chapter 43

235 38 0
                                    

Author POV

Jeanne memandang Giselle dengan tatapan penuh rasa ingin tahu yang bercampur dengan kekhawatiran.

"Apa kau tahu sesuatu tentang alat musik itu?" tanya Jeanne.

"ya aku tahu soal itu... Itu adalah instrumen suci yang diciptakan oleh para malaikat tertinggi. Getaran dari suara alat itu bisa menembus jiwa iblis, memaksa mereka untuk menghadapi kegelapan dan dosa yang bahkan tak mereka lakukan, sampai-sampai mereka ingin mengakhiri penderitaan mereka dengan membunuh dirinya sendiri." ucap Giselle suaranya tenang namun membawa beban misteri yang mendalam.

"Tapi jika alat itu seharusnya hanya dimiliki oleh malaikat tertinggi, bagaimana bisa ada seseorang yang memilikinya sekarang?" ucap Jeanne mengangguk pelan, mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya.

"Aku juga tidak tahu. Kemungkinan besar alat itu dicuri, atau mungkin... ada seseorang yang memberikannya dengan tujuan yang sangat berbahaya. Tetapi siapa pun yang memilikinya, mereka pasti tahu persis apa yang mereka lakukan dan betapa bahayanya alat itu." ucap Giselle menggelengkan kepalanya, ekspresi bingung dan khawatir jelas terlihat di wajahnya.

Suasana di ruangan itu dipenuhi oleh perasaan tegang setelah percakapan tentang alat musik malaikat, namun momen itu segera terpotong oleh kedatangan Lascrea yang membawa Mavis yang sedang menangis. Tangisan Mavis yang nyaring menggema di ruangan, dan Giselle segera bereaksi, wajahnya berubah penuh kasih saat melihat bayi mungil itu.

"Dia lapar" ucap Lascrea dengan lembut, menyerahkan Mavis kepada Giselle. Giselle menerimanya dengan penuh perhatian, membelai lembut kepala Mavis sebelum menatap Luxi dan Jeanne.

"Aku harus ke kamar dulu, Aku akan menenangkan Mavis." Ucap Giselle dengan suara menenangkan.

"Oke, aku akan menyusulmu nanti." ucap Luxi tersenyum kecil dan mengangguk.

"Violet apa kau melihat Haley?" ucap Luxi dengan bingung.

"Haley sedang memodifikasi senjata di gudang." Ucap Violet.

Kekhawatiran langsung menyelimuti pikirannya. Haley sedang hamil besar, dan pekerjaan berbahaya seperti itu tidak seharusnya dilakukan olehnya. Tanpa berpikir panjang, Luxi bergegas menuju gudang. Setibanya di sana, ia menemukan Haley sedang berkutat dengan senjata, jarinya yang terampil dengan hati-hati memasukkan peluru ke dalam silinder, memodifikasi setiap butir peluru dengan presisi yang mengagumkan.

"Haley, apa yang kau lakukan? Ini berbahaya" ucap Luxi terdengar sedikit gemetar karena khawatir.

Haley menoleh, menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangannya, lalu tersenyum lelah tapi penuh tekad.

"Luxi, pertarungan dengan para malaikat sudah lebih dekat. Ini caraku berkontribusi. Aku tidak tahu apakah aku adalah malaikat seperti Giselle, atau iblis seperti dirimu... Aku hanya tidak ingin menjadi beban bagi kalian semua. Setidaknya, ini yang bisa kulakukan." Ucap nya.

Luxi menatap Haley dengan campuran perasaan kagum dan cemas. Dia memahami keinginan Haley untuk membantu, tapi dia juga tidak bisa mengabaikan bahaya yang mengintai dalam setiap langkah yang diambil Haley dalam kondisinya saat ini.

"Aku paham maksudmu, Haley, tapi kalau sesuatu terjadi dengan bayi kita... aku akan merasa sangat bersalah. Aku ingin kau berhenti melakukan hal yang berbahaya sampai bayi ini lahir dengan sehat." Ucap Luxi berjalan mendekati Haley, lalu dengan lembut memeluknya dari belakang, merasakan kehangatan tubuh Haley yang sedang hamil besar.

Seeking Life In A World Of The UndeadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang