Matthew itu adalah adik Christof, hanya itu yang Renjun ketahui dari percakapan penuh emosi yang ia saksikan.
Kemiripan yang dimiliki Christof dengan Matthew tak begitu jelas terlihat oleh Renjun, apalagi warna mata mereka yang berbeda. Christof memiliki mata coklat terang, sementara Matthew memiliki warna tosca di matanya.
Namun saat melihat bagian hidung ke bawah wajahnya, memang Christof dan Matthew mirip. Dan Renjun pikir sifat mereka pasti mirip, apalagi tadi ia juga melihat Matthew yang terbilang berani berbicara keras pada kakaknya sendiri. Dan dengan itu Renjun pikir Matthew lebih buruk lagi dari Christof.
Jadi begitu malam hari ia mendapati Matthew memasuki kamarnya, Renjun yang sedang duduk menatap luka bakar bekas rokok di lengannya, sontak beringsut menjauh.
"Aku mengejutkanmu? Maaf." Ujar Mattew penuh sesal ketika melihat sorot ketakutan itu dengan jelas.
"Aku harusnya mengetuk pintu lebih dulu tadi, nanti aku akan lakukan itu." Lanjut laki-laki itu sambil berjalan mendekat pada ranjang Renjun.
Sementara Renjun yang merasa kepalanya tak bisa berpikir apapun lagi untuk menghindar kini hanya bisa mencicit takut.
Matthew yang mendengar gumaman takut Renjun, segera menyimpan nampan makanan yang ia bawa di atas meja lalu menatap Renjun meyakinkan.
"Aku tak akan menyakitimu, sungguh." Matthew tak bergerak lebih dekat lagi ke ranjang Renjun, khawatir anak itu semakin ketakutan.
"Christof membuatmu begitu ketakutan." Mata Matthew melirik lengan Renjun, dan melihat bekas luka bakar yang tadi ia lihat dilakukan saudaranya pada anak itu.
"Ini makananmu." Matthew menunjuk nampan yang ia bawa. "Makanlah, aku tak akan mengganggumu."
Renjun melirik Matthew takut-takut, ia tetap tak percaya pada Mattew bahkan dengan suara lembutnya pun ia tak bisa menghilangkan kecurigaan bahwa Matthew bisa menyakitinya juga. Karena Christof pun kadang bersikap lembut padanya, tapi tetap bisa memukul dan menyiksanya.
"Lukamu itu harus diobati, biarkan aku membantumu ya?"
Tak ada jawaban, Renjun tak juga bersuara. Ia hanya menatap Matthew penuh antisipasi jika tiba-tiba Matthew juga mengamuk karena ia yang tak menjawab.
"Baiklah, kau lebih baik makan dulu. Nanti aku kembali setelah membeli salep untukmu."
"Dan mengenak Christof, kau tak perlu khawatir ia baru saja keluar juga dan akan pulang pagi nanti." Tadi Matthew sengaja memberikan cukup uang agar Christof bisa pergi sementara ia akan menemui anak yang tadi ia lihat.
Sebenarnya menurut Matthew, Christof sangat tak bisa disebut sebagai sosok kakak untuknya. Karena terkadang ia berpikir bahwa ia jauh lebih bisa berpikir lebih baik dari Christof. Tapi jika kembali memikirkan bagaimana keras kepala dan bebalnya Christof, rasanya Matthew memang bisa mengerti itu. Christof tak pernah mencoba menahan diri dari apa yang ingin ia lakukan
Matthew meninggalkan Renjun agar anak itu bisa makan tanpa perlu menatapnya takut, setelah agak lama ia pun kembali naik dan menuju kamar Renjun. Kali ini ia mengetuk pintu lebih dulu, sebelum kemudian membuka pintu dan melihat Renjun yang duduk di pinggiran kasur dengan tegang.
"Kau sudah selesai makan?" Tanya Matthew sambil tersenyum begitu melihat makanan tadi telah habis.
Kakinya kemudian berjalan mendekati Renjun, ia duduk di dekat anak itu yang terlihat meremas ujung pakaiannya erat-erat.
"Bisa aku menyentuh tanganmu untuk mengobati luka itu?" Matthew mengulurkan tangannya tanpa menarik langsung lengan Renjun, ia menunggu Renjun akan menyodorkan sendiri tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Do You Want
FanfictionNOREN [LEE JENO - HUANG RENJUN] ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ mature bxb mature dark mature