Andrea menatap Renjun lama, ia kembali mengecek luka Renjun dan sekarang ia bergantian menatap antara luka di perut juga pada Renjun yang terlihat baik-baik saja.
Luka ini pasti sakit, tapi ia cukup heran dengan tak adanya ringisan nyeri yang keluar dari mulut Renjun. Anak itu bersikap sama seperti ini hanya luka kecil di lehernya kala itu.
"Renjun..." Andrea hendak bertanya, tapi Renjun lebih dulu mengajukan tanya.
"Dua minggu akan sembuh bukan?"
"Tiga minggu." Andrea memberitau perkiraannya.
Renjun menghela napas. "Lama sekali."
"Lukanya cukup dalam." Andrea kembali mengatakan alasan luka Renjun akan tetap memakan waktu yang cukup lama meski dengan penyembuhan laser sekalipun.
"Ck, tapi pasti tak akan ada bekasnya bukan? Aku tak mungkin memiliki garis melintang menyebalkan di perutku ini."
Andrea terkekeh diantara ringisannya, ia agak tak paham dengan Renjun yang lebih mementingkan bekas lukanya.
"Aku pikir mencari obat anti nyeri yang baik lebih harus kau utamakan daripada bagaimana cara menghilangkan bekasnya bukan?" Sebenarnya Andrea mencoba mengerti akan kekhawatiran Renjun atas bekas lukanya itu, sama seperti kejadian lehernya kala itu.
Tapi jika dipikir kembali, bukankah seharusnya Renjun tak seribut ini dengan bekas luka di perutnya itu? Bagian perut itu tertutup, dan itu tak akan merusak penampilan Renjun bagaimanapun itu.
Dan juga kenapa Renjun lebih mengeluhkan itu daripada rasa sakitnya? Andrea biasanya lebih sering mendengar keinginan pasien untuk mendapat obat anti nyeri lebih awal, dan mengenai bekas luka itu urusan terakhir. Tapi Renjun justru mementingkan lebih dulu yang satu itu.
"Tak ada luka yang tak sakit, jadi sudah wajar ini sakit. Tapi untuk bekas luka?" Renjun menggelengkan kepalanya. "Aku tak ingin memilikinya."
"Kau akan bertanggungjawab jika Jeno mencampakkanku karena bekas luka jelek di di perutku ini?"
Setelah tadi Andrea dibuat bingung dan terselip kekhawatiran pada Renjun, kini ia justru dibuat mendengus geli akan kalimat Renjun barusan.
"Aku baru mengenalmu, tapi aku sudah mendengar tentangmu dari Oliver. Jeno tak mungkin mencampakkanmu hanya karena hal tak penting ini." Setelah mengatakannya Andrea pun memulai pengobatannya pada Renjun.
Selesai dari tempat Andrea, Renjun tak meminta Jeno menggendongnya lagi. Jeno sempat bertanya bingung, tapi Renjun menggeleng dan berkata.
"Nanti saja kau menggendongku menuju ranjangmu, sekarang aku bisa berjalan sendiri."
"Kau tadi kesakitan sampai tak bisa berjalan." Jeno menarik kesimpulan.
Renjun menatap Jeno sekilas, menyadari bahwa Jeno begitu teliti pada hal-hal seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Do You Want
FanfictionNOREN [LEE JENO - HUANG RENJUN] ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ mature bxb mature dark mature