41. Business

1.2K 207 56
                                    

Renjun berbaring dengan sambil memainkan jarinya di atas perut Jeno, telinganya mendengar Jeno yang mendapat panggilan dari Oliver. Ia tak berniat menguping, tapi memang karena tak adanya jarak antara ia dengan Jeno, maka ia bisa mendengarnya begitu mudah.

"Kau tak bisa mengatakan padanya untuk kembali setelah aku ada disana?"

📞 "Tidak bisa, ia mengatakan ingin berbicara denganmu untuk memajukan waktunya."

"Memajukan waktunya?" Dahi Jeno berkerut samar.

📞 "Ya."

"Tahan ia sebentar, aku akan kesana." Setelah mengatakan itu Jeno pun menutup telepon.

Dan Renjun yang sejak tadi menarikan jarinya di permukaan perut Jeno kini menurunkan jarinya itu pada kejantanan Jeno.

"Kemana lagi? Kau bahkan belum membiarkan rinduku tuntas." Bibirnya kembali menempel dengan bibir Jeno untuk memulai lagi sebuah ciuman.

Tangan Renjun yang mengusap kejantanan Jeno kini meremas pelan, dan Jeno menggeram rendah merasakan itu. Dalam satu gerakan ia mengangkat tubuh Renjun agar duduk di selangkangannya.

"Lakukan, Ma chèrie." Pinta Jeno.

Renjun pun dengan senang hati memainkan kejantanan Jeno, hingga ia melihat sendiri bagaimana dominan itu menggeram puas.

"Aku janji setelah ini waktuku luang untuk memanjakanmu." Jeno membaringkan lagi tubuh Renjun dan memberinya ciuman di leher.

"Aku menunggunya." Desah Renjun manja.

Suara ciuman basah yang Jeno tinggalkan di lehernya terdengar merdu di telinga Renjun, ia suka mendengar suara itu memenuhi kamarnya.

Desah Renjun menyahut hisapan serta gigitan kecil Jeno pada lehernya, ia yakin itu akan berbekas.

"Tapi aku akan mengantarmu lebih dulu." Maksud Jeno adalah mengenai tujuan Renjun yang hendak ke tempat bisnisnya.

"Urusanmu akan lama?" Renjun ikut bangun dari posisi berbaringnya mengikuti Jeno yang turun dari ranjang dan meraih bajunya untuk kembali ia kenakan.

Jeno menoleh, melihat Renjun yang duduk di atas ranjang dengan keadaan tanpa sehelai benang yang menutupi tubuhnya. Lalu leher putihnya yang mendapat tanda kemerahan darinya, juga ada bekas gigitan di sekitaran putingnya. Renjun bagai lukisan erotis bagi Jeno.

Menyadari Jeno yang menatapinya, Renjun pun segera memberi tatapan menggoda pada dominan itu.

Kaki Jeno kembali naik ke atas ranjang untuk mencium gemas bibir Renjun.

"Demi Tuhan aku akan menghabiskan waktu seharian denganmu setelah ini." Ujarnya sebelum benar-benar menyelesaikan memakai bajunya, karena jika tidak segera ia tak yakin bisa keluar dari godaan Renjun lebih lama lagi.

Ketika keduanya turun dari kamar, mereka melihat ada Athes yang duduk dengan segelas minuman di tangannya.

"Kau bisa pergi sendiri, Athes. Aku bersama Jeno." Renjun langsung mengatakan itu, mengerti maksud Athes kemari mungkin untuk menjemputnya karena biasanya pun seperti itu.

Pandangan Athes tertuju pada tanda kemerahan di leher Renjun.

"Ah, Jeno. Aku Athes." Athes segera mengenalkan dirinya ketika menyadari apa ia lakukan diikuti tatapan Jeno.

Tak ada tatapan tajam dari mata Jeno, tapi dengan semua geraknya diikuti oleh Jeno Athes tau bahwa sosok itu tengah menilainya dan mencoba memperingatkannya.

"Jadi, ini alasan kau menolak ciuman dariku?" Athes terkekeh dengan raut berguraunya, dengan itu ia juga sekalian memberitau Jeno secara tak langsung bahwa ia dan Renjun tak dalam hubungan apapun sebab Renjun menolak ciumannya.

Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang