Verona, italy
Rasanya baru kemarin Renjun menertawakan kakaknya yang mendapati sikap bawahannya yang menyebalkan, dan sekarang ternyata Renjun pun mengalami sendiri hal itu.
Beberapa pengawal Renjun yang lain berdiri di sekitar satu orang laki-laki yang posisinya dibiarkan berlutut menghadap Renjun sementara tangannya diikat di belakang tubuhnya.
Renjun sendiri berdiri angkuh dengan raut kesalnya, ia berdecak begitu mendengar penjelasan salah satu pengawalnya tentang laki-laki yang berlutut itu.
"Pantas saja, kalau kau memang bersaudara dengannya." Kaki Renjun yang berbalut sepatu itu berjalan mendekat ke arah si pembuat kesal.
Laporan dari pengawalnya bahwa anak itu baru saja membocorkan informasi tentang barang mereka ke salah satu rival, dan Renjun yang mengetahui itu langsung meminta pengawalnya menyeret anak itu ke gudang ini— gudang yang terletak di tengah kota, benar-benar ada di antara keramaian. Membuat orang tak akan mau memperhatikan bangunan kumuh dan kotor ini.
"Beberapa minggu lalu kakakku baru dibuat marah juga oleh saudaramu, dan sekarang kau juga cukup membuatku kesal." Ujar Renjun, kakinya menendang paha sosok itu dengan keras hingga ia mengerang dan terduduk menahan nyeri.
"Kau juga memberi barangnya?" Renjun menanyakan jenis barang yang diberikan sosok itu pada klan lain yang tak Renjun sukai.
Anak ini benar-benar sengaja mencari klan yang sangat Renjun benci, kemudian menjual informasi pada mereka. Membuat Renjun merasa bisnis kotornya itu tak akan semahal biasanya, karena kini ada klan lain yang kemungkinan besar mengikutinya menjual barang seperti apa.
"Lalu bagaimana kau akan mengganti kerugian ini padaku?!" Kali ini Renjun menginjak paha sosok itu dengan tekanan keras hingga membuat sosok itu kembali kesakitan.
"Apa tujuanmu?" Renjun bersidekap dada, menatap sosok yang kini mendongak padanya dengan mata yang nyaris putus asa.
Sudah pasti anak itu tau jika ia sampai tertangkap sudah melakukan pengkhianatan, maka tak akan ada peluang ia lolos. Siksaan itu pasti ia dapatkan sebagai hukuman.
Renjun menampar wajah sosok itu tanpa belas kasihan. "Katakan."
"Aku tak suka disini." Akhirnya sosok itu mengatakannya, karena memang ia bergabung dengan klan mafia ini bukan atas kehendaknya, tapi karena ayahnya yang memiliki hutang pada mereka hingga akhirnya ia yang diseret untuk dijadikan bagian dari mereka dengan tak adanya upah atau sejenisnya karena ia disini terbilang tengah membayar hutang ayahnya.
Mendengar hal itu Renjun mengangguk mengerti. "Benar, neraka lebih menyenangkan untukmu bukan?" Renjun terkekeh kecil.
Kemudian rautnya berubah dalam hitungan detik, matanya menyorot tajam dan penuh murka. "Kau pikir dengan melakukan ini kau bisa keluar dan bebas, hah?!"
Renjun menendang wajahnya keras, hingga membuat hidung sosok itu mengeluarkan darah.
Ia luar biasa kesal karena sekarang ada kemungkinan juga bahwa anak ini dibuntuti, untuk menjadikan anak ini bawahan mereka dan dimintai informasi lebih.
Dan tentu Renjun juga memiliki potensi dicelakai agar ia menggagalkan hukuman pada si anak itu— yang kini bisa disebut sumber informasi klan mereka.
Kini Renjun sedikit membungkuk untuk mensejajarkan wajahnya dengan anak itu, dan menatap matanya. "Bagaimana dengan mati menderita kehabisan darah saat kulitmu dilepas dari tubuhmu?" Tanya Renjun dengan senyum manisnya.
"Itu akan menyenangkan untuk jadi jalan kau pergi ke neraka." Renjun tertawa senang atas apa yang ia ucapkan, apalagi melihat mata anak itu bergetar takut atas kalimat Renjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Do You Want
FanfictionNOREN [LEE JENO - HUANG RENJUN] ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ mature bxb mature dark mature