Author POV
Pagi itu, suara tangisan Lizelle menggema di seluruh ruangan. Giselle segera mengangkat Mavis, yang beruntungnya tidak ikut menangis, sementara Luxi dengan cepat menenangkan Lizelle sebelum menyerahkan bayi kecil itu kepada Haley untuk disusui.
"Haley, kau tak apa?" Luxi bertanya dengan lembut, membantunya menyenderkan tubuhnya di bantal.
"Hmm, aku tak apa kok..." jawab Haley, meski terdengar lemah. Sambil menyusui Lizelle, wajahnya terlihat pucat, dan gerakannya lambat. Luxi tetap siaga di sampingnya, memperhatikan setiap detail.
Lizelle dengan tenang menyusu di pelukan Haley, namun tiba-tiba tangan Haley mulai gemetar, dan bayi kecil itu hampir terjatuh saat Haley kehilangan kekuatan untuk menahannya. Luxi dengan sigap menangkap Lizelle, mengangkatnya dengan lembut sebelum membaringkannya kembali di dekapan Haley.
Tubuh Haley langsung terasa lemah, seolah semua energinya hilang begitu saja. Wajahnya semakin pucat, dan nafasnya terdengar semakin berat. Luxi segera memanggil Giselle, yang segera datang sambil masih menggendong Mavis.
"Giselle, Haley... dia terlihat sangat lemah," bisik Luxi, suaranya penuh kekhawatiran.
Giselle segera mendekat, matanya meneliti Haley dengan cermat. Dengan cepat, dia menyentuh dahi Haley, lalu merasakan denyut nadinya. Wajahnya seketika berubah serius.
"Haley, kau harus istirahat sekarang juga, Aku akan menjaga Lizelle." Ucap Giselle dengan tegas.
Haley mencoba tersenyum, tetapi jelas dia hampir tidak punya tenaga. Luxi dengan lembut mengambil Lizelle dari pelukannya, dan Giselle membantu Haley berbaring kembali di tempat tidur.
"Kita harus memanggil Gabriell dan yang lainnya. Ini bukan sekadar kelelahan biasa," kata Giselle, menatap Luxi dengan cemas. Luxi mengangguk, segera pergi untuk memanggil mereka, hatinya berdebar kencang dengan kekhawatiran yang semakin dalam.
Sementara itu, Giselle menenangkan kedua bayi dengan lembut, mencoba menutupi kekhawatirannya dengan senyuman untuk menenangkan Lizelle dan Mavis. Namun, pikirannya terus berlari, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Haley.
Ketika Gabriel dan yang lainnya tiba di ruangan, suasana tegang langsung menyelimuti mereka. Gabriel, dengan ketenangannya yang biasanya tak tergoyahkan, segera memeriksa Haley. Namun, begitu ia merasakan energi kehidupan Haley yang perlahan memudar, wajahnya berubah pucat.
"Haley..." bisiknya, penuh keterkejutan. Energi kehidupan Haley perlahan menghilang, seperti lilin yang hampir padam di tengah badai. Gabriel berbalik dan melihat Luxi dengan mata yang dipenuhi kekhawatiran.
"Apa yang terjadi padanya?" Luxi bertanya, suaranya penuh kecemasan.
"Haley... dia mengalami penurunan energi kehidupan yang sangat drastis," kata Gabriel, suaranya bergetar.
"itu karena manusia biasa tak akan bisa mengandung anak dari iblis..." ucap Gabriel
"terus, apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku bisa menyelamatkannya?" ucap Luxi dengan panik. Ia merasa dunianya runtuh mendengar penjelasan Gabriel. Ia berusaha menenangkan dirinya, tetapi kegelisahan mulai merayap dalam dirinya.
"sayangnya, tak ada yang bisa dilakukan, Luxi..." ucap Bell dengan suara pelan, menghindari tatapan Luxi.
"She's gonna die..." ucap Jeanne dengan tatapan sedih, hampir berbisik.
"Tidak... tidak mungkin! Pasti ada yang bisa dilakukan! Pasti ada..." Luxi berkata dengan cemas, suaranya pecah, penuh ketidakpastian dan ketakutan.
Luxi merasakan jantungnya seperti berhenti mendengar kata-kata Gabriel. Tatapan matanya mengeras, mencoba memahami kenyataan yang baru saja diungkapkan.
"Jadi... ini salahku," bisik Luxi dengan nada penuh penyesalan, memandang Haley yang sedang berbaring lemah di atas ranjang. Gabriel mendekat, menempatkan tangan lembut di bahu Luxi.
"Kau tidak tahu ini akan terjadi, Luxi. Tidak ada yang tahu. kita harus menghadapi kenyataan ini sekarang." Ucap Gabriel.
Giselle, yang berdiri di sudut ruangan sambil memegang Mavis dan Lizelle, menundukkan kepala. Dia tahu bahwa percampuran antara manusia dan iblis adalah sesuatu yang langka dan penuh risiko, tapi tak pernah ia bayangkan dampaknya bisa sedalam ini. Air mata mengalir di pipinya saat dia berdoa dalam hati, berharap keajaiban bisa terjadi.
"Luxi, aku sudah cukup beruntung bisa merasakan cinta yang begitu dalam dari kalian semua. Apa pun yang terjadi, aku sudah merasa puas dengan hidupku." Ucap Haley tersenyum lemah, meski matanya menunjukkan rasa sakit yang sulit disembunyikan.
Tetapi kata-katanya hanya membuat air mata Luxi mengalir lebih deras. Rasanya tak mungkin membiarkan Haley berbicara seolah-olah ini adalah akhir. Hati Luxi bergejolak, rasa bersalah dan keputusasaan berbaur menjadi satu. Namun, di tengah kekacauan emosional itu, sebuah ide terlintas di benaknya—ide yang berani, tapi mungkin satu-satunya cara.
"bagaimana kalau aku mengubahnya menjadi iblis seperti ku dengan begitu Haley akan baik-baik saja." Ucap Luxi memotong keheningan yang menyesakkan. Kata-katanya menggetarkan ruangan, membuat Giselle dan Gabriel memandangnya dengan keterkejutan.
Dengan tangan yang masih gemetar, Luxi mengambil sebuah pisau dari meja terdekat. Tanpa ragu, ia menusuk tangannya sendiri, darahnya segera mengalir deras. Kemudian ia memegang tangan Haley, yang masih lemah tapi penuh kepercayaan. Dengan gerakan hati-hati, Luxi menyayat tangan Haley, membuat darah segar mengalir keluar. Dia membiarkan darah mereka bercampur, tangannya menggenggam erat tangan Haley, memastikan bahwa aliran darah mereka menjadi satu.
Luxi kemudian menutup matanya, mulai memusatkan pikirannya pada darah yang mengalir di antara mereka. Dia bisa merasakan setiap detak jantung, setiap aliran energi dalam darahnya sendiri, dan dalam darah Haley. Dengan hati-hati, dia mulai memanipulasi darah tersebut, mengarahkan energi iblis dalam dirinya untuk menyatu dengan darah manusia milik Haley.
Proses ini tidaklah mudah. Luxi harus memfokuskan seluruh energinya untuk memastikan bahwa transformasi ini berjalan dengan lancar. Sel darah manusia Haley perlahan-lahan berubah, menyerap esensi iblis yang mengalir dari Luxi. Namun, perubahan ini menimbulkan rasa sakit yang luar biasa pada Haley. Dia menggigil, tubuhnya bergetar saat sel-sel darahnya berjuang untuk menyesuaikan diri dengan kekuatan yang baru dan asing ini.
Giselle memegang tangan Haley yang lain, berusaha menenangkannya di tengah proses yang penuh rasa sakit ini.
Sementara itu, Luxi terus bekerja, mengarahkan setiap tetes darah untuk berubah, memastikan bahwa setiap bagian dari Haley mampu menerima transformasi ini tanpa merusak esensi dirinya yang sesungguhnya. Proses ini membutuhkan ketelitian luar biasa, dan Luxi tahu bahwa kesalahan sekecil apapun bisa berakibat fatal.
Setelah beberapa waktu, Luxi merasa energinya hampir habis, namun dia tahu bahwa dia tidak bisa berhenti sekarang. Dengan sisa kekuatan yang ada, dia menuntaskan transformasi darah Haley, memastikan bahwa setiap sel telah menyatu dengan sempurna dengan energi iblisnya.
Haley membuka matanya perlahan, tubuhnya berangsur-angsur tenang. Rasa sakit yang tadi menyiksa mulai mereda, digantikan oleh perasaan yang baru dan aneh. Dia bisa merasakan kekuatan yang berbeda dalam dirinya, sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.
"aku merasa ada sesuatu yang berbeda di dalam ku." ucap Haley.
"Haley...!!!" ucap Giselle menatap Haley dengan campuran perasaan lega dan khawatir.
"yang paling penting kau masih disini bersamaku.." ucap Luxi yang hampir pingsan karena kehilangan darah, hanya bisa tersenyum lemah.
"Transformasi ini berhasil, Luxi. Haley sekarang memiliki esensi iblis, tapi dia akan membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan kekuatan ini." ucap Gabriel mendekati mereka, memeriksa Haley dengan seksama.
oh my god this chapter it's tiring, semangat!!! jangan lupa di vote ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Seeking Life In A World Of The Undead
Fantastikwarning 21+!!!! adult content * * * girl x girl