54. Verge of

743 149 43
                                    

Sebelumnya luka bekas tembakan di kakinya belum pulih benar, untuk berjalan Renjun cukup kesulitan dan harus menahan nyeri itu setiap ia bergerak. Dan sekarang bekas cambukan di punggungnya terasa panas, tapi malam itu ia menggigil di atas kasurnya dengan kepalanya yang terasa pusing.

Pagi harinya ia tak bisa bangun karena tubuhnya terasa remuk, begitu lemas dan tak berdaya. Renjun pikir ia akan mati hari itu.

Tapi begitu Christof datang ke kamarnya dan menyadari ia sakit, laki-laki itu langsung berdecak. "Kau membuatku harus membuang-buang uang."

Karena tak lama setelahnya kembali datang dokter pria yang tempo hari mengobati kakinya. Hari itu dokter tersebut mengganti perban kakinya juga mengobati luka di punggungnya.

"Aku harus memberitau Matthew." Gumaman dokter itu terdengar samar di telinga Renjun yang berbaring menyamping karena dokter tersebut mengobati punggungnya.

Renjun meringis sakit setiap lukanya disentuh, tangannya meremas kuat selimutnya, air mata terus membasahi matanya.

Bahkan setelah dokter tersebut pergi pun Renjun masih diam di posisi yang sama dengan air matanya yang membasahi bantal.

"Luka tembak itu perlu waktu yang lama untuk sembuh, jika nanti Barnaby bertanya kau jawab karena terjatuh."

Suara Christof tak sudi Renjun dengar, tapi sosok itu terus berjalan mendekat pada ranjang yang ditempatinya.

"Sungguh, aku memintamu untuk bersikap baik dan menurut sebelum Barnaby menjemputmu. Aku harus memberikanmu padanya dalam keadaan sempurna, tapi kau terus melawan dan membuatku ingin melukaimu." Christof berujar dengan nada lembut , bahkan tangannya mengusap kepala Renjun seolah ia menyayanginya.

Renjun tentu tak menyahut, meski kepalanya sudah memberi perintah pada dirinya sendiri agar menurut pada Christof untuk menghindari sebuah pukulan, tapi untuk mengiyakan langsung kalimat Christof barusan Renjun begitu enggan. Ia memejamkan matanya berharap ketika ia membuka mata ia sudah berada di rumahnya lagi.

Pulang, iya Renjun ingin pulang. Sekarang ia pikir lebih baik melihat Junjie yang membuatnya iri setiap hari daripada melihat Christof. Karena kakaknya tak pernah berani mengusiknya apalagi memukul dan membentaknya.

Dalam keadaan mata terpejam Renjun menangis ingin pulang.

Sementara itu Christof yang melihat keadaan tak berdaya Renjun pun memutuskan untuk keluar dan pergi bersenang-senang tanpa harus takut anak itu kabur.

Christof pergi ke sebuah casino untuk berjudi, dan ia pulang dengan keadaan mabuk sebab ia kalah.

Kekalahannya itu membuat ia pulang dengan semua kemarahannya, ia sampai di rumah langsung berteriak-teriak.

Renjun yang terbangun karena suara teriakan itu, jelas ketakutan. Dengan tubuh penuh kesakitannya itu, ia mencoba berjalan ke arah pintu kamarnya dan mengunci pintu— sebuah upaya untuk menahan Christof agar tak masuk.

Apa yang Renjun dengar adalah semua kalimat tak masuk akal yang Christof katakan, Renjun bisa langsung tau bahwa laki-laki itu mabuk dan melantur. Ia sudah tau gambaran orang mabuk jika ia secara tiba-tiba ikut papanya ke sebuah tempat dan melewati orang-orang seperti itu.

Alasan ketidak sengajaan Renjun ikut itu adalah, karena terkadang papanya mengatakan agar sekalian pergi jadi akan berkunjung sebentar ke tempat aneh menurut Renjun itu sebelum kemudian ke tempat tujuan awal papanya mengajak Renjun. Membuat ia jadi sedikitnya pernah melihat gambaran orang mabuk seperti apa.

Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang