"Seminggu yang lalu kau bersama Renjun, dan ia yang terluka. Sekarang kau terluka sendirian, Renjun tak terluka?" Tanya Andrea ketika ia tengah membersihkan luka tembak yang ada di lengan Jeno.
Jeno yang duduk di atas sofa meringis ketika Andrea mengenai tepat luka dari peluru yang tadi bersarang disana.
"Kepergianku dua hari lalu tak ada dalam kesepakatan kerjaku dengan Renjun." Jelas Jeno tentang penyamarannya dua hari lalu untuk mendekati targetnya.
Andrea menyimpan peralatan bekas membersihkan luka tembak Jeno. "Jadi, seminggu yang lalu apa?"
"Saat itu Javier mengincar Renjun, sementara luka ini memang pekerjaanku." Jeno melirik lengannya yang kini coba dibebat oleh Andrea.
"Kau membunuh siapa? Kenapa ia memiliki pistol dan bisa menembakmu?" Andrea mengatakan kebingungannya, karena biasanya Jeno jarang terluka jika ia hanya pergi untuk membunuh seseorang.
Jeno memperhatikan Andrea yang mulai menyelesaikan pekerjaannya. "Aku ceroboh, pistolku ditemukan oleh targetku dan ia yang panik langsung menodongkan itu padaku."
"Jadi ini tembakan yang meleset, karena aku yakin ia berniat menembak jantungmu." Andrea menarik kesimpulan sendiri.
"Sepertinya iya." Sahut Jeno tak begitu peduli.
"Ia tapi cukup teliti karena bisa mencurigai tempatku menyimpan pistol." Jeno selalu memastikan tak ada hal yang ia lakukan membuat orang lain menaruh kecurigaan. Tapi tadi targetnya yang merupakan seorang pemuda menyadari jaketnya yang memiliki penyimpanan tersembunyi, ia juga bisa membuat Jeno membuka jaket dan menyimpan itu di dekatnya hingga kemudian anak itu merebut pistol itu dan meraihnya sebelum diarahkan padanya dengan sorot gemetarnya.
"Ia seorang gadis?" Tanya Andrea.
Jeno mengangguk. "Bukan, ia laki-laki."
"Kau menidurinya?" Andrea tau perihal cerita beberapa target Jeno yang telah berlalu ada yang pernah Jeno tiduri karena Jeno mendapat cinta tak terduga dari targetnya, dan Jeno memanfaatkan dengan baik. Dan beberapa hari setelah Jeno berhasil membuat targetnya semakin hanyut padanya, Jeno semakin mudah menariknya lebih dekat untuk dibunuh tanpa menimbulkan kecurigaan— sebab orang lain pun akan mengira ia begitu kehilangan.
"Tidak, aku hanya berteman dengannya." Jawab Jeno ringan.
"Kau benar pembunuh bayaran menakutkan." Andrea bergumam tak gentar, kemudian ia teringat lagi sosok yang beberapa hari lalu ia temui.
"Renjun tak mempermasalahkan kau yang pergi diantara kesepakatan pekerjaan kalian?"
"Ia hanya memerlukanku untuk menjaganya jika ia merasa terancam." Jeno sempat menawarkan pada Renjun untuk ia diberi akses melacak keberadaan Renjun jika saja terjadi sesuatu, tapi Renjun jelas menolak.
"Aku akan memanggilmu ketika aku membutuhkanmu." Ujar Renjun saat itu.
Andrea mengangguk setelah menyesap jus yang disajikan pelayan mansion Jeno padanya. "Semacam bodyguard." Gumam Andrea.
"Tapi Renjun begitu pandai memilih bodyguard, langsung menggunakan seorang pembunuh bayaran." Andrea tersenyum geli dengan itu.
Jeno ikut tersenyum teringat sosok Renjun. "Kau harus tau, seberapa pintar anak itu, Andrea."
Dan Andrea tertawa melihat respon Jeno itu.
"Ia sepertinya tak sepolos kelihatannya." Andrea melihat sendiri bagaimana umpatan yang Renjun lontarkan untuk Javier saat tempo hari Andrea mengobatinya, juga ia yang melihat ada bekas kissmark mengintip dari dada bagian atas tubuh Renjun. Andrea menyadari bahwa wajah polos Renjun adalah tipuan yang dibuat semesta untuk anak yang berkeliaran di dunia jahat seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Do You Want
FanfictionNOREN [LEE JENO - HUANG RENJUN] ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ mature bxb mature dark mature