Setelah selesai sarapan tadi Renjun kembali jatuh tidur hingga sore hari, ia tak tau kapan Jeno pergi dari mansion.
Ia baru selesai mandi dan hendak menuju walk in closet ketika pintu kamar diketuk, dan saat ia membukanya itu seorang pelayan yang menanyakan Renjun ingin menu makan apa, dan disinilah Renjun baru sadar bahwa perutnya lapar sebab ia tidur begitu lama.
"Dimana Jeno?" Renjun justru bertanya hal tersebut.
"Tadi sir Jeno pergi besama Oliver." Jawab pelayan wanita tersebut.
"Kalau begitu aku akan menunggu Jeno untuk makan malam bersama. Kau bisa menyiapkan cemilan ringan untukku, selagi aku menunggu Jeno."
Pelayan itu terlihat tak setuju, sebab titah dari tuan utama mansion ini bukan seperti itu. "Tapi sir Jeno meminta untuk menyiapkan makan untuk anda, ia juga mengatakan akan pulang sedikit lebih lama lagi."
"Dan kau hanya tinggal menyiapkan apa yang aku sebutkan barusan, Jeno tak akan memecatmu ketika kau menuruti ucapanku." Ujar Renjun tak mau dibantah.
Setelah menutup pintu kamar tanpa menunggu jawaban di pelayan, Renjun kembali berjalan menuju walk in closet untuk mencari pakaian ganti untuknya.
Seingatnya ketika ia tidur disini— saat kembali dari Paris, walk in closet Jeno hanya berisi pakaian dengan ukuran tubuh dominan itu. Tentu saja, karena ini kamar milik Jeno.
Tapi sekarang ketika ia memasukinya, ia melihat beberapa pakaian baru yang tampak lebih kecil dari baju Jeno. Mungkin seukuran tubuhnya. Dan saat ia mencobanya, ukuran itu benar sesuai dengan tubuhnya.
"Kau memilihnya dengan baik." Renjun memuji Jeno ketika ia telah mengenakan satu kemeja, karena apa yang ia kenakan ini begitu nyaman.
Entah kapan Jeno mengisi walk in closetnya dengan pakaian-pakaian yang sesuai ukuran Renjun, karena bahkan ketika Renjun menoleh ke sisi lainnya, ia melihat jajaran sepatu baru diantara sepatu-sepatu Jeno yang sudah pasti berbeda ukuran.
"Kau benar berencana membuatku tinggal disini." Renjun tersenyum.
Dan dulu ketika Renjun memasuki walk in closet Jeno, ia ingat bahwa meja kaca yang di dalamnya berisi laci perhiasan Jeno tak sepenuh ini. Tapi kali ini Renjun melihat tambahan perhiasan dengan desain lebih feminin dan cantik, kemudian jam tangan yang ukurannya lebih kecil dari milik Jeno.
Terkadang Renjun melihat Jeno memakai kalung juga cincin untuk pelengkap penampilannya. Jeno tak sering memakai perhiasan, seperti bagaimana Renjun yang terbilang nyaris tak pernah meninggalkan lehernya dengan tanpa ada kalung cantik yang menggantung disana. Juga tangan dan jemarinya yang ia pastikan berhias benda berkilauan.
Mungkin Renjun pun baru melihat dua sampai tiga kali Jeno yang memakai kalung, atau satu cincin di jarinya. Dominan itu lebih sering mengenakan jam tangannya.
Tangannya mengambil dua cincin kecil dan mengenakannya di jari tangan kirinya, lalu mengambil lagi satu dan memasangkannya di tangan kanannya. Kemudian setelah itu Renjun menatap jemarinya.
"Mereka berada di tempat yang tepat." Ujar Renjun takjub pada bagaimana cincin-cincin itu begitu cantik berada di tangannya.
Lalu Renjun beralih pada rak yang berisi celana pendek, dan kembali menemukan ukuran berbeda dengan milik Jeno.
"Kau mengisinya terlalu penuh, padahal aku tak berniat terlalu sering mengenakannya ketika disini." Renjun terkekeh sendiri dengan bayangan ia yang akan sering tak mengenakan celana selama ada Jeno disini.
Tapi untuk hari ini ia akan mengenakannya, sebab ia tak mungkin menggoda Jeno disaat ia bahkan baru bangun sore ini setelah persetubuhan mereka semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Do You Want
FanfictionNOREN [LEE JENO - HUANG RENJUN] ⚠️⚠️⚠️⚠️⚠️ mature bxb mature dark mature