Tentang Perjanjian

5 0 0
                                    

***

Daren menyilangkan kedua tangannya, duduk dengan tubuh tegap, memandang layar besar di dalam kamar miliknya. Tempat yang dibuat khusus untuk Daren menikmati setiap video Ansara dari hasil rekamannya.

Daren tersenyum tipis, saat melihat Ansara terjatuh karena tersandung tali sepatu, gadis ceroboh itulah yang Daren gumamkan untuk sang kekasih. Video itu terus berputar, sampai pada Video saat Ansara mengikuti lomba menyanyi saat berusia enam tahun.

Gadis cantiknya, sangat menggemaskan saat itu. Masih membekas dalam ingatan Daren, ia sampai membatalkan pergi olimpiade untuk melihat penampilan Ansara saat itu. Bagi Daren, gadis kecil itu adalah segalanya. Daren akan mengorbankan apapun dan siapapun asalkan bisa selalu bersama Ansara.

"Kau tenang saja, An. Kakak akan melakukan apapun untuk selalu bersamamu. Berjanjilah untuk tetap berada disisi kakak sampai kapanpun itu. Kakak bersungguh-sungguh menyayangimu, Ansara." Ucap Daren pelan.

Suara pintu diketuk, membuat atensi Daren teralih. Ia menekan sebelah telinga kanannya, menyuruh James untuk langsung masuk saja.

"Maaf menganggu waktu anda, Tuan muda." Ujar James.

"Ada apa?"

James bergerak gelisah, ia bingung menyampaikan kabar buruk bagi Tuan mudanya itu.

"ADA APA?" Teriak Daren.

"Putri keluarga Rome. Megumi Rome, sudah sadar, Tuan." Jawab James, pria bertubuh kekar itu menunduk takut, saat Daren menatapnya dengan tajam.

"Tuan Rome, menyuruh Tuan muda, untuk segera mengunjungi putrinya." Jelas James lagi.

Daren berdiri, "ayo, James." Perintah Daren. Ia berjalan di depan diikuti oleh James.

***

Jingga dan Ramitha, duduk bersisihan dihadapan Louise dan Kevin. Hari ini, Jingga akan menemui Khazama, untuk menjebak laki-laki itu. Setidaknya, dengan bukti yang dimiliki mereka nanti, laki-laki itu akan bisa diberi hukuman seberat-beratnya.

Daren menyerahkan seluruh pada Louise dan Kevin. Keadaan Ansara yang belum membaik, membuat Daren tidak bisa fokus untuk masalah lain. Selain, tentang Ansara.

"Pukul berapa, kau akan menemuinya?" Tanya Kevin. Ia memandang Jingga dengan tatapan menyebalkan.

"Ingin tahu sekali atau tidak?" Tanya Jingga kembali.

Kevin berdecak kesal, "aku bertanya, karena aku perduli?"

"Perduli dengan beberapa wanita maksudmu?" Sahut Jingga. Gadis berkacamata itu, menaikan kacamata miliknya yang sedikit turun kebagian hidung.

"Kau cemburu, sayang?" Tanya Kevin menggoda Jingga.

"Tidak, tapi, jika tidak serius denganku. Jangan mengikatku seperti ini." Jawab Jingga santai.

Sedangkan Kevin, laki-laki itu sudah mengepal kuat tangannya. Dia sungguh kesal dengan sikap tidak perduli yang Jingga tunjukan.

"Kau tidak bisa pergi kemanapun!" Kevin bangkit, ia keluar menuju balkon ruangan khusus dengan membanting pintu, hingga menimbulkan suara yang begitu keras.

Louise yang sedang mengoleskan minyak telon pada lehernya, tertawa keras, baru kali ini dia melihat Kevin menjadi pecemburu dan merajuk seperti ini. Saat masih menjalin hubungan dengan Qianna, Kevin bisa dikategorikan sebagai laki-laki yang cuek. Begitupun saat sedang menjalin hubungan dengan Carolina hingga saat ini. Louise memaklumi jika Jingga marah, karena saat ini Kevin bisa dikatakan memiliki dua perempuan yang pertama sebagai calon tunangannya dan yang kedua sebagai kekasihnya.

The VillianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang