48. Sure he can hide it

1K 170 99
                                    

"Mobil barumu?" Tanya Leon ketika ia duduk di sebuah mini cooper yang seingatnya tak pernah ia lihat di tempat Renjun, ia juga belum mendengar lagi Renjun menceritakan membeli mobil lagi sejak dua bulan terakhir.

"Ini milik Jeno." Kata Renjun. Tadi ia sendiri yang memilih ini untuk bisa ia bawa bepergian bersama Leon.

Leon mendengus. "Kau sudah cukup banyak membeli mobil juga hanya karena rekomendasi dari Athes, padahal kau hanya sering menggunakan dua mobil yang sama terus menerus."

"Dan sekarang kau juga meminjam mobil kekasihmu, mobil-mobilmu semakin tak tersentuh." Leon pikir kehidupan Renjun lebih boros daripada dirinya yang masih sering mendapat omelan dari orangtuanya, sementara Renjun bahkan terkadang masih bisa merengek pada orangtua dan kakaknya dengan kehidupannya yang sekarang.

Renjun mengangkat bahunya. "Hari ini kita gunakan waktunya untuk merawat tubuh."

"Besok kita pergi ke pantai, dan menikmati banyak kuliner." Renjun dengan semangat mengatakan semua rencananya mengajak Leon berkeliling Verona.

Sampai di tempat spa yang sudah sering Renjun kunjungi, keduanya langsung melepas pakaiannya untuk diganti dengan jubah mandi sebelum nantinya mendapat pijatan dari terapis.

Leon berdecih begitu melihat tanda kemerahan di dekat tulang selangka Renjun yang maju pada bahunya, ia juga melihat tanda yang sama di bawah dada Renjun namun warnanya mulai samar. Dan ada yang masih begitu jelas, tepat di paha Renjun.

"Pagi tadi kalian sempat melakukan sex?" Tanya Leon menahan dengusan setelah keduanya mengenakan jubah mandi mereka.

"Hanya blowjob." Jawab Renjun.

Mendengar jawaban santai Renjun, Leon memutar bola matanya. "Aku nyaris tak percaya kau masih terlihat baik-baik saja setelah terlibat banyak sex dengan kekasihmu."

"Aku selalu ingin beristirahat seharian penuh setelah sebelumnya mengangkang di atas ranjang." Leon mengatakan sambil tak habis pikir dengan aktifnya Renjun bercinta dengan kekasihnya.

Lalu kemudian Leon tersadar sesuatu. "Ah, pantas kau mengajakku kesini. Tubuhmu mendapat akibatnya."

"Keadaanku tak seburuk itu, karena Jeno benar selalu membuatku puas." Kata Renjun. "Rasanya tak apa dibuat remuk ketika ia membuatku mendapat orgasme yang begitu nikmat."

Sebenarnya tanpa Renjun memberitahu hal itu pun Leon bisa tau Renjun begitu puas dengan sex Jeno, sebab wajah Renjun mengatakannya dengan jelas- begitu cerah. Ditambah mungkin juga karena Renjun melakukannya dengan kekasihnya, jadi ada cinta dalam persetubuhan itu dan membuat pembawaan Renjun terasa lebih hidup.

"Kemarin aku dan Jeno baru kembali dari pulau pribadinya." Kata Renjun saat keduanya sudah berbaring dan mulai mendapat pijatan nyaman.

"Dan kalian melakukan sex setiap hari." Tebak Leon.

"Aku bisa membayangkan seberapa liar kalian disana." Tambahnya.

"Tentu saja."

Setelah selesai dari tempat spa keduanya langsung menuju sebuah cafe untuk mencoba beberapa menu dengan rasa manis, lalu keduanya pulang. Renjun ke mansionnya dan Leon ke penthouse-yang baru ia miliki hanya untuk bisa ia tinggali setiap ke Verona saat Renjun memintanya kemari.

________

Kemudian keesokan harinya seperti yang sudah Renjun rencanakan, mereka akan pergi ke pantai dan menginap selama dua malam di hotel dekat pantai.

Dan sebelum keberangkatan mereka, keduanya makan siang lebih dulu di sebuah restoran yang Renjun rekomendasikan lagi.

Keduanya memang sepakat juga untuk berangkat ke pantai menjelang sore.

"Athes memberitahuku, Matthew akan ke italy dalam waktu dekat." Ujar Renjun tiba-tiba diantara suapan makannya.

Leon mendongak terkejut. "Sungguh?"

Renjun mengangguk tanpa mengalihkan tatapannya dari piring berisi menu makan siangnya.

"Lalu?" Leon memajukan tubuhnya, menatap Renjun penasaran dengan kelanjutan ceritanya.

"Ia memintaku datang ke mansionnya." Senyum itu perlahan muncul di bibir Renjun ketika mengatakan hal tersebut.

"Dan kau akan datang?" Tanya Leon dengan bodohnya, karena ia tau bagaimana Renjun sudah pasti akan datang pada Matthew.

"Tentu saja, aku begitu merindukannya. Sudah lama aku tak melihatnya." Renjun menaikkan pandangannya ke luar restoran untuk bergumam tanya.

"Berapa lama aku tak bertemu dan berbicara dengannya." Renjun mendesah berat, menunjukkan seberapa menderita ia selama Matthew tak membiarkan mereka bertemu cukup lama.

Lalu Renjun kembali berujar. "Aku rindu suara dan sentuhannya."

Leon mengangguk mengerti, tapi kemudian. "Lalu bagaimana Jeno?" Tanyanya hati-hati.

"Ia tak tau hal ini?" Leon menambah pertanyaan sebelum Jeno sempat membalas yang tadi.

Renjun menggelengkan kepalanya. "Tidak, dan aku akan menemui Matthew tanpa sepengetahuan Jeno. Aku akan memberitahu Jeno bahwa aku memiliki pekerjaan, maka ia tak akan mencari tau jika aku mengatakan itu."

Sejak Athes memberitahunya perihal kedatangan Matthew, Renjun sudah memikirkan apa yang akan ia lakukan dan katakan pada Jeno jika dominan itu menanyakan kepergiannya.

"Kau bisa menyembunyikannya dari Jeno?" Leon menatap Renjun.

"Hmm." Renjun mengangguk, ia cukup yakin ia bisa menyembunyikan semuanya dari Jeno.

Jeno berdiri di depan sebuah tempat makan pinggir pantai, sementara matanya memperhatikan sosok yang berada jauh di depan sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno berdiri di depan sebuah tempat makan pinggir pantai, sementara matanya memperhatikan sosok yang berada jauh di depan sana. Renjun yang terlihat menikmati waktunya dengan Leon.

Jarak yang ada antara Jeno dengan Renjun tentu sudah Jeno perhitungkan agar kekasihnya itu tak tau ada ia yang memperhatikan, dan ia juga tak mengambil jarak terlalu jauh karena ia ingin tetap melihat bagaimana penampilan wajah Renjun dengan cukup jelas.

Melihat Renjun yang tertawa, Jeno tersenyum lebar seketika.

"Kau selalu memastikan tak mencari tau tentangnya sendirian dengan alasan ia tak suka, tapi lihat yang kau lakukan sekarang, kau justru mengikutinya." Oliver mengatakan keheranannya.

"Ia hanya mengatakan tak boleh mencari tau tentangnya, dan ia tak melarangku mengikutinya." Jeno membela diri.

"Aku tak melanggar apapun, aku sejak tadi pagi hanya mengikutinya untuk melihat wajahnya bukan mencari tau kehidupan pribadinya seperti yang ia maksud."

"Ketika aku memiliki waktu, aku akan mengikutinya untuk melihat wajahnya." Tukas Jeno tanpa mengalihkan tatapannya dari Renjun yang kini tengah menyelimutkan handuk pada tubuhnya yang sudah terkena basahnya air laut.

Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang