23. Seductive

1.4K 229 53
                                    

Jeno jatuh dalam tatap memesona milik Renjun, mengabaikan panggilan dari gadis yang baru saja bertukar nama dengannya.

Meski jarak mereka tak begitu dekat, tapi Jeno bisa melihat detail wajah Renjun yang indah. Alis yang menggaris matanya dengan cantik, hidung indahnya kemudian bibirnya yang kini mengulas senyum kecil— begitu kecil. Itu senyum menggoda milik Renjun.

Anak itu bisa menggodanya hanya dari sebuah senyuman tanpa apapun lagi yang dilakukannya tapi membuat Jeno berdebar ingin menerjangnya. Anak itu bisa menggodanya dari jarak seperti ini, tanpa harus saling berdekatan dan berdempetan.

Renjun sepertinya benar-benar berniat menggodanya, karena setelah itu ia langsung melengos pergi.

"Jeno, apa kau mengenalnya?" Suara gadis yang tadi ia ajak berbicara kembali menyadarkan Jeno dari sihir menggoda Renjun.

Mata Jeno kembali menatap si gadis di hadapannya. "Ya, aku bersamanya."

"Aku tadi melakukan kesalahan dan itu sepertinya membuat ia tak suka." Gadis itu mengaku.

"Apa yang terjadi?" Tanya Jeno ingin tau.

Gadis tersebut bergumam dengan suara pelan. "Aku sibuk dengan ponselku dan tak sengaja menabrak kursi yang ia tempati."

Jeno tersenyum membayangkan alasan Renjun barusan sengaja mengunci tatapan mereka adalah karena Renjun berniat membuat diabaikan olehnya.

"Ia terlihat kesal?" Mata Jeno menunjukkan ketertarikan akan informasi yang akan ia dapat tentang Renjun.

"Ya, ia bahkan tak berbicara apapun padaku."

Rasanya Jeno bisa membayangkan wajah polos dan cantik Renjun yang berubah masam dan judes ketika ada yang mengacaukan waktunya. Akan menyenangkan jika ia melihat langsung bagaimana kejadian itu.

"Tolong sampaikan permintaan maafku padanya." Ujar gadis itu lagi.

Jeno tersenyum dan mengangguk. "Tentu, Sara."

Gadis bergaun sage itu bernama Sara, dan ia melihat dari cara Jeno tersenyum ketika membicarakan Renjun itu membuatnya penasaran satu hal.

"Ia kekasihmu?" Jika benar mereka sepasang kekasih, sepertinya kemungkinan ia untuk mendekati Jeno ini begitu kecil.

Pandangan Jeno menerawang, ia mendengus diiringi senyum kecil yang entah berarti apa. Jeno mengangkat bahunya. "Ia, Renjun."

Jawaban itu tak Sara mengerti, tapi ia tak peduli, ketika tak ada jawaban 'iya' dari mulut Jeno maka ia akan mendekati sosok tampan itu.

Malam harinya, Renjun memutuskan pergi ke bar setelah tadi mandi air dingin dan berbaring sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam harinya, Renjun memutuskan pergi ke bar setelah tadi mandi air dingin dan berbaring sebentar.

Begitu memasuki bar, matanya bisa melihat Jeno yang duduk di sofa dengan ditemani gadis tadi siang yang kini duduk menempel di sampingnya.

Renjun menaikan alisnya seketika, tapi kemudian ia tersenyum tipis. Kakinya melangkah melintasi beberapa orang yang terlihat mulai mabuk dan menari tak jelas.

Begitu sampai di meja bartender, Renjun menempati satu kursi disana.

"Halo, cantik."

Mendengar sapaan dengan kata pujian tersebut Renjun tersenyum puas. "Aku senang karena bartendernya begitu tampan." Balas Renjun.

Bartender laki-laki yang memang memiliki kulit putih yang nampak cocok dengan wajah eropa miliknya itu terkekeh dengan balasan Renjun itu. "Kau sendirian?"

"Bersenang-senang sendirian tidak seburuk itu." Renjun mengangkat bahunya.

"Tapi sepertinya itu akan menarik begitu banyak orang untuk berusaha membawamu ke kamarnya." Bartender itu merasa bahwa daya tarik milik sosok di hadapannya ini begitu kuat.

Renjun tertawa. "Benarkah? Aku begitu menawan bukan?"

Bartender itu mengangguk setuju dengan kilat senang karena mendapat pengunjung yang begitu menyenangkan. "Ya."

"Satu martini dingin, sayang." Renjun menyebutkan pesanannya, yang langsung diangguki oleh laki-laki tersebut sebelum mulai menyediakan pesanan tersebut.

Segelas martini yang disajikan dalam gelas berbentuk segitiga dengan batang tinggi itu kini sudah berada di hadapan Renjun.

"Dan aku bisa melihat ada yang sudah begitu jatuh pada pesona menawanmu itu." Bartender itu sesekali melirik ke sekitar isi bar.

Renjun memajukan tubuhnya. "Dimana itu?"

"Tepat di belakangmu." Si bartender mengisyaratkan Renjun untuk menoleh ke belakang.

Dan Renjun melakukannya, di sebrang sana ada Jeno yang menatapnya dengan tatapan tertarik. Dalam hati Renjun tersenyum senang.

Tapi ketika ia beralih pada bartender itu, ia bersikap seolah tak menyadarinya. "Mungkin matanya kebetulan terlihat mengarah kemari padahal bukan."

"Aku yakin ia mengincarmu." Ujar si bartender yakin, karena ia melihat bagaimana mata elang itu tak lepas menatap tubuh sosok indah ini.

Sayangnya percakapan menyenangkannya dengan sosok itu harus terputus karena ia mendapat pesanan lain.

Setelah meraih gelas martininya, Renjun kembali memutar posisi duduknya hingga membelakangi meja bartender. Renjun melihat Jeno yang ternyata masih menatapnya padahal jelas-jelas gadis di sampingnya terlihat berusaha mengerayangi tubuh Jeno dan merayunya.

Tak ada tanda-tanda Jeno tergoda akan gadis itu, dan Renjun rasanya ingin menyemburkan tawanya pada si pirang itu.

Renjun menyilangkan kakinya yang dibalut celana hitam itu, membuat pahanya nampak lebih indah dan menggoda.

Tangannya mendekatkan mulut gelas martininya pada bibirnya, kemudian meminumnya dengan posisi menyamping—membiarkan Jeno melihat side profil nya.

Alih-alih meminumnya dengan rapi dan anggun, Renjun justru dengan sengaja bersikap ceroboh dan membiarkan sebagian kecil cairan martini jatuh pada dagunya dan mengalir menuju lehernya.

Ketika matanya hendak melirik ke tempat Jeno semula tadi, ternyata Jeno sudah berjalan ke arahnya. Senyum Jeno kembali mengembang, ia menurunkan gelas yang dipegangnya dan menyimpannya di atas meja. Sementara matanya terarah pada selangkangan Jeno.

Meski di pencahayaan yang tak sejelas itu, Renjun tetap bisa melihat bagaimana sesaknya selangkangan Jeno saat ini. Oh, Jeno langsung terangsang hanya dengan melihat ulah kecilnya barusan?

Tangan Jeno meraih dagunya lalu mendongakkannya. Jeno menjilat ujung tetesan martini yang ada di leher Renjun, kemudian naik hingga ke dagu dan bibirnya.

Ketika bibir mereka bertemu, Jeno langsung melumatnya. Merasakan sisa rasa martini di mulut Renjun.

"You're so hot." Ujar Jeno diantara ciuman mereka.

Renjun tersenyum manja. "Of course."

Saat bibirnya dinikmati Jeno, Renjun menyempatkan diri melirik gadis yang kini menatap kegiatan mereka. Renjun hanya memberinya tatapan meremehkan serta senyum penuh kemenangan.

Selain itu, Renjun pun jadi menyadari bahwa ia bisa menarik Jeno dengan begitu mudah ketika dominan itu tengah bersama oranglain sekalipun.


Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang