52. Kidnapping

852 158 67
                                    

Milan, Italy

Ulangtahunnya yang kesepuluh baru ia rayakan seminggu lalu dengan mamanya yang membuat pesta outdoor. Tapi Renjun tak sepenuhnya menikmati pesta tersebut karena rasanya semuanya terlalu palsu disaat orangtuanya yang sangat sibuk tiba-tiba ada di sampingnya dan bersikap layaknya orangtua sempurna di hadapan banyak orang.

Orangtuanya menjatuhkan semua tanggung jawab mengurus Renjun pada pelayan dan pengawal mansion, sementara mereka berdua berkutat dengan kesibukan mereka.

Ia dengan kakaknya tak seakrab itu, karena Renjun yang menaruh rasa iri dan cemburu terhadap Junjie. Renjun tau bahwa orangtuanya dulu selalu memiliki waktu untuk mengurus dan menemani kakaknya itu.

Sebenarnya Renjun sudah mendapat penjelasan bahwa dulu orangtuanya masih belum sesibuk sekarang, tapi Renjun tak peduli akan itu. Rasa irinya tetap ia simpan untuk kakaknya.

Renjun bahkan selalu menolak untuk berangkat dan pulang sekolah dengan mobil yang sama dengan sosok itu, setiap pagi ia akan memilih berangkat lebih siang jika sopirnya menyarankan berangjat sekalian dengan Junjie yang gedung sekolahnya sama dengannya.

Dan saat pulang sekolah, Renjun akan memilih menunggu lebih lama untuk mendapat jemputan sopirnya yang lain jika jemputan yang lebih awal sudah diambil Junjie.

Hari itu pun Renjun seperti itu, ketika matanya melihat mobil milik keluarganya ada di depan gerbang, ia nyaris berlari untuk segera masuk kesana dan pulang. Tapi begitu ia melihat ada sosok kakaknya yang sudah duduk di kursi penumpang, seketika ia berdecih.

"Minta yang lain menjemputku, aku akan menunggu disini."

Junjie terlihat tak setuju dengan perkataan sang adik, tapi ia pun tau bagaimana judesnya Renjun jadi ia pun hanya segera meminta orang mansion untuk mengirim satu jemputan untuk Renjun.

Sekitar setengah jam Renjun menunggu akhirnya ia melihat sebuah mobil yang dikendarai oleh seseorang dengan pakaian seragam sopir milik keluarganya, Renjun pun tanpa ragu masuk ke dalam mobil dan duduk nyaman disana.

Seharusnya saat itu Renjun sadar bahwa ia tak pernah melihat mobil tersebut di mansion orangtuanya, tapi ia justru dengan gegabah masuk kesana dan percaya bahwa yang menyetir itu adalah sopirnya.

"Bangunkan aku begitu sampai mansion." Setelah mengatakan itu Renjun jatuh terlelap di dalam mobil. Sifat otoriternya begitu melekat pada anak itu.

Tapi cara membangunkan orang tersebut padanya begitu kasar, dan Renjun tentu kesal karena dibangunkan dengan cara seperti itu. Tangan itu menggerakkan wajahnya dengan keras.

"Aku akan—" Renjun yang hendak marah seketika mengatupkan lagi bibirnya saat matanya terbuka yang ia lihat adalah pelototan yang tak pernah ia dapat.

Tangannya terkepal erat, entah kenapa ia terintimidasi dengan itu. "Siapa?" Renjun baru sadar suaranya masih serak karena bangun tidur.

Meski ia mulai merasakan ketakutan dengan sosok asing ini, tapi ia tetap mencoba bertanya dengan tanpa terlihat ketakutan.

"Kau harus bangun dan bersiap dulu, nanti aku akan memberitau namaku padamu." Laki-laki yang usianya ada di awal dua puluhan itu mencoba menahan amarahnya.

Wajah itu terlihat tak lagi memberikan pelototan tapi sosok itu berbicara sambil berdecak kesal.

Renjun pun menurut— bukan karena dorongan untuk menurut pada sosok itu, melainkan karena ia juga merasa perlu bangun sebab ia asing dengan tempat ini juga orang ini.

Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang