chapter 46

254 38 3
                                    

Luxi POV

Setelah semua beristirahat dengan cukup, kami semua berkumpul di ruang makan yang hangat untuk makan malam. Suasana di ruangan itu terasa akrab dan penuh kekeluargaan, dengan aroma makanan yang lezat memenuhi udara. Giselle sibuk membagikan makan malam untuk para pengungsi yang lain, sementara aku duduk di meja, menjaga Mavis yang sedang menghisap jempol kecilnya di pangkuanku.

Malam itu terasa istimewa, bukan hanya karena kami bersama-sama, tetapi juga karena aku akan mengumumkan nama anak kami yang baru lahir. Giselle telah menyiapkan makan malam besar-besaran, seperti biasanya, dan aroma masakannya selalu membuat suasana hati semua orang menjadi lebih baik.

"Jadi, siapa namanya, Luxi?" ucap Lascrea menoleh padaku dengan senyum penasaran.

Aku merasakan kebanggaan yang mendalam saat melihat Haley, yang duduk di sebelahku dengan senyum lembut. Kami telah memikirkan nama ini dengan hati-hati, dan sekarang adalah saat yang tepat untuk membagikannya.

"Her name is Lizelle Halixi Van Hellsing." Ucap ku Dengan perasaan hangat memenuhi dadaku.

Seketika, ada senyum dan anggukan dari semua orang di ruangan itu. Giselle menoleh dari tempatnya di dapur, tersenyum penuh kasih sambil membawa piring terakhir ke meja.

"That's a good name" ucap Giselle tatapannya beralih ke Mavis yang duduk di pangkuanku.

"Look at your sister, Mavis... Lizelle Halixi, isn't that a beautiful name?" ucap Giselle tersenyum.

Mavis, meski mungkin belum sepenuhnya memahami apa yang terjadi, tampak senang melihat semua orang di sekitarnya tersenyum dan tertawa. Dia menoleh ke arah Giselle dan kemudian mengulurkan tangan kecilnya ke arahku, seakan mengerti bahwa sesuatu yang penting baru saja terjadi.

"I like that name," ucap Haley dengan lembut, matanya berkaca-kaca. Ada kebahagiaan yang tulus terpancar dari wajahnya, meski kelelahan masih terlihat jelas.

Aku merasakan gelombang emosi yang kuat, dan aku tahu bahwa nama Lizelle Halixi bukan hanya sekedar nama. Itu adalah simbol cinta, harapan, dan masa depan yang kami bangun bersama. Malam itu, sambil menikmati makan malam yang luar biasa buatan Giselle, kami semua merayakan kehadiran Lizelle dalam kehidupan kami, dan rasa syukur memenuhi hati kami.

Malam itu, ruangan itu dipenuhi dengan suara tawa, obrolan hangat, dan rasa cinta yang tak terucapkan. Kami semua duduk bersama sebagai satu keluarga besar, saling menguatkan dan memberi dukungan. Tidak peduli apa yang akan terjadi di luar sana, di dalam ruangan ini, kami memiliki satu sama lain—dan itu adalah kekuatan terbesar yang kami miliki.

Setelah makan malam yang hangat dan penuh kebersamaan, kami semua kembali ke kamar masing-masing. Giselle dengan hati-hati menggendong Lizelle yang sudah tertidur pulas dalam pelukannya, kemudian menaruhnya dengan lembut di ranjang bayi. Sementara itu, Mavis masih saja terjaga, matanya yang besar dan cerah menatap sekeliling dengan penuh rasa ingin tahu.

Aku memerhatikan Mavis dengan senyum kecil, tapi pandangan mataku kemudian beralih ke Haley. Wajahnya terlihat pucat, meski Giselle sudah menggunakan kekuatannya untuk membantunya pulih setelah melahirkan. Aku merasa khawatir melihat kondisinya yang tampak lebih lemah dari biasanya.

"Haley, sebaiknya kau istirahat lebih dulu." Ucap ku dengan lembut, menatapnya dengan penuh perhatian. Namun, Haley menggelengkan kepala dengan senyum tipis.

"Aku sudah istirahat seharian, Luxi.. Aku hanya merasa sedikit lelah, itu saja" ucap Haley suaranya lemah tapi penuh tekad. Giselle yang mendengar percakapan kami, segera menghampiri dan mengulurkan segelas air putih kepada Haley.

"Ini, minum air putih yang banyak, Kau baru saja melahirkan, tubuhmu masih butuh waktu untuk pulih sepenuhnya." Ucap Giselle dengan lembut tapi, tegas.

Haley menerima gelas itu dan meminumnya dengan perlahan, meskipun masih tampak kelelahan. Aku duduk di sebelahnya, merangkul bahunya dengan lembut.

"Haley, kau tidak perlu memaksakan diri. Kami di sini untukmu, dan yang paling penting sekarang adalah kau kembali pulih," ucap ku.

Haley mengangguk pelan, kemudian berbaring kembali di tempat tidur dengan sedikit enggan. Aku menaruh selimut di atasnya dengan lembut, memastikan dia merasa nyaman. Mavis yang masih terjaga, kini duduk di pangkuanku, sesekali memandang ke arah adiknya yang sudah tertidur.

"Istirahatlah, sayang. Kami akan mengurus semuanya di sini." Ucap Giselle duduk di tepi ranjang, mengusap rambut Haley dengan penuh kasih.

Haley menutup matanya, akhirnya menyerah pada rasa lelah yang tak bisa lagi ia tahan. Aku bisa melihat ketenangan mulai menguasai wajahnya, meskipun tubuhnya masih terlihat lemah. Aku tahu bahwa pemulihan ini membutuhkan waktu, dan kami akan mendukungnya setiap langkahnya.

Kami berdua duduk dalam keheningan yang nyaman, hanya ditemani oleh suara napas halus Lizelle yang tertidur dan tawa kecil Mavis yang sesekali terdengar. Meski hari sudah larut, aku merasa tak ingin momen ini berakhir.

Setelah beberapa saat, Mavis mulai terlihat mengantuk. Matanya yang tadinya penuh semangat mulai tertutup perlahan. Giselle mengusap punggungnya dengan lembut, dan aku bisa merasakan tubuh kecilnya mulai rileks di pelukanku.

"Sepertinya dia sudah siap untuk tidur sekarang" bisik Giselle mencium kening Mavis dengan penuh kasih.

Aku mengangguk dan dengan hati-hati menaruh Mavis di ranjang bayi di samping Lizelle. Mavis mengeluarkan suara kecil, tetapi kemudian tertidur pulas, bergabung dengan adiknya dalam mimpi yang damai.

Di tengah malam yang tenang, suasana kamar tiba-tiba terganggu oleh tangisan Lizelle yang keras. Suara tangisan itu dengan cepat membangunkan Mavis yang tadinya tidur lelap. Begitu Mavis terbangun, dia juga mulai menangis, dan tangisannya menggema dalam kegelapan malam.

Aku segera bangkit dari tempat tidur, khawatir melihat keadaan ini. Haley, yang masih lemah dan pucat, berjuang untuk bangkit dari tempat tidurnya. Aku bisa melihat betapa susah payahnya dia, tubuhnya yang baru pulih setelah melahirkan membuatnya sulit bergerak.

"Haley, biarkan aku mengurus ini.." ucap ku dengan lembut kemudian mengulurkan Lizelle yang masih menangis ke arah Haley untuk diberi makan.

Sementara itu, Giselle yang berada di sudut kamar sudah mulai menyusui Mavis. Suara lembut dan penuh kasih Giselle serta kehangatan dari proses menyusui membuat Mavis perlahan-lahan tenang. Giselle menyanyikan lagu lembut sambil menyusui, dan suasana dalam kamar mulai terasa lebih tenang.

Aku duduk di samping Haley dan Lizelle, memperhatikan dengan penuh perhatian. Haley mencoba menenangkan Lizelle dengan membelai punggungnya lembut, dan aku bisa melihat sedikit-sedikit ketenangan mulai kembali ke wajah Lizelle. Sementara itu, Giselle terus memeluk Mavis, menjaga agar dia tetap nyaman dan tenang.

Setelah Lizelle akhirnya tenang, aku dengan lembut menggendongnya, merasakan kehangatan tubuh kecilnya di dalam pelukanku. Ketenangan yang mulai mengisi udara malam membuatku merasa sedikit lebih lega. Dengan hati-hati, aku membawa Lizelle kembali ke ranjang bayi di samping Mavis.

Kami bertiga teridur dalam keheningan malam yang damai, menikmati momen-momen kecil dan sederhana ini. Dengan kedua anak kami yang tertidur dengan tenang di ranjang bayi, kami merasa segala usaha dan perjuangan kami selama ini sangat berharga.

"ini sungguh melelahkan but, I like this.." batin ku sambil tersenyum.


jangan lupa di vote ya...

Seeking Life In A World Of The UndeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang