2

375 54 34
                                    

Yunho tengah memegang ponselnya, ia terus membolak-balikkan kartu nama yang ada di tangannya. Hari ini tepat 2 hari dimana Yunho harus memberikan jawabannya atas tawaran Hongjoong beberapa hari lalu.

Yunho masih mencoba membulatkan keputusannya. Ia harus meyakini dirinya sendiri bahwa pekerjaan yang akan dia ambil ini baik untuknya atau tidak. Seandainya pun ia menolak tawaran Hongjoong, ia yakin Hongjoong akan menerimanya keputusannya. Hongjoong adalah orang yang baik.

Yunho memencet beberapa digit nomor yang tertera di kartu nama tersebut pada benda pipih yang ada di genggaman tangannya. Yunho menempelkan ponsel itu pada telinganya, setelah nada sambung berdering sebanyak 3 kali, terdengar suara lembut Hongjoong disana.

"Halo?"

"Halo Hongjoong, ini aku Yunho."

"Ah! Yunho apa kabar?"

"Ya cukup baik."

"Jadi bagaimana jawabanmu?" Yunho diam sejenak, Hongjoong dengan sabar menunggu Yunho memberikan jawabannya.

"Baiklah, aku terima tawaranmu."

"Benarkah???" Hongjoong terdengar sangat antusias.

"Tapi aku memiliki syarat."

"Baiklah, syarat apa itu?"

"Aku boleh mengkritik modelmu jika mood yang mereka berikan tak sesuai dengan mood yang kau rencanakan dan yang kedua, aku hanya ingin berkerja lalu pulang. Jadi jangan libatkan aku dalam hal lain terutama acara minum-minum. Aku tak tertarik berkumpul dengan banyak orang yang tak ku kenal. Itu melelahkan." Ucap Yunho. Hongjoong pun menyetujuinya. Ia pikir itu bagus jika Yunho dapat mengkritik sesuatu agar sesuai dengan rencana.

"Baiklah, akan ku penuhi itu. Jadi kau siap bekerja besok?"

"Iya aku siap."

"Baiklah datang ke kantor ku yang tertera di kartu nama yang ku berikan padamu, pukul 9 pagi untuk tanda tangan kontrak. Dan terima kasih sudah mau bergabung. Ku tunggu kehadiranmu besok di kantor." Ucap Hongjoong.

"Baiklah." Hongjoong mematikan panggilannya. Yunho menghela napas panjang.

"Semoga ini bukanlah pilihan yang buruk. Semua demi mengasah kemampuanku. Jika aku hanya berfokus pada alam maka aku tak bisa berkembang. Aku juga harus bisa memotret manusia agar kemampuanku meningkat dan memberikan nuansa baru pada hasil jepretanku." Yunho memutuskan untuk tidur lebih awal sebab ia esok harus bangun pagi-pagi untuk pergi ke kantor Hongjoong yang ia tahu ternyata cukup jauh dari apartementnya.

Disisi lain Hongjoong terlihat sangat senang dan lega. Ia tak menyangka Yunho akan menerima tawarannya, padahal ia sempat pesimis Yunho menolak tawarannya.

"Bagaimana jawaban Yunho? Apa ia setuju?" Seonghwa memeluk sang kekasih.

"Ya, Yunho menerima tawaranku. Aku tak percaya ia ternyata menerima tawaranku." Hongjoong tersenyum pada kekasih cantiknya ini.

"Benarkah??? Seorang Jeong Yunho menerima tawaran untuk memotret manusia?? Wahh itu adalah hal yang menakjubkan. Selamat sayang, kau akhirnya menemukan Photographer yang kau inginkan." Seonghwa mengecup pipi Hongjoong.

"Semua berkat dirimu, ku rasa jika bukan karnamu aku tak akan berani mengajak bicara Yunho. Karena kau bilang ia tak menyukai manusia atau berinteraksi dengan orang lain." Seonghwa mengangguk.

"Aku pun dulu sangat sulit mendekatinya, ia begitu dingin. Sampai ku tahu bahwa ia sebenarnya hidup hanya dengan sang kakek, ia tak pernah tahu siapa orang tuanya karena kakek menemukannya di depan rumah ketika masih bayi. Dan ketika sang kakek meninggal, ia benar-benar menutup dirinya." Hongjoong terdiam.

MonocromaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang