37. Decision made

1.2K 205 94
                                    

"Sejak kapan kau bekerja pada Jeno?" Pertanyaan itu Renjun lontarkan pada Oliver yang duduk di sampingnya dan menyetir untuk mengantarnya pulang.

"Cukup lama." Jawab Oliver.

Renjun berdecak dengan jawaban pendek itu, dari yang sering ia lihat lewat interaksi Oliver dan Jeno, Oliver bukan sosok yang dingin dan irit bicara seperti itu. Tapi Oliver selalu berbicara pendek padanya. "Kau tinggal mengatakan angka."

"Sepuluh tahun." Oliver mengatakan berapa lama ia telah berada di sekitar Jeno.

"Oh, kau sudah dengannya ketika ia masih di New york?" Renjun menyadari waktu sepuluh tahun itu lebih dari jarak waktu ketika ia bertemu dengan Jeno dulu, ia dan Jeno bertemu sekitar delapan tahun yang lalu.

Oliver mengangguk membenarkan. "Ya."

"Tapi saat itu ia belum menjadi pembunuh." Renjun ingat bagaimana anak laki-laki yang ia temui di rooftop, yang tampak penuh kesedihan juga kefrustasian. Sorot mata lelahnya berbeda dengan sorot tajamnya sekarang.

Anggukan Oliver berikan lagi sebagai tanda membenarkan. "Aku juga hanya anak pelayan di mansionnya." Ia memberitau siapa dirinya sepuluh tahun kebelakang.

Renjun mendapat satu kesimpulan. "Kalian memiliki perubahan besar dalam hidup."

"Karena pekerjaan kalian membuat kau dan Jeno sampai di italy."

Mendengar itu Oliver hanya mengangguk lalu diam dan fokus menyetir.

"Apa ini salah satu perintah Jeno untuk tak berbicara banyak denganku?" Tanya Renjun pada Oliver.

"Tidak."

Renjun menatap Oliver yang masih menatap ke jalanan di depannya. "Lalu? Aku tau kau bukan sosok seperti ini." Protes Renjun.

"Kau ingin aku melaporkan pada Jeno bagaimana kau begitu menyebalkan dan membuatku muak karena kau yang membosankan?" Nada ancaman milik Renjun itu berhasil membuat Oliver menoleh padanya sekilas.

"Aku pikir kau akan tersinggung jika aku bersikap lebih dari ini." Ujar Oliver hati-hati.

"Pada Jeno yang notebene atasanmu kau biasa saja, tapi padaku takut tersinggung. Ck. Kau pembunuh bayaran." Kenapa pula Oliver takut padanya ketika jelas-jelas pekerjaan Oliver lebih membahayakan untuk Renjun.

Oliver menaikan alisnya, apa Renjun tak tau bahwa status pembunuh bayaran miliknya tak ada apa-apanya jika dihadapkan dengan perintah untuk 'jangan sampai membuat Renjun tak nyaman'.

"Jeno tak akan segan melemparku dari tebing jika aku membuatmu tersinggung dan tak suka." Oliver mengatakannya jujur.

"Berlebihan sekali." Dengus Renjun.

"Aku lebih tak suka kau seperti ini. Kenapa tidak bersikap sama seperti saat dengan Jeno? Itu lebih baik." Renjun melanjutkan.

Dan Oliver pun mengangguk mengerti, meski tetap ada rasa keberatan dalam hatinya. Karena sejak awal ia tau Jeno akan membiarkannya membantu Renjun, Oliver sudah berencana membuat jarak itu dengan Renjun. Ia merasa tak akan diperbolehkan untuk dekat terlalu akrab dengan Renjun oleh Jeno, sebab ia tau sendiri bagaimana Jeno begitu menyukai Renjun hingga beberapa keputusan di hidupnya bergantung pada Renjun.

Tapi ternyata ia hanya mendapat satu peringatan dari Jeno bahwa ia tak boleh melakukan hal yang membuat Renjun tak suka dan tak nyaman. Dan Oliver yang belum begitu hafal sifat asli Renjun tentu masih mencoba menerka apa yang bisa saja membuat Renjun tak suka, maka ia memulainya dengan tak adanya keakraban yang bisa ia jalin dengan Renjun.

Namun ternyata Renjun tak suka itu, jadi Oliver harus mau bersikap biasa saja. Walau itu akan agak tak nyaman juga dengan semua rasa was-was dalam hatinya jika salah dalam berbuat.

Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang