32. Lots of secrets

1.3K 241 107
                                    

"Aku akan disini selama luka ku belum pulih, anggap ini pertanggungjawabanmu karena tak bisa menggagalkan rencana Ederd untuk mencelakaiku." Ujar Renjun setelah Andrea keluar dari kamar Jeno.

"Siapa yang memintamu pulang? Aku bisa membuatmu tinggal disini selamanya." Jeno yang kini duduk di sisi ranjang menatap Renjun.

Tangan Renjun mengusap rahang Jeno. "Kau manis sekali, begitu mencintaiku huh?"

"Ya." Jawaban yang Jeno berikan begitu cepat Renjun dapatkan.

Renjun pun hanya terkekeh.

Sayangnya Jeno tak bisa melihat merahnya telinga Renjun begitu mendengar itu karena surainya yang cukup panjang itu menutupi daun telinganya.

Suara pemberitahuan pelayan yang membawa makan malam mereka membuat keduanya menoleh ke arah pintu. Dua pelayan wanita masuk setelah Jeno mengizinkan.

Jeno mengisyaratkan pelayannya untuk mengatur meja di atas ranjang untuk Renjun, sementara miliknya disimpan di atas meja dekat sofa di sisi kamar.

Setelah dua pelayan wanita keluar, Renjun melirik Jeno yang meraih gelas wine nya.

"Menu makannya tak sama?" Tanya Renjun menyadari menu milik mereka agak berbeda, dan yang paling mencolok adalah minuman miliknya yang hanya jus buah sementara Jeno dengan wine.

Jeno mendongak menatap Renjun. "Aku sering melihatmu hanya memesan jus buah dan air putih untuk pendamping makan, kau hanya minum alkohol untuk sebuah pesta dan kesenangan."

"Kau tau tentang itu?" Renjun sedikit terkejut dengan Jeno yang nengetahui hal tersebut.

"Mudah menyadari itu." Jawab Jeno sambil meraih sendok dan garpunya

Renjun memicingkan matanya. "Bukan karena mencari tau sendiri?"

Kali ini Jeno mendongak kembali untuk menatap Renjun. "Kau tak mengizinkan aku mencari tau sendiri, apa yang aku katakan barusan tentang kebiasaanmu karena aku melihatnya langsung setiap kita makan bersama."

Setelah mengatakan itu Jeno pun menanyakan. "Setelah ini kau akan mengizinkanku mencari tau tentangmu?"

"Kenapa tidak bertanya sendiri padaku daripada mencurinya tanpa sepengetahuanku?" Sahut Renjun.

"Benar." Jeno mengangguk membenarkan, tapi tetap saja rasanya agak kurang meyakinkan— mungkin karena ia terbiasa mencari informasi tanpa sepengetahuan oranglain, itu pikir Jeno.

"Makanlah." Kata Jeno pada Renjun.

Beberapa menit hanya ada keheningan diantara mereka, juga sesekali suara peralatan makan yang saling beradu. Hingga kemudian..

"Kau disini sendirian?" Maksud Renjun adalah anggota keluarga Jeno, karena setiap Renjun kemari ia tak pernah melihat adanya oranglain selain para pelayan dan pengawal.

"Ya, karena itu aku akan memintamu tinggal disini." Jawab Jeno, menyembunyikan fakta bahwa sejak awal ia membeli mansion ini pun dengan tujuan untuk membawa Renjun sebagai pengisi bangunan ini.

"Bukankah menyebalkan tinggal sendirian?" Renjun mengerutkan hidungnya dengan mata yang bergulir tak suka.

"Itulah kenapa aku lebih memilih menginap di kamar oranglain dan meminjam ranjangnya." Lanjut Renjun mengatakan salah satu alasan ia sering berkelana.

"Maka tinggallah disini." Ujar Jeno. "Atau kau tak nyaman dengan mansion seperti ini?"

Renjun menatap Jeno lalu tersenyum pada dominan itu. "Aku cukup nyaman tinggal disini, dan bisa saja kalau kau membiarkanku lebih lama disini aku bisa lupa kalau ini sebenarnya milikmu."

Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang