensi Giselle akan direinkarnasi dengan kekuatan yang jauh lebih besar, bebas dari aturan surga dan neraka.

Eksekusi itu sebenarnya adalah sebuah pengorbanan. Dengan mengorbankan dirinya, Giselle melepaskan seluruh kekuatannya yang terikat pada hukum langit, namun di sisi lain ia menyatu dengan kekuatan kegelapan dari sang iblis, menciptakan entitas baru yang tak terduga oleh surga maupun neraka. Esensinya, yang terperangkap dalam kristal kecil, jatuh dari langit seperti meteor, menembus berbagai dimensi, hingga akhirnya mendarat di dunia manusia, di mana ia akan bangkit kembali sama halnya dengan Lucifer.

"aku mencintai mu Luxi..." ucap Giselle tersenyum ke arah ku. senyumannya benar-benar manis.

"aku juga mencintai mu Giselle, always!" ucap ku mendekat ke arah nya lalu aku mencium bibirnya. Setelah ciuman itu terlepas, Giselle menatapku dengan mata yang berbinar, seolah menembus ke dalam jiwaku.

"Luxi kedepannya kita akan melewati banyak rintangan But, as long as we're together kita akan baik-baik saja!" ucap nya.

Suaranya lembut namun penuh keyakinan. Aku mengangguk pelan, merasakan hal yang sama. Aku mengalihkan pandanganku ke Mavis yang tertidur pulas di pelukan Giselle. Wajah kecilnya terlihat begitu damai, seakan tak terganggu oleh badai yang mengelilingi.

"she's the best gift I ever got!" bisik Giselle sambil menyentuh pipinya yang lembut.

"kita akan melindunginya Giselle apapun yang terjadi!" ucap ku berusaha meyakinkannya sekali lagi.

"she's our hope dengan ini dunia akan melihat bahwa cahaya dan kegelapan bisa bersatu tanpa harus menghancurkan satu sama lain tanpa perlu menjadikannya sebagai senjata untuk menghancurkan suatu kaum." ucap Giselle tersenyum lembut.

"aku tahu ini ga akan mudah tapi ini juga tidak mustahil untuk dilakukan!" ucap ku memeluknya. Kehangatan dari tubuh Giselle menyusup ke dalam diriku, memberikan keyakinan bahwa apa yang kami hadapi bukanlah sekadar mimpi, tetapi tujuan yang nyata dan harus diperjuangkan.



author akan berusaha update secepatnya ya!! kalau masalah jadwal update udah ga nentu.. tergantung mood author hehe...  ditunggu  chapter selanjutnya ok!  jangan lupa di vote!!

Seeking Life In A World Of The UndeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang