chapter 55

245 27 0
                                    

To be continued...

Mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk bereaksi. Dengan kekuatan besar yang dikumpulkan dalam sekejap, mereka semua menciptakan perisai energi untuk melindungi diri mereka dari serangan Noir. Tinjunya yang besar menghantam perisai-perisai itu dengan kekuatan dahsyat, menciptakan gelombang kejut yang mengguncang tanah di sekitarnya.

Pertahanan mereka, meskipun kuat, tidak mampu menahan kekuatan penuh Noir. Mereka semua terhempas jauh ke belakang, tubuh mereka terbanting keras ke tanah. Meskipun serangan itu berhasil mereka tangkis sebagian, dampak dari serangan itu masih terasa, membuat tubuh mereka terasa nyeri dan sulit bergerak.

Noir melaju dengan kecepatan menakjubkan menuju kastil. Tangannya yang besar dan kuat menghantam dinding kastil dengan kekuatan yang menghancurkan. Batu-batu besar berjatuhan dari langit, menimbulkan kekacauan dan kepanikan di antara para pengungsi yang berlarian menyelamatkan diri.

Di tengah kehancuran, Noir mengamati sekelilingnya dengan mata yang tersembunyi di balik perban putihnya. Meskipun dia merasakan aura Luxi di sekitar kastil, dia tidak menemukan keberadaan Luxi di sana. Sebaliknya, dia merasakan kehadiran lain, sesuatu yang mirip dengannya—sebuah aura gelap dan terang yang serupa dengan dirinya.

Tatapan Noir tertuju pada Lascrea dan Violet yang sedang memegang Mavis dan Lizelle dengan cemas. Giselle dan Haley, yang melihatnya mengerutkan wajahnya dengan penuh amarah, satu sayap Giselle patah dan tubuhnya lelah, berusaha bangkit dari tanah. Dengan rasa sakit yang membakar di seluruh tubuhnya, dia mengumpulkan sisa-sisa tenaganya dan berlari secepat mungkin menuju kastil, meskipun jaraknya cukup jauh dan kesakitan yang dirasakannya membuat setiap langkah terasa seperti perjuangan.

Haley, dengan sayap yang terluka parah, mencoba mengikuti Giselle dengan kecepatan yang terbatas. Meskipun dia berusaha keras, gerakannya menjadi lambat dan tidak stabil. Setiap langkahnya terasa menyakitkan, dan dia harus berjuang keras untuk menjaga agar tidak terjatuh.

Keringat dingin membasahi tubuh Lascrea yang bergetar gemetar, ketakutan menyelimutinya seolah-olah seluruh dunianya akan hancur dalam sekejap. mereka memeluk Mavis dan Lizelle erat-erat, berusaha melindungi mereka di tengah kekacauan yang mengerikan.

Mavis, meskipun masih bayi, tampak merespons situasi dengan cara yang aneh. Dia memandang Noir dengan senyuman lembut di wajahnya, diiringi tawa kecil di tengah bencana yang melanda. Namun, saat Noir menatap Mavis dengan mata gelapnya, dia melihat sesuatu yang tidak bisa dijelaskan—sebuah rasa sakit yang mendalam dan kematian yang tak berujung. Mata Noir menatap tajam ke mata Mavis yang berwarna biru cerah, seolah-olah merasakan penderitaan yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Noir mengeluarkan auman yang mengguncang udara, suaranya begitu mengerikan hingga membuat Mavis kaget dan menangis.

Saat Noir mengarahkan perhatian penuh pada Mavis dan Lizelle, kekuatan gelapnya semakin menguat. Namun, saat Noir bersiap untuk menghancurkan mereka, tiba-tiba, sebuah perubahan drastis terjadi pada Lizelle.

Sebuah gelombang energi merah melesat dari mata Lizelle, meluncur langsung ke arah Noir. Gelombang energi itu menghantam Noir dengan kekuatan yang sangat besar, membuatnya terpental jauh ke belakang. Tubuh Noir yang besar terlempar beberapa puluh meter, menghantam tanah dengan kekuatan yang mengguncangkan seluruh area.

Giselle dan Haley, yang baru saja melawan Noir dengan sekuat tenaga mereka, terkejut melihat makhluk itu terpental jauh dari tempat mereka berdiri. Tubuh Noir meluncur seperti batu besar yang dilemparkan dari tebing, menghantam tanah dengan kekuatan yang mengguncangkan dan membuat debu serta puing-puing beterbangan. Mereka berdiri terpaku sejenak, kebingungan menyelimuti mereka.

Seeking Life In A World Of The UndeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang