28. Happen

1.1K 210 51
                                    

"Kalau kau menolak maka kau yang akan mati sebelum berhasil keluar dari sini."

Jeno menghitung berapa moncong pistol yang siap mengeluarkan peluru untuk mengenainya jika ia mengatakan penolakan atas tawaran Ederd itu.

Tujuh pistol yang terangkat untuknya, ditambah ia tak tau ada tidaknya orang di luar pintu yang akan mencegatnya jika ia nekat lari dari sini.

"Kapan kau ingin kabar kematiannya kau dengar?" Jeno masih mencoba tenang meski rasanya ia ingin merobek mulut Ederd yang berani mengatakan keinginannya untuk membunuh Renjun.

Ederd tersenyum, mengisyaratkan anak buahnya untuk menurunkan pistol mereka dan menjaga jarak dari Jeno. Tentu Ederd sengaja membawa lebih dari lima anak buah bersamanya untuk menemani bertemu Jeno si pembunuh bayaran, ia tak ingin mati konyol di tangan si pembunuh.

"Lusa ulangtahun istriku, dan aku ingin menghadiahkan mayat Huang Renjun padanya. Adik iparku mati di tangan Renjun beberapa bulan lalu." Ederd mengatakan alasan ia ingin membunuh salah satu mafia itu.

Sebenarnya awalnya Ederd tak tau bahwa pembunuh bayaran yang hendak ia hubungi memiliki hubungan dekat dengan target yang ingin ia inginkan kematiannya.

Namun ketika anak buahnya mengabari bahwa ternyata Jeno datang ke Paris bersama Renjun, rasanya Ederd seperti mendapat jackpot. Target dan orang yang ia butuhkan sama-sama datang ke kotanya, begitu beruntungnya ia. Dan apalagi ketika tau mereka terlihat akrab, Ederd semakin antusias karena artinya itu akan memudahkannya untuk meminta Jeno membunuh Renjun diam-diam. Ia hanya tinggal menawarkan harga tinggi pada Jeno agar Jeno mau membunuh Renjun.

"Kau cukup akrab dengan Huang Renjun, maka harusnya tak sulit untukmu diam-diam membunuhnya saat ia tidur."

"Aku tak suka diatur dalam strategi pembunuhannya." Ungkap Jeno, berusaha keras agar tak menerjang Ederd dengan pukulan keras pada wajahnya.

Jeno berdiri dari tempat duduknya. "Biarkan aku melakukan pembunuhannya sesuai keinginanku, yang penting lusa istrimu akan mendapat hadiah itu." Ujar Jeno sambil berjalan keluar dari ruangan itu dengan langkah ringan.

Kalimatnya barusan ia usahakan agar terdengar meyakinkan bagi Ederd agar ia bisa keluar dari sana dengan aman.

Dan setelah keluar dari sana dengan tanpa sedikitpun luka, Jeno berjalan ke bagian yang lebih banyak orang— menyamarkan diri disana. Karena ia yakin anak buah Ederd pasti ada yang ditugaskan mengikutinya dan memperhatikan gerak-geriknya, sementara Jeno sekarang tak ingin gerak geriknya diketahui.

Tangannya merogoh ponsel dari saku celananya, lalu menghubungi Andrea.

Selain sebagai dokter pribadinya, Jeno juga menjadikan Andrea sebagai pelantara ia untuk menghubungi tangan kanannya— Oliver.

Alasan Jeno menggunakan Andrea adalah, agar jikalau ada yang meretas ponselnya untuk melihat daftar nomor yang ia hubungi, maka yang akan oranglain lihat adalah ia yang menghubungi seorang dokter yang tak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan kotor macam ini. Andrea ia gunakan untuk mengelabui oranglain.

"Andrea, Oliver akan mengantar dua elang ku."

Andrea akan mengerti itu, bahwa Jeno meminta Oliver mengirim dua helikopter padanya— yang tentu berisi beberapa orangnya di dalamnya.

📞 "Mereka terluka?"

Lalu percakapan yang seperti normalnya percakapan pun terjadi, tentu hanya untuk menutupi perintah terselip tadi.

Dan Jeno benar merasakan bahwa ada dua orang di belakangnya yang mulai menemukannya diantara banyak orang.

"Baiklah, Andrea aku titip mereka agar kau obati dengan baik."

Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang