7

300 46 15
                                    

Setelah 2  hari tak sadarkan diri, Mingi akhirnya membuka matanya untuk pertama kalinya semenjak ia tak sadarkan diri. Ia menatap ke sekelilingnya dan hanya menemukan Jongho yang tengah terlelap diatas sofa. Mingi tak begitu ingat apa yang terjadi.

Netranya menatap langit-langit rumah sakit, ia menghela napasnya panjang. Ia benci rumah sakit. Rumah sakit merupakan tempat paling menyesakkan baginya. Mingi perlahan memutar kembali apa yang terjadi malam itu. Ia ingat ketika itu ia sedang dalam perjalanan pulang menggunakan mobilnya, lalu ia berhenti di sebuah taman dan ia tak ingat apa-apalagi.

"Kau sudah siuman?" Suara Jongho mengagetkannya. Namun Mingi tak menjawab dan hanya menatap Jongho datar.

"Kenapa menatapku seperti itu? Beruntung aku masih mau merawat bajingan sepertimu. Dan bersyukur Yunho menemukanmu di taman, jika tidak kau sudah mati membusuk." Jongho duduk di kursi samping ranjang Mingi.

"Yunho?"

"Ya. Dia menemukanmu di taman dalam keadaan sudah tak sadarkan diri."

"Oh.."

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Entah, aku tak ingat."

"Bahkan mobilmu entah kemana. Apa yang ada dipikiranmu hah?"

"Entah." Jawaban Mingi membuat Jongho kesal. Namun ia harus menahan amarahnya, sebab Mingi baru saja siuman.

"Setelah kau keluar dari rumah sakit, kita bahas akan kontrak kerjamu." Ujar Jongho.

"Tak ada lagi yang harus dibahas. Kau sudah memecatku dan itu selesai." Jawab Mingi.

"Kau tetap harus tanda tangan pengunduran dirimu, dan karena kau aku harus membayar pinalti pada Hongjoong hyung. Menyesal ku mengenalkanmu padanya."

"Aku tak meminta kau mengenalkan ku pada Hongjoong. Jadi bukan salahku."

"Kau!! Ah! Kau memang menjengkelkan. Beruntung Yeosang tak melaporkanmu ke polisi. Bajingan memang kau."

"Ya.. Ya terserah kau." Mingi hanya menjawab singkat..

"Berterima kasihlah kau padaku akrena masih mau merawat bajingan sepertimu." Jongho menatap sengit Mingi.

"Aku tak memintamu merawatku." Habis sudah kesabaran Jongho. Jongho menarik kerah baju milik Mingi.

"Dengar! Kau adalah orang yang tak tahu terima kasih, dan kau adalah sampah masyarakat yang hanya menghabiskan hidupmu untuk berkeliaran dan bermalam dengan banyak pria dan wanita hanya untuk melampiaskan nafsumu, dan kau hanya bajingan yang suka mempermainkan perasaan orang lain." Jongho geram, Mingi menatap Jongho tanpa ekspresi.

"Kau benar, aku bajingan. Puas?" Mingi melepaskan tangan Jongho.

"Minta maaflah pada Yeosang sebelum ku menghajarmu untuk kedua kalinya." Jongho mengambil barang-barangnya lalu pergi dari sana.

Mingi menghela napasnya dan dua jam kemudian Mingi keluar dari runah sakit dengan semua biaya perawatan telah dibayar oleh Jongho. Mingi berjalan menuju apartementnya yang hanya bejarak sekitar 600meter dari rumah sakit tempat ia dirawat.

Mingi kembali ke apartemennya hanya untuk mengambil barang-barangnya yang memang tak banyak. Mingi memasukkan semua barang-barangnya ke dalam koper miliknya yang cukup besar sebelum ia pergi dari sana.

Mingi berjalan tanpa arah, ia bahkan tak tahu harus kemana. Sibuk dengan pikirannya sendiri membuat Mingi tak sadar bahwa langkah kakinya membawa dirinya menuju kantor milik Hongjoong yang letaknya kurang lebih 2,5km dari apartemennya. Dan dia kesini dengan berjalan kaki, ini gila.

MonocromaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang