44. Drunkenness

1.1K 176 86
                                    

Acara pelelangan itu akhirnya tiba, Renjun sudah mendatangi casino Athes sejak satu jam yang lalu. Dan ia juga sudah memberitau Jeno agar ikut datang.

"Aku tetap mengundangmu datang kemari, tapi bukan untuk ikut serta menawar barangku."

📞 "Saat itu aku mengatakan akan datang ke pelelangan yang kau adakan untuk mendapat rambut pirang, dan aku akan kesana untuk mendapatkanmu."

"Ya, get me."

Renjun duduk di sofa panjang yang mengarah langsung pada meja besar, yang digunakan untuk memamerkan 'barang' yang ia miliki untuk ditawar para laki-laki lapar yang membutuhkan sentuhan jalang.

Pelelangannya sudah di mulai dengan naiknya seorang gadis dengan rambut hitam dan kulit eksotis miliknya. Gadis itu berdiri mengenakan pakaian super ketat juga pendek yang nyaris memperlihatkan selangkangannya.

Satu persatu orang mulai memberi harga, dan Renjun hanya mendengarkan itu. Hingga kemudian wangi yang begitu ia kenal tiba-tiba ada di sampingnya, dan ketika ia menoleh benar Jeno yang kini berusaha menyelinapkan tangannya pada belakang punggung bawah Renjun untuk memeluk pinggangnya.

"Aku tak perlu ikut bersaing harga dengan orang lain untuk mendapatmu." Ujar Jeno, kemudian ia melihat tangan Renjun yang memegang gelas minuman alkohol

"Kau sudah menghabiskan berapa gelas alkohol?" Tanya Jeno.

"Aku sengaja memilih vodka agar tak mabuk begitu kau datang." Rasanya ia ingin masih dalam keadaan sadar begitu Jeno menemuinya.

"Setelah aku datang, bagaimana?" Jeno menaikan alisnya.

"Aku akan melakukannya, minum hingga mabuk tanpa takut naik ke ranjang orang lain tanpa sadar, karena kau akan membawaku ke ranjangmu." Renjun tertawa manja.

Jeno terkekeh, ia pun ganti mengambil alih segelas vodka dari tangan Renjun. Ketika ia sedang menuangkan minuman itu dari botol ke gelas milik Renjun, ia merasakan tangan submisif itu menyentuh kepalanya dari belakang dan meremas rambutnya.

"Kau tak ingin mencoba mewarnai rambutmu?" Tanya Renjun tiba-tiba.

"Warna apa yang menurutmu baik untukku?" Jeno menyahutinya dengan pertanyaan balik.

Renjun mencoba memperkirakan. "Grey? White? Itu akan luar biasa padamu."

"Hm." Jeno bergumam sambil meminum vodkanya.

Setelah itu Jeno mengecup bibir Renjun sekilas, lalu ciumannya beralih pada lehernya dan menghirup wangi Renjun dengan rakus. "Setelah ini kau luang bukan?"

Renjun memejamkan matanya ketika tangan Jeno mengusap puncak dadanya yang menegang dari balik bajunya. Dan karena sibuk merasakan itu, ia hanya bisa menjawab dengan sebuah gumaman.

"Tinggal di mansionku." Pinta Jeno.

"Ya." Jawab Renjun setengah memekik karena kini tangan Jeno meremas paha dalamnya, juga memang ia antusias sendiri membayangkan harinya akan dipenuhi sex dengan Jeno jika tinggal di mansion dominan itu dengan Jeno yang tak ada agenda pergi.

Setelah menggoda Renjun tanpa kenal tempat, Jeno pun kembali mencium bibir Renjun dengan panas.

"Aku sepertinya mabuk." Gumam Renjun diantara ciumannya dengan Jeno, karena dirinya nyaris lupa dimana ia berada sekarang hanya karena mendapat ciuman dari Jeno.

Disaat Renjun melenguh, dan Jeno hendak melakukan kegiatan lebih. Ponselnya berdering tiba-tiba, Jeno mencoba mengabaikannya karena masih ingin terus melanjutkan ciuman panas itu. Tapi getarannya tak juga berhenti, akhirnya dengan terpaksa ia melepas ciuman mereka lalu mengeluarkan ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya.

Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang