31. Scar

1.4K 230 119
                                    

"Aku belum pergi ke museum." Renjun menatap Jeno penuh protes ketika dominan itu mengatakan siang ini mereka akan ke bandara untuk kembali ke italy.

Jeno menoleh pada Renjun yang terdengar begitu kukuh dengan apa yang ia katakan itu. "Lain kali kita kemari lagi, sekarang perutmu perlu dilihat oleh Andrea."

"Banyak dokter disini." Sahut Renjun tak mau kalah, dan itu justru disambut dengus geli oleh Jeno.

"Aku baru melihat sisi dirimu yang ini." Kata dominan itu.

Renjun mendengus keras.

"Biasanya aku hanya melihat kerling menggodamu." Lanjut Jeno.

Dan Renjun hanya melirik sinis pada Jeno tanpa menyahut apapun.

Jeno pun diam sebentar sebelum berujar.

"Aku lebih percaya Andrea, kita tak tau dokter yang akan kita temui anak buah Ederd atau bukan." Jeno mengatakannya dengan nada lebih lembut.

Cara Jeno berbicara itu tentu saja membuat Renjun luluh.

Dan siang harinya, mereka benar pergi ke bandara bersama dua pengawal Jeno untuk menaiki private jet milik Jeno.

Private jet tersebut begitu luas untuk ditempati empat orang itu, dan juga dua pengawal Jeno tak banyak bicara dan hanya menjawab ketika Jeno menanyakan sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Private jet tersebut begitu luas untuk ditempati empat orang itu, dan juga dua pengawal Jeno tak banyak bicara dan hanya menjawab ketika Jeno menanyakan sesuatu. Membuat suasana disana hanya bergantung pada Jeno serta Renjun.

Renjun yang telah duduk di dekat jendela langsung merasakan Jeno yang berdiri di dekatnya untuk mengatur posisi duduknya agar nyaman dan tak begitu menyakiti perutnya.

Setelah itu Jeno pun duduk berseberangan dengan Renjun, menatap sosok itu untuk melihat ada tidaknya raut tak nyaman disana.

Sementara dua pengawal Jeno duduk agak berjarak dari mereka di bagian depan.

"Berapa kali kau pernah mengalami ini, Renjun?" Tanya Jeno tiba-tiba.

"Apa?" Renjun bertanya balik.

"Terluka seperti ini." Jeno penasaran karena Renjun nampak biasa dengan luka di perut dan kakinya itu.

Jeno pun telah banyak mendapat luka, ia terbiasa dengan itu tapi tetap saja kadang ia tak bisa menahan ringisan nyerinya. Tapi melihat Renjun sekarang terlihat baik-baik saja, dan nyaris terlihat tak memiliki luka jika Jeno tak melihat sendiri bagaimana tadi pagi perban besar yang melilit perut anak itu.

Belum Renjun menjawab, suara pilot yang memberitau bahwa mereka akan segera berangkat membuat mereka mengikuti instruksi yang terdengar dan setelah mereka take off dengan mulus barulah Renjun kembali menatap Jeno yang duduk di hadapannya.

"Di perut? Baru kali ini, sebelumnya pernah di kaki, itupun di paha."

Mendengar jawaban Renjun tersebut, Jeno agak tak percaya. Tapi ia tetap mengangguk, dan bertanya hal lain. "Tak ingin membalas melakukan sesuatu padaku? Aku penyebab perutmu mendapat luka."

Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang