"Mr. Barnaby, ia begitu mirip Axel bukan?" Christof mengelus kepala Renjun lembut, seolah tangan itu tak pernah melayang kencang pada kepalanya itu.
Yang disebut Mr, Barnaby itu adalah pria paruh baya dengan setelan jas yang melekat pas pada tubuhnya, Renjun pikir pria itu seumuran papanya. Sosok itu maju mendekat padanya. Sisi pemberontak Renjun masih tersisa, ia hendak mundur tapi tangan Christof menehan punggungnya—tepat pada luka cambukan satu jam lalu.
Renjun mengerang nyeri, Mr Barnaby menyentuh wajah Renjun dan menatapnya penuh rindu. Renjun tak tau siapa Axel yang dimaksud, tapi sepertinya cukup penting untuk kehidupan Barnaby ini.
"Kau mirip dengannya." Ujar pria itu pada Renjun, tatapan itu membuat Renjun risih.
Mr Barnaby kembali beralih pada Christof. "Simpan ia bersamamu untuk sementara. Aku ada penerbangan ke Dubai malam ini, dan akan disana selama sebulan. Sekembalinya aku dari sana aku akan mengambilnya."
Mereka berdua membicarakan Renjun layarnya barang dagangan, dan Renjun menganggap percakapan mereka begitu menjijikan. Apalagi mereka membicarakan itu seolah Renjun setuju akan semua itu, padahal kepapanya sekarang begitu berisik dengan semua pertanyaan pada diri sendiri bagaimana caranya ia bisa kabur dari tempat ini.
"Tentu saja, aku akan merawatnya dengan baik." Christof tersenyum pada pria itu dengan yakin.
Barnaby itu mengangguk puas. "Aku akan mengirim uangnya padamu."
Sepulangnya pria paruh baya itu, Renjun pun ditinggal begitu saja oleh Christof di ruang tamu tersebut.
Renjun yang masih setengah sadar— cambukan tadi begitu membuatnya shock, kini ia hanya duduk di sofa dengan tatapan kosongnya.
"Pergi tidur dan besok kau buatkan aku sarapan."
Mendengar suara itu Renjun menoleh hati-hati, melihat Christof berjalan menuju pintu yang terletak di sebelah kamar yang tadi Renjun tempati.
Melihat itu Renjun mengerjap, mencoba mengembalikan kesadarannya seluruhnya ketika menyadari ia memiliki celah untuk kabur saat Christof ke kamar. Lalu Renjun membawa kepalanya menoleh ke arah pintu keluar, dan dengan satu gerakan cepat ia berdiri lalu berlari keluar dari sana.
Suara pintu yang terbuka membuat Christof menoleh dan berteriak.
"Berhenti anak sialan!"
Christof kembali turun dan mengejar Renjun yang kini sudah keluar dan hampir mencapai gerbang.
Jarak mereka sudah jauh, Christof yang tak memiliki pengawal di rumah kecil ini tentu tak memiliki bantuan untuk menahan anak itu. Ia tak memiliki pilihan lain selain mengeluarkan pistolnya dan menembak betis Renjun hingga anak itu jatuh sambil menjerit keras.
"Kau sendiri yang membuatku harus melakukan itu." Christof berjalan santai mendekati Renjun yang menangis sambil memegangi kakinya.
Renjun menangis kesakitan, seumur hidupnya ia baru kali merasakan luka tembak dan itu benar-benar membuatnya tak bisa mengatakan seperti apa jenis sakitnya. Karena itu sangat menyakitkan.
Christof menarik tangan Renjun, menyeretnya untuk masuk kembali. Mengabaikan tangisannya juga darahnya yang mengucur. Renjun yang lemas karena merasakan sakit perlahan merasakan kesadarannya hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Do You Want
FanfictionNOREN [LEE JENO - HUANG RENJUN] ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ mature bxb mature dark mature