56. Depend

804 137 118
                                    

Renjun mendapat pengobatan di bagian pinggangnya yang terluka karena tembakan meleset Christof tadi. Padahal hari sudah malam tapi dokter yang selalu mengobatinya itu tetap datang ketika Matthew menghubunginya.

"Aku lega Matthew disini bersamamu." Suara dokter itu menyerupai bisikan padahal mereka hanya berdua di kamar.

Setelah selesai mengobati lukanya, dokter tesebut juga memberitaunya agar selalu meminum obat nyerinya. Dan Renjun hanya mengangguk kaku.

"Mungkin kalau Matthew tak bersamamu peluru ini tak hanya menyerempet pinggangmu." Ujarnya lagi, dan Renjun masih diam sambil menghapus air matanya yang tak berhenti keluar karena sakit yang ia terima.

"Tolong percayalah pada Matthew, ia tak seperti Christof meskipun mereka sedarah." Pesan dokter itu sebelum keluar dari kamar.

Dan Renjun banyak merenung atas ucapan dokter tersebut, sebelumnya ia pun mulai berpikir untuk mempercayai Matthew. Lalu saat ingat tadi Matthew mencoba mencegah Christof agar tak menembaknya, ia jadi berpikir bahwa memang Matthew tak memiliki niat buruk padanya. Ditambah semua sikapnya pun tak pernah membuat Renjun takut atau risih, padahal Renjun sering mengabaikan ucapannya dan tak menyahutinya tapi Matthew tak pernah meliriknya kesal apalagi memukulnya.

Lalu kalimat dokter yang mengobatinya membuat ia yakin untuk benar mempercayai Matthew.

"Kau juga sudah makan?" Tanya Renjun ragu ketika pagi harinya Matthew membawa sarapan untuknya ke kamar.

Matthew yang baru menyimpan nampan sarapan Renjun seketika mematung, dan ia melihat Renjun yang menunduk tapi meliriknya hati-hati— seolah takut yang ia lakukan adalah kesalahan.

"Aku sudah sarapan, jadi sekarang tinggal kau yang harus mengisi perutmu." Matthew tak bisa menahan senyumnya, ia duduk di sisi ranjang Renjun sambil menatap anak itu dengan binar senang karena ada kemajuan dari hubungannya dengan Renjun.

"Ingin aku menyuapimu?" Matthew menawarkan diri tanpa ragu, setelah tau Renjun mau berbicara lebih dulu padanya rasanya ia tak perlu takut lagi Renjun beringsut dari hadapannya. Karena Renjun terlihat mulai memberikan sedikit kepercayaannya.

Renjun menggeleng pelan. "Sendiri."

"Baiklah, kalau begitu aku akan menyiapkan obat yang harus kau minum." Kata Matthew.

"Terimakasih." Bisik Renjun.

Tapi setelah hari itu bukan berarti Renjun jadi sering berbicara pada Matthew, anak itu tetap lebih banyak diam tapi setidaknya ia mulai mau meladeni obrolan kecilnya sedikit-sedikit.

Dua hari sudah Matthew melihat Renjun mulai mempercayainya, dan ia pun memutuskan tak akan menunggu terlalu lama lagi untuk memulangkan Renjun. Ia segera menghubungi papanya, meminta tolong untuk berbicara pada Barnaby bahwa anak yang ada bersama Christof tak akan bisa dibawa oleh pria itu. Kemudian Matthew juga memberitau papanya perihal Christof yang semakin bertingkah, dengan mencuri banyak barang terlarang.

Pekerjaan orangtua Matthew pun memang berkutat di dunia gelap, tapi mereka tak mengizinkan anak mereka terjun. Dan karena itulah papanya begitu marah setiap tau Christof melakukan judi atau hal sebagainya.

Kemarin Matthew menggunakan nama papanya untuk mengancam Christof, dan hari ini ia memang menggunakan papanya untuk menahan Christof agar tak melakukan hal gila lagi pada anak seusia Renjun.

"Kau melaporkannya pada papa?!" Christof berjalan cepat menghampiri Matthew yang baru sepesai mengoleskan salep pada bekas luka Renjun.

Renjun tersentak atas bentakan Christof, Matthew beranjak menghampiri saudaranya agar tak mengamuk di dekat Renjun.

Who Do You WantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang