10. Whisky

2.1K 303 118
                                    

Kehidupan Renjun tak selalu berkutat dengan semua pekerjaannya, ia juga banyak menikmati hari dan waktunya dengan caranya.

Pinggangnya direngkuh erat, sementara bibirnya saling bersentuhan dengan sosok itu. Laki-laki yang sudah ia kenal lama, dan juga cukup sering menjadi teman tidurnya.

"Sebaiknya kita makan malam dulu sebelum kita ke tempatku." Laki-laki dengan senyum menawan itu melepas ciuman mereka.

Renjun tak langsung mengiyakan, ia menoleh sebentar untuk mengingat lagi bahwa ia tengah berada di sebuah casino milik Athes— laki-laki yang barusan berciuman dengannya.

"Benar, aku cukup lapar." Renjun pun menyetujuinya.

Dan keduanya pergi menuju sebuah restoran steak, dengan janji bahwa setelah selesai dari sana mereka akan menghabiskan malam panas bersama.

"Aku lupa untuk mengirim seorang gadis baru yang sepertinya cocok di tempatmu, kau mungkin ingin mencobanya lebih dulu." Ujar Athes ketika mengingat apa yang biasanya ia lakukan.

Renjun mendengus. "Kau sekarang begitu menyebalkan, membahas aku untuk meniduri oranglain disaat dalam beberapa jam kedepan kita akan berbagi keringat."

Athes terkekeh mendengarnya, berbicara dengan Renjun selalu terasa menyenangkan. Sikap blak-blakannya saat berbicara cukup menghiburnya, selain tubuh mungilnya yang juga selalu memuaskannya.

Mengenai hubungannya dan Renjun, itu bukan hubungan asmara. Mereka hanya kebetulan saling mengenal, ia memiliki pekerjaan yang bisa saling menguntungkan dengan Renjun.

Dirinya yang akan mengandalkan orang-orang yang membutuhkan uang untuk menjual anak-anak mereka yang masih suci, lalu ia akan balik menawarkan itu pada Renjun yang memiliki bisnis berupa tempat prostitusi.

"Aku baru kembali dari Milan kemarin, dan aku sempat bertemu Judith—" Athes tak langsung melanjutkan kalimatnya karena terpotong tawa terhiburnya melihat Renjun yang langsung menghela napas keras begitu mendengar nama Judith disebut.

"Tapi bukan itu point nya." Athes kembali berujar setelah menghentikan tawanya.

Renjun menatap Athes dengan malas, efek tadi ia menyebut nama Judith membuatnya kesal. Sementara Athes masih menatap Renjun dengan senyum geli.

"Judith mengatakan kau bersama seseorang ketika di Milan."

Itu langsung membawa ingatan Renjun pada sosok Jeno.

"Athes, apa kau pikir aku menghabiskan liburanku seperti liburan membosankan untuk sekedar melihat langit cerah dan pantai indah tanpa mendapat sex?" Tanya Renjun sarkas.

Dan Athes mengangguk diantara tawa pelannya. "Benar, kau tak akan memiliki liburan sepolos itu."

Jeno memasuki restoran yang menarik perhatiannya sejak kemarin, namun kemarin ia tak sempat kemari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno memasuki restoran yang menarik perhatiannya sejak kemarin, namun kemarin ia tak sempat kemari. Dan akhirnya ia bisa datang juga malam ini.

Setelah memesan makanannya, Jeno menunggu pesanan datang dengan membuka ponselnya. Ketika suara langkah yang baru memasuki restoran itu entah kenapa membuat Jeno tertarik untuk mendongak, dan karena ia memilih kursi yang dekat kaca, duduknya pun menjadi menghadap ke arah pintu masuk meski bukan tepat di hadapannya.

Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang