49. Towards the abyss

713 136 59
                                    

"Bagaimana liburanmu dengan Leon? Lebih menyenangkan daripada liburan bersamaku?" Tanya Jeno begitu Renjun duduk di kursi yang ada di hadapannya, wangi Renjun langsung memenuhi sekitarnya membuat Jeno mengerang, ia begitu merindukan wangi kekasihnya ini.

Tadi Renjun merengek pada Jeno meminta Oliver segera menjemputnya ke mansion kekasihnya itu, karena ia sudah malas menyetir sendiri. Dan begitu ia sampai di mansion Jeno, ia mendapati dominan itu tengah menikmati secangkir americano dingin di mini bar mansionnya, Renjun pun segera menghampirinya.

Renjun tertawa mendengar pertanyaan Jeno, karena memang ia menghabiskan satu minggu ini bersama Leon dan tak menemui Jeno sama sekali. Sementara kemarin ia dan Jeno di pulau pribadi dominan itu hanya berlibur selama lima hari.

"Pada akhirnya aku kemari dan akan tinggal lagi disini, lalu kau akan melihatku sampai bosan." Kata Renjun di sisa tawanya.

Kali ini Jeno yang terkekeh. "Apa menurutmu aku akan bosan?"

"Mungkin saja." Renjun mengangkat bahunya, lalu meminta pelayan menyiapkan smoothie buah untuknya.

"Dengan wajah seperti ini?" Jeno mengulurkan tangannya dan membelai pipi kekasihnya lembut.

Renjun tersenyum dan menatap Jeno dengan mata yang berbinar lucu. "Aku benar semenawan itu."

Jeno tersenyum. "Ya."

Dan seketika Renjun berdecak kagum pada dirinya sendiri.

Smoothie yang Renjun inginkan datang, pelayan juga menyertakan roti panggang untuk Renjun nikmati dengan smoothienya.

Jeno melepas tangannya dari wajah Renjun, membiarkan kekasihnya menikmati makanannya dengan ia yang selalu memperhatikannya dan tak melepas matanya dari Renjun.

Tak lama kemudian seorang pelayan terlihat melewati mereka menuju ruang tamu, sepertinya hendak menghidangkan makanan untuk Oliver. Lalu Renjun ingat tadi ketika baru memasuki mobil Jeno yang dibawa Oliver.

"Ini milikmu?" Renjun bertanya sambil menunjuk sekotak rokok di dashboard mobil.

"Ya, kenapa? Kau suka merokok?" Oliver pikir dirinya tak akan heran jika Renjun adalah perokok, mengingat bagaimana bebasnya kehidupannya.

Tapi jika melihat warna bibir Renjun yang berwarna merah alami yang cantik, juga sehat. Oliver tak yakin Renjun menyukai rokok.

"Aku tak suka bau asap rokok menempel di bajuku. Jadi jangan berani menyalakannya di hadapanku." Jawaban Renjun ini membuat Oliver mengangguk.

"Aku pikir itu milik Jeno." Renjun melirik lagi kemasan rokok milik Oliver.

Oliver menaikan alisnya dan tersenyum geli. "Apa karena ini mobil Jeno?"

"Bukan, karena seingatku aku pernah melihat kotak rokok di mejamu dan bukan yang seperti itu." Jawab Renjun.

"Kau tau bahwa di dunia ini tak hanya ada satu jenis rokok." Oliver terkekeh atas kalimat Renjun.

Renjun tak peduli akan kekehan Oliver. "Bukankah ini terbilang salah satu jenis rokok lama?"

Oliver mengangguk. "Iya, tapi rasanya masih banyak disukai."

"Aku tak tertarik membahasnya terlalu jauh." Renjun mengernyit pada Oliver, membuat laki-laki itu tertawa pelan.

"Aku ingat Oliver adalah perokok." Ujar Renjun pada Jeno.

Jeno menaikan alisnya. "Kau tak suka?" Ia lupa untuk menanyakan itu pada Renjun sebelumnya, jika saja kekasihnya itu ternyata tak menyukai kebiasaan Oliver tersebut.

Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang