Jeno melebarkan kakinya untuk membiarkan Renjun bergabung dengannya di dalam bathup, tadi ia yang meminta submisif itu ikut berendam bersamanya dan Renjun langsung mengekorinya masuk ke dalam kamar mandi.
Renjun menyandarkan punggungnya pada dada Jeno, kemudian mendesah setelah menemukan posisi duduk yang nyaman disana.
Tangan Jeno melingkar pada perut Renjun, kepalanya mendekat pada leher kekasihnya dan menempelkan hidungnya disana, menghirup wangi yang dimiliki Renjun bahkan sebelum ia menggunakan sabun sekalipun.
"Ini persis di mansionku." Renjun menunjuk jendela besar di samping bathup.
"Bathup mu dekat jendela?" Tanya Jeno setelah melihat apa yang ditunjuk Renjun.
Renjun mengangguk. "Kaca besar tepat di sebelah bathup, itu membuat acara berendam tak terlalu membosankan."
Ya, tujuan Renjun memasang kaca di sebelah bathupnya karena ia ingin bisa melihat pemandangan luar untuk mendistraksinya dari keinginan untuk melamun.
Setelah itu hening, Renjun memutuskan menyandarkan kepalanya juga pada pundak Jeno dan memejamkan matanya saat merasakan tangan dominan itu memijat lembut pinggangnya.
"Apa kau memberikan hal seperti ini juga pada kekasihmu dulu?" Tanya Renjun tanpa membuka matanya, menikmati pijatan itu.
Jeno mengecup kulit lehernya. "Yang aku lakukan pada teman tidurku adalah meninggalkannya sebelum ia bangun."
Ada rasa geli ketika Jeno mengatakan itu dengan tanpa menjauhkan bibirnya dari leher Renjun. "Kekasihmu dulu?" Renjun bertanya lagi, karena yang ia tanyakan bukan sekedar bagaimana sikap dominan itu pada teman tidurnya, melainkan pada kekasihnya dulu.
Tak ada jawaban dari Jeno, ia kini menjilat kulit halus Renjun dan menghisapnya di beberapa bagian membuat bagian bahu dan leher Renjun berhias tanda kemerahan.
"Aku tak pernah memiliki kekasih sebelumnya." Tangan Jeno merayap menuju dada Renjun, mengusap-usapnya, merangsang gairah Renjun muncul lalu jari Jeno pun mencubit puncak dadanya.
"Aaahh..." Renjun mendesah pelan, lalu menelan salivanya untuk kembali bertanya. "Orang sepertimu?"
"Aku menangkap kau sedang memujiku." Jeno tersenyum, tangannya kembali pada pinggang Renjun.
"Aku belum menemukan kekuranganmu." Kata Renjun sambil membuka matanya lagi, kemudian ia menekuk satu kakinya hingga lutut dan pahanya menyembul dari balik air hangat yang mengisi bathup.
Jeno terkekeh, mengecup belakang telinga Renjun. "Terimakasih, chèrie."
"Jadi, kenapa tak pernah mendapat kekasih sebelumnya? Hanya ingin berganti pasangan tidur setiap malam tanpa ada yang marah?" Tebak Renjun.
"Bukan."
Haruskah Jeno mengatakan bahwa sejak dulu ia hanya menginginkan Renjun yang ia cari sejak dulu?
Bahkan ia masih ada sampai hari ini pun berkat Renjun yang tak lepas dari pikirannya.
Sejak Renjun menghilang, dalam benak Jeno hanya ada keinginan untuk segera berganti hari karena berpikir suatu hari Renjun akan menemuinya lagi.
Dan karena ternyata Renjun tak ada menemuinya lagi maka Jeno memutuskan ia yang mencari sosok itu, hingga akhirnya ia tau Milan, mengetahui Verona tempat kesukaan Renjun. Dan sekarang ia mendapatkan Renjun, ia sekarang memiliki Renjun sebagai kekasihnya.
Jeno melihat Renjun turun hanya dengan kemeja pendeknya- itu bukan kemeja kebesaran, ukurannya benar-benar untuk Renjun. Membuat Jeno bisa melihat tanda kemerahan hasil karyanya di paha dalam kekasihnya itu, kemeja itu tak cukup menutupi hingga setengah paha kekasihnya."Pilihan yang bagus." Jeno tersenyum sambil mengusap paha telanjang Renjun begitu sosok itu ada di hadapannya.
"Keputusanku untuk mengenakan pakaian seperti ini saat bersamamu begitu tepat." Kata Renjun.
"Kau terpesona." Tangan submisif itu mengusap rahang dominannya dengan satu senyum yang terulas.
Kemudian Renjun pun duduk di samping Jeno dengan kaki yang ia bawa naik dan menindih pada Jeno, membuat posisi duduk mereka begitu intim.
Jeno menciumnya sebentar, dan begitu ciuman mereka terlepas Renjun membawa tangannya untuk mengusak surai Jeno, sambil menatapnya lama.
"Aku ingin pulang besok." Ujar Renjun segera setelah menyadari Jeno membalas tatapannya tak kalah lekat.
Tangannya kini turun untuk mengalung pada leher Jeno. "Aku ingin mendapat spa." Katanya.
"Tubuhmu banyak bergerak liar." Jeno menggoda Renjun yang mungkin merasakan tubuhnya tak nyaman.
"Ingin aku menyediakan layanan spa untukmu di mansion Verona?" Jeno menawarkan.
Renjun menggeleng. "Tidak, aku suka pergi ke tempat spa yang memiliki wangi menyenangkan."
Dan bertepatan dengan Renjun yang sudah kembali ke mansion Jeno di Verona, ia mendapat pemberitahuan dari Leon akan kedatangannya ke Verona.
"Leon disini." Renjun memberitau Jeno. "Aku akan pergi dengan Leon."
Mendapat kabar itu membuat Renjun lebih antusias karena ia akan mendapat teman untuk ia pergi ke spa, dan ia juga akan menceritakan pada Leon liburannya dengan Jeno ke pulau pribadi milik dominan itu.
"Sekarang?" Jeno menaikan alisnya begitu melihat Renjun yang langsung beranjak dari kamarnya untuk turun.
"Tentu saja."
"Kita baru sampai kemarin." Maksud Jeno, tak inginkah Renjun istirahat lagi setelah liburan melelahkan mereka kemarin?
"Aku akan langsung mengajak Leon ke tempat spa, tubuhku akan baik-baik saja." Cengir Renjun.
Jeno ikut beranjak. "Baiklah, biar aku antar kalian."
"Tidak usah, aku hanya akan meminjam Oliver untuk mengantarku pulang dan mengambil mobil lalu aku akan menyetir sendiri untuk menjemput Leon." Renjun mengatakan rencana kecilnya.
"Kalau begitu kau bisa menggunakan mobilku." Ujar Jeno.
Renjun menjentikkan jarinya. "Benar sekali, aku bisa langsung menemui Leon."
"Kau tampak antusias." Jeno mengusap pipi Renjun sambil terkekeh geli melihat keantusiasan kekasihnya.
"Aku akan memamerkan cerita liburanku kemarin." Renjun tersenyum lebar membuat Jeno ikut melebarkan senyumnya.
________
Maaf ya pendek dulu, kalau keburu aku update lagi nanti tengah malem ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Do You Want
FanfictionNOREN [LEE JENO - HUANG RENJUN] ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ mature bxb mature dark mature