Author POV
Sebelum monster itu mangarahkan kapak nya, Frank menembakan pistol nya ke tangan undead itu. kali ini ia berjalan ke arah nya. Saat ia mendekat, Frank langsung menusuk pisau nya ke tubuh undead itu, tetapi pisau itu tak menggores kulitnya sama sekali. Undead itu mencekik nya lalu membanting nya ke lantai dengan kuat, darah segar keluar dari mulutnya.
Jeanne menembakan sniper ke tubuh undead tersebut, tapi itu tak membuat nya mati, Hanya memperlambat gerakannya saja. John melempar sebuah bom ke arah nya tetapi tubuhnya tak tergores sedikit pun.
"what is that thing!" ucap John dengan wajah kesal.
"dia semakin mendekat, kita harus pergi." Ucap Jeanne,
"we need to run.." ucap Haley menggenggam tangan Giselle.
"hmm.." ucap Giselle.
Saat mereka semua keluar dari tree house undead sialan itu langsung mengejar mereka dengan cepat. ia mencekik leher Giselle yang membuat lehernya hampir patah.
"Giselle!!" teriak Haley ia berusaha menggores undead ini dengan kukri nya tetapi nihil monster ini justru memukul Haley hingga terpental, kepalanya terbentur hingga mengeluarkan darah.
"arhg... ugh!!" ucap Giselle.
Brooom..Broomm!!
Zrakk!!
sebuah pedang memotong lengan undead tersebut hingga putus kemudian pedang itu kembali menebas kepalanya hingga terbelah menjadi dua.
"sialan!!" ucap Luxi kemudian ia menusuk-nusuk wajah undead tersebut hingga tak berbentuk.
"Luxi hey! Im alright.." ucap Giselle kemudian ia memeluk ku.
"hah...hah... syukurlah!" ucap Luxi.
"ugh..!"
"Haley! Your okay?" ucap Luxi memegang pipinya.
"oh my god your bleeding..!" ucap Giselle.
"aku gak apa Cuma sedik-.." ucap Haley kemudian ia pingsan.
untung saja Luxi dan lainnya datang tepat waktu, kalau tidak entah apa yang terjadi nantinya. Frank terluka cukup parah dan tak sadarkan diri. Luxi membawa Haley ke kamar dan Giselle mengobati lukanya, ini tidak terlalu parah hanya saja Haley butuh istirahat.
"apa-apaan tadi itu? aku menembaknya tapi tak mumpan undead itu seperti bulletproof, lagian sejak kapan undead membawa senjata?" ucap Jeanne wajahnya sedikit pucat.
"kami juga melawan yang seperti itu tadi.." ucap Violet.
"mereka itu Guardian mirip seperti undead tapi bukan undead dan senjata seperti itu tak akan menggoresnya." Ucap Gabriel.
"Luxi siapa mereka?" ucap Giselle.
"dia kakak ku Bellzebuth dan yang rambut putih itu Gabriel." Ucap Luxi.
"bukannya dia sudah.." ucap Giselle
"senang bertemu dengan mu!" ucap Bell.
Luxi menceritakan semua nya kepada mereka dengan detail tentang Gabriel para malaikat dan iblis, dan tentunya soal kedatangan undead ke dunia fana.
"we're all gonna die." Ucap John mengusap-usap rambutnya.
"we're not.." ucap Lascrea berusaha meyakinkannya.
"itu terlalu..." ucap Giselle wajah nya sedikit tertekan mendengar hal ini.
"hey its okay im here.." ucap Luxi memeluknya.
"hmm.." ucap Gabriel melirik ke arah Giselle kemudian ia mendekatinya.
"ada apa?" ucap Luxi.
"aku merasakan keberadaan mu disitu." Ucap Gabriel menunjuk ke arah Giselle.
"apa maksudmu?" ucap Luxi yang heran dengan omongannya.
"Nephalem.. " ucap Gabriel dengan wajah terkejut.
"apa maksudmu merasakan keberadaan Luxi di dalam ku? am I pregnant?" ucap Giselle.
Lagi-lagi sebuah fakta yang mengejutkan semua orang termasuk Giselle sendiri.
"tunggu apa itu nephalem?" ucap Haley yang tiba-tiba datang.
"aku tak sengaja mendengar pembicaraan kalian.." ucap Haley.
"hey! Kau butuh istirahat.." ucap Giselle.
"sebutan untuk setengah iblis dan malaikat. " Ucap Bell
Lucifer dulu nya adalah malaikat *seraphim sebelum menjadi demon lord dan Luxiel adalah reinkarnasi dari Lucifer. Kebangkitannya sangat ditakuti oleh para malaikat, setiap 4 generasi sekali Lucifer akan bangkit dengan entitas yang lain di keluarga Van Hellsing tanpa ingatan sebagai Lucifer.
*seraphim : tingkatan malaikat tertinggi.
Lazark Van Hellsing dan Lilith Van Hellsing hanya lah bidak para malaikat mereka berdua abadi, sebelum Luxiel membunuh keduanya. Mereka berdua juga akan bereinkarnasi menjadi orang tua Luxiel hanya saja dengan keberadaan yang berbeda, tetapi ingatan yang sama. Agar mereka terus mengingat tujuan awal mereka.
Buku yang Violet bawa sebelum nya adalah kitab karangan malaikat untuk mencuci otak manusia. Mereka berdua harus menumbalkan Luxiel untuk memperpanjang kebangkitan Lucifer dan darah Luxiel yang merupakan Pure blood dari Lucifer adalah kunci untuk membuka Gerbang dunia bawah, untuk mengeluarkan undead dan memusnahkan makhluk fana. Malaikat tidak punya hak menyentuh dunia bawah kecuali demon lord yaitu Lucifer.
Saat itu Luxiel belum tahu kalau tujuan Lazark dan Lilith menyiksa nya untuk membuka ingatannya sebagai Lucifer, orang tuanya hanyalah korban keji dari malaikat-malaikat itu. walaupun mereka berdua tahu siapa Luxiel yang sebenarnya, tetap saja sebagai orang tua, itu adalah penyiksaan abadi.
"kalau mereka abadi? Kenapa mereka berdua bisa mati?" ucap Guill.
"it takes monster to destroy a monster, im sorry Bellzebuth." Ucap Luxi.
"ini bukan salah siapapun, aku senang bisa kembali melayani mu lagi my lord. Ingatan ku saat menjadi iblis juga belum lama ini muncul. Maaf aku memperlakukan mu dengan buruk!" ucap Bell.
Bellzebub dulunya adalah pelayan Lucifer yang bereinkarnasi menjadi Bellzebuth kakak laki-laki Luxiel, dia mendapatkan ingatannya sebagai Iblis belum lama ini. saat Luxiel membantai seluruh keluarganya, ia dengan sengaja menyisakan Bellzebuth untuk hidup.
"mungkin ini bisa jadi harapan kita untuk melawan malaikat-malaikat itu. anak itu akan terlahir sebagai Nephalem, pantas saja Guardian itu menyerang mu, mereka tahu bahwa akan ada Nephalem yang muncul ke dunia ini. hmm... tampak nya para malaikat cemas akan hal ini hahahaha..." ucap Gabriel.
"jika semua itu benar, aku tak ingin bayi yang ku kandung sekarang kenapa-napa! Luxi.." Ucap Giselle dengan wajah cemas.
"semuanya akan baik-baik saja Giselle, aku tak akan membiarkannya terluka." Ucap Luxi berusaha menenangkannya.
"aku tahu ini kedengaran aneh mungkin ada lebih bagusnya, kau membuat lebih banyak Nephalem sebagai senjata melawan mereka." Ucap Bell.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeking Life In A World Of The Undead
Fantasiawarning 21+!!!! adult content * * * girl x girl