14

349 47 61
                                    

"Yunho.." Tubuh Yunho meremang ketika Mingi memanggil namanya, ia takut, ia tak nyaman, tetapi ia tak dapat bergerak.

"Yunho.. Tatap aku."

"Tidak."

"Yunho.." Mingi memegang dagu Yunho agar menatapnya.

Yunho manatap mata Mingi, tatapannya berbeda. Tatapan yang Mingi berikan pada Yunho saat kejadian di toilet itu adalah tatapan penuh nafsu, tapi kali ini berbeda. Tatapan penuh cinta dan mendamba, Mingi bahkan mengusap lembut punggung tangannya kemudian mengecupi tangannya dengan lembut.

Tubuh Yunho terasa seperti tersengat listrik ketika Mingi mengecup pergelangan tangannya. Mingi menatap kembali mata kecoklatan yang indah milik Yunho.

Yunho tak mengerti mengapa tubuhnya tak melawan? Ia bahkan membiarkan Mingi menempelkan kening mereka berdua sambil satu tangan besar Mingi mengusap lehernya dengan mata yang tertutup. Dan Yunho hanya terduduk diam di pangkuan seorang Song Mingi, orang yang aneh, egois, dan bertindak sesuka hati dan juga sombong. Tak ada nilai plus dalam dirinya.

Mingi kini memeluknya erat dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Yunho mencari kenyamanan disana. Aroma bedak bayi pada tubuh Yunho sangatlah menenangkan baginya. Ia tak pernah senyaman ini ketika memeluk seseorang dan dari banyak yang ia temui, semuanya berbau alkohol atau nikotin yang cukup membuatnya pusing, kecuali Yeosang yang memiliki wangi seperti citrus, namun ia tidak menyukai itu.

Yunho benar-benar memberinya kenyamanan yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. Yang Mingi rasakan ketika memeluk Yunho adalah ia merasa hangat, nyaman dan damai. Mingi bagaikan dapat melepas segala kekhawatirannya, rasa takutnya hanya dengan memeluk Yunho. Ia akan merasa lebih baik ketika memeluk Yunho.

Yunho masih terdiam disana, otaknya seolah beku, ia tak dapat melakukan apapun. Ia hanya membiarkan seorang Song Mingi memeluknya erat dan menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher miliknya. Sensasi asing itu terus mengganggunya.

Rasa hangat, tenang dan nyaman benar-benar menghantuinya. Bagaimana bisa ia merasa seperti itu ketika dipeluk oleh pria brengsek di hadapannya ini yang bahkan saat ini kejantanannya masih berdiri tegak dibawah sana dan mengenai bokongnya. Ini gila!

"Lepaskan Mingi! Aku harus kembali bekerja!" Yunho mendorong tubuh Mingi.

"Diamlah, jika kau bergerak terus, maka kau harus bertanggung jawab sebab kau membuatnya terbangun di bawah sana." Mingi mempererat pelukannya.

"Kau gila! Semua salahmu! Lepas Song Mingi!!"

"Hmm..." Mingi tak menjawab, Mingi mengecup pundak Yunho yang terekspos, membuat Yunho reflek menampar pipinya.

"Apa yang kau lakukan??!!" Yunho memegangi lehernya.

"Tidak, aku hanya ingin."

"Aku bukan mainanmu Song Mingi!!"

"Dulu ku menganggapmu hanya mainanku, tapi tidak lagi. Sekarang kau adalah milikku."

"Aku bukan milik siapapun! Titik!!"

Ketika Mingi lengah Yunho berdiri dan berlari untuk keluar, tapi bukan Song Mingi namanya jika melepas Yunho begitu saja. Mingi menutup pintu darurat dan menggendong Yunho menuju rooftop yang berada 3 lantai diatas lantai yang sekarang mereka berdiri.

"Mingi!!! Kau mau apaan aku??!! Turunkan aku!!" Mingi seolah tuli, ia tetap menggendong Yunho di pundaknya dan membawanya ke rooftop kantor.

"Diamlah, kau nanti terjatuh." Yunho memukul-mukul punggung lebar Mingi yang sama sekali tak digubris oleh Mingi.

Sesampainya mereka di fooftop, Mingi mendudukkan Yunho di salah satu bangku rooftop yang berada di ujung, jauh dari pintu masuk mereka tadi. Mingi berjongkok di depan Yunho sambil menatap Yunho.

MonocromaticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang