40. Frowned

1.2K 182 64
                                    

Renjun tengah duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya, tangannya memegang tabnya yang menunjukkan pencarian yang ia ketik— tempat di Verona yang mungkin belum ia kunjungi.

"Aku merasa telah mengelilingi penjuru Verona. Leon harusnya tak meragukanku." Gumam Renjun pada dirinya sendiri.

Semalam Leon mengatakan pada Renjun untuk tak mengharapkannya datang begitu cepat kesana, dan selagi menunggunya Renjun harus mencari tempat apa saja yang perlu mereka kunjungi.

Punggungnya bersandar pada kursi, tabnya ia simpan di atas meja. Matanya melihat langit yang mulai berwarna jingga, memang hari mulai sore dan Renjun baru selesai mandi. Tubuhnya masih mengenakan jubah mandi satinnya, karena barusan ia memutuskan untuk duduk di balkon sekalian menunggu rambutnya kering.

Renjun tak terlalu sering mengeringkan rambutnya dengan hairdryer, karena berpikir itu akan mudah membuat rambutnya rusak.

Kakinya beranjak dari kursi, hendak masuk ke kamar untuk memakai bajunya. Dan ketika ia mendengar suara halus mesin mobil yang berhenti di halaman mansionnya, ia pun memutuskan mendekat ke pembatas balkon dan melihat siapa yang keluar dari mobil.

Tangannya bertumpu pada tembok pembatas, selagi menanti siapa yang akan keluar dari sana. Lalu ketika pintu mobil terbuka dan turunlah sosok di dalamnya, senyum Renjun terulas. Ia akan mengurungkan niatnya tadi yang hendak memakai baju.

Ia segera turun untuk menemui Jeno. Dan tepat ketika ia sampai di anak tangga paling bawah, Jeno juga memasuki mansionnya setelah pelayan membuka pintu.

Sebelum- sebelumnya Renjun telah berbicara pada pelayan juga orang-orang di mansion untuk mengizinkan Jeno masuk sama seperti bagaimana Athes dan yang lainnya.

"Kau kembali lebih cepat dari perkiraanku." Renjun berjalan menghampiri Jeno yang juga tersenyum melihat tampilannya.

Jeno meraih pinggang Renjun, dan mencium bibirnya mesra. "Aku merindukan kekasihku."

Ciuman yang Jeno mulai itu disambut Renjun dengan sukacita, tangannya meremas surai Jeno ketika lidah mereka saling beradu. Tak lama kemudian Jeno mengambil alih ciuman dengan menyesap bibir Renjun penuh rindu.

"Aaahh.." Mulut Renjun terbuka ketika Jeno menyesap bibir bawahnya, membuat desahannya keluar begitu saja.

Mata Jeno terpejam, menikmati bagaimana suara desahan Renjun mampu membuatnya berdebar kesenangan dengan darah yang berdesir nyaman. Ia begitu rindu pada kekasihnya ini.

Ketika ciuman mereka terlepas, Jeno menatap wajah itu cukup lama sebelum kemudian ia menyadari kehadiran pelayan yang berdiri di ujung ruangan.

"Maritozzo milikmu." Jeno tadi telah memberikan bingkisan makanan yang Renjun inginkan pada pelayan mansion Renjun untuk dihidangkan di atas piring.

Renjun menoleh dan melihat pelayan yang membawa piring besar berisi beberapa Maritozzo, ia meminta pelayan menyimpannya di meja bar.

Kemudian keduanya pun berjalan menuju meja bar, tanpa duduk lebih dulu Renjun meraih satu maritozzo dan menyuapkan itu pada mulutnya.

Jeno berdiri tepat di samping Renjun, pinggang mereka bersentuhan, tangannya memeluk pinggang ramping itu untuk kemudian membuat submisif itu berdiri menghadapnya agar ia bisa menonton bagaimana Renjun menikmati maritozzo dengan jelas.

Tubuh mereka berdempetan, dengan bagian selangkangan yang saling bergesekan. Apalagi jubah mandi Renjun yang berbahan satin membuat gesekan yang muncul diantara mereka membuat gelenyar panas pada tubuh masing-masing.

Mulut kecil Renjun terbuka untuk menggigit roti manis itu, menyisakan cream putih itu mengotori sebagian bibir plumpy nya. Lalu lidah Renjun terjulur untuk menjilat sisa cream itu, sementara mata yang menatap Jeno yang nampak menikmati pemandangan itu.

Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang