33. Don't understand

1.1K 235 75
                                    

Renjun tau bahwa Jeno orang yang cukup sibuk dengan dua jenis pekerjaan yang dimilikinya, berbeda dengan Renjun yang hanya dengan pekerjaan gelapnya.

Tapi sekarang dominan itu seperti tak memiliki pekerjaan apapun dan hanya mengekorinya sejak ia bangun tidur kemudian bersiap untuk sarapan.

"Kau ingin sarapan apa?" Jeno menurunkan tubuh Renjun untuk ia dudukkan di atas kursi makan.

Karena letak kamar Jeno yang ada di lantai dua, jelas Renjun harus naik turun tangga sementara kakinya belum pulih. Dan Jeno tanpa banyak bicara langsung menggendongnya untuk turun menuju lantai satu dan ruang makan.

"Aku ingin telur rebus dan sosis panggang, aku juga ingin jus jeruk." Renjun menyebutkan menu sarapan yang ia inginkan.

Dan semua itu didengar langsung oleh pelayan yang sejak tadi menunggu apa yang akan dikatakan Jeno dan Renjun. Setelah mendengar keinginan mereka, pelayan itu pun segera menyiapkan semuanya.

Jeno mengangkat alisnya menyadari apa yang Renjun sebutkan. "Kau tau betul yang bagus untuk penyembuhan lukamu."

"Aku tak suka lama dengan kondisi seperti ini, tak bisa apapun karena terluka." Renjun berdecih.

Mendengar Renjun mengatakan tak bisa apapun, Jeno teringat sosok yang hendak ia kenalkan pada Renjun untuk membantu segala hal yang menyangkut Renjun kedepannya.

"Ah iya, aku hendak mengenalkanmu pada seseorang." Ujar Jeno.

Renjun bertanya. "Siapa?"

"Nanti ketika ia kemari aku akan memberitaumu." Tak lama setelah mengatakan itu Jeno mendapati pelayan menata sarapan miliknya disusul milik Renjun.

Posisi duduk keduanya bersisian.

Dan ditengah acara sarapan mereka, Renjun melihat kedatangan sosok yang tak begitu asing. Kemudian Jeno yang terlihat menyadari juga kedatangan sosok itu langsung meminta laki-laki itu duduk di seberang mereka.

"Renjun, ini Oliver." Jeno mengenalkan.

"Oh, kau?" Renjun mengangguk yakin bahwa memang sosok di hadapannya itu adalah sosok yang sama dengan yang semalam memergokinya di luar mansion.

"Kau sudah bertemu dengannya?" Tanya Jeno ketika melihat reaksi Renjun.

"Semalam." Jawab Renjun.

"Ketika aku baru sampai." Oliver berujar bersamaan dengan Renjun.

Oliver memang baru kembali dari paris semalam setelah sebelumnya menyelesaikan semua hal yang Jeno minta di paris.

"Kau bisa meminta bantuannya kalau kau membutuhkan sesuatu." Jeno memberitau.

Renjun hanya mengangguk dengan mata yang kembali menilai sosok Oliver itu. "Semalam aku tak begitu memperhatikan mata birumu. Itu indah." Ujar Renjun berbasa-basi.

Lalu terdengar kekehan ringan Jeno, membuat Renjun menoleh dan mengerutkan dahinya.

"Kau sepertinya akan baik-baik saja dengan Oliver bukan? Aku tadinya khawatir kau tak menyukainya karena ia pirang."

Dan Renjun kembali menilik tampilan Oliver. "Meskipun ia pirang, itu tak begitu mengganggu." Ujar Renjun yakin.

Kemudian ia kembali menatap Jeno. "Kau memberikan Oliver untuk aku pergunakan?"

"Ya, ia orangmu juga mulai sekarang." Jawab Jeno.

Setelah itu kembali datang seorang pelayan wanita yang menyiapkan sarapan milik Oliver, Renjun pun dengan itu menyadarai Oliver bukan sembarangan bawahan Jeno. Anak itu bisa makan satu meja dengan Jeno, bahkan pelayan mansion juga langsung menyiapkan sarapan untuknya tanpa diminta—seolah sudah mengetahuinya. Dan Renjun juga ingat semalam Oliver menyebut nama Jeno tanpa ada selipan panggilan hormat pada atasan atau sebagainya, Oliver hanya memanggil 'Jeno'.

Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang